Siaran Tahunan
Kita Berbicara tentang Kristus, Kita Bersukacita dalam Kristus


2:3

Kita Berbicara tentang Kristus, Kita Bersukacita dalam Kristus

Siaran Pelatihan Tahunan Seminari dan Institut Religi • 12 Juni 2018 • Teater Pusat Konferensi

Terima kasih, itu luar biasa! Kita sangat diberkati. Merupakan kesempatan istimewa untuk berada bersama Anda hari ini. Terima kasih untuk semua yang Anda lakukan. Kami mengasihi Anda dan senang melayani bersama Anda.

Seperti banyak dari Anda, saya sering memikirkan tentang kesempatan kita untuk mengajar para remaja dan dewasa muda Gereja dan sering memikirkan bagaimana kita dapat mengajari mereka dengan lebih banyak kuasa dalam membantu mereka untuk membangun iman yang mendalam dan bertahan kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena saya telah mempertimbangkan pertanyaan penting ini, saya telah memikirkan gagasan yang Penatua Clark bagikan Januari lalu ketika dia mengatakan bahwa ajakan Juruselamat untuk belajar tentang Dia pertama berarti bahwa kita harus belajar mengenal Dia. Dan kedua bahwa kita harus belajar dari Dia. Dia mengutip Penatua Neal A. Maxwell, yang merujuk pada ajakan Juruselamat untuk “belajarlah dari-Ku” dan menambahkan, “Tidak ada cara lain untuk belajar lebih dalam.”1

Saya telah memahami dan percaya bahwa satu-satunya cara paling penting agar kita dapat membantu meningkatkan iman dalam angkatan muda adalah dengan lebih sepenuhnya menempatkan Yesus Kristus di pusat pengajaran dan pembelajaran kita dengan membantu siswa kita untuk mengenal Dia, belajar dari Dia, dan secara sadar berusaha untuk menjadi seperti Dia. Setiap hari, kita harus “berbicara tentang Kristus, … bersukacita dalam Kristus, … [dan] berkhotbah tentang Kristus.”2

Banyak dari Anda telah mulai menanggapi ajakan ini, dengan sungguh-sungguh mempersiapkan pelajaran dengan mengingat gagasan-gagasan ini dan mencari kesempatan untuk bersaksi tentang Yesus Kristus dan tentang sifat-sifat ilahi-Nya, kuasa-Nya yang tak terbatas, dan kasih-Nya yang tak berkesudahan. Dalam kelas-kelas ini ada pengaruh Roh Kudus yang meningkat, lebih banyak ungkapan rasa syukur bagi Juruselamat, penerapan pribadi yang lebih bermakna dan relevan, dan lebih banyak lagi orang muda yang bertindak dalam iman.

Tentu saja, cara paling penting yang dapat kita lakukan adalah membantu siswa kita mempersiapkan diri untuk tata cara imamat kudus dan menepati perjanjian mereka.3 Membantu mereka memenuhi syarat bagi berkat-berkat bait suci adalah membantu mereka mengenal dan mengikuti Juruselamat Yesus Kristus. Tetapi ada hal-hal lain yang dapat kita lakukan, sementara mereka bersama kita, yang akan membantu mereka bergantung pada-Nya dan pada ajaran-ajaran dan pendamaian-Nya.

Untuk tujuan ini, izinkan saya menyarankan empat cara agar kita dapat menempatkan Yesus Kristus lebih di pusat pembelajaran dan pengajaran kita setiap hari.

1. Fokus pada Sebutan, Peranan, Karakter, dan Sifat Yesus Kristus

Pertama, fokus pada sebutan, peranan, karakter, dan sifat Yesus Kristus. Presiden Russell M. Nelson memberi kita ajakan untuk “membiarkan kutipan tulisan suci tentang Yesus Kristus dalam Penuntun Topik menjadi kurikulum inti pribadi [kita].”4 Ajakan ini dimaksudkan untuk membantu kita memiliki pengetahuan melampaui hal-hal yang Yesus lakukan dan membantu kita mengenal Dia — sifat-sifat dan karakter-Nya.

Misalnya, salah satu sebutan Yesus Kristus adalah Pencipta. Di bawah arahan Bapa-Nya, Yesus menciptakan langit dan bumi. Pencipta juga merupakan salah satu peranan ilahi-Nya dan berbicara tentang sifat-Nya. Sewaktu kita menelaah bagaimana dan mengapa Yesus menciptakan bumi, kita mungkin bertanya, “Apa yang diajarkan hal ini kepada kita tentang siapa Dia? Apa yang diajarkannya kepada kita tentang motif-Nya, kasih-Nya, dan kuasa-Nya? Apa sifat-sifat ilahi dari Juruselamat yang terungkap dalam peranan-Nya sebagai Pencipta?”

Anda mungkin ingat bahwa Presiden Boyd K. Packer adalah seniman ulung yang senang mengukir burung-burung dari kayu. Suatu hari dia menjadi penumpang di dalam mobil yang dikendarai oleh Penatua A. Theodore Tuttle, dan salah satu ukirannya berada di kursi belakang mobil. Di persimpangan, Penatua Tuttle menginjak rem secara mendadak dan ukiran itu jatuh terbalik di lantai dan pecah menjadi beberapa bagian. Penatua Tuttle sangat terpukul, tetapi Presiden Packer tidak. Dia hanya berkata, “Lupakan itu. Saya yang membuatnya. Saya dapat memperbaikinya.” Dan dia melakukannya. Dia membuatnya lebih kuat dari sebelumnya dan bahkan sedikit lebih baik. Presiden Packer menjelaskan, “Siapa yang membuat Anda? Siapa Pencipta Anda? Tidak ada hal apa pun tentang kehidupan Anda yang menjadi bengkok atau patah yang tidak bisa Dia perbaiki dan Dia akan melakukan perbaikan.”5

Ketika siswa kita memahami peranan Yesus sebagai Pencipta, dan sewaktu mereka merenungkan kisah tulisan suci yang menyaksikan tentang kuasa-Nya yang luar biasa untuk memperbaiki dan menyembuhkan ciptaan-Nya, hati mereka akan rindu untuk mengalami kuasa dan janji itu dalam kehidupan mereka sendiri. Mereka kemudian akan bertindak dengan iman untuk mengalami kuasa luar biasa-Nya untuk memperbaiki apa yang rusak di dalam diri mereka.

Sebutan sakral Yesus Kristus lainnya adalah Penebus. Tulisan suci merujuk Dia dalam peranan ini 930 kali. Apa yang sebutan ini ajarkan kepada kita tentang karakter dan sifat-sifat-Nya? Apa makna kuasa penebusan-Nya bagi Alma, Saul, dan perempuan yang berzina? Apa maknanya itu bagi Matius, pemungut cukai dan penulis Injil?

Adalah menarik bagi saya bahwa kita belajar tentang pemanggilan Matius pada Dua Belas dalam bab yang sama dengan kisah tentang Yesus melakukan mukjizat-mukjizat dan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”6 Motif untuk mukjizat-mukjizat ini adalah bahwa “tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan.”7 Tetapi mengapa hanya Matius, dari semua penulis Injil, yang menyebutkan panggilannya di tengah-tengah mukjizat-mukjizat ini? Itu mungkin sebuah kisah kronologis, tetapi menurut saya ada hal lain yang bisa kita pelajari. Mungkinkah Matius mengenali bahwa mukjizat terbesar yang Yesus lakukan adalah menebus kita dengan mengampuni, mengasihi, mengangkat, dan menunjukkan kepada seseorang identitas dan potensi dirinya yang sebenarnya, sama seperti yang Dia lakukan bagi Matius?

Cara lain untuk membantu siswa mengenali sifat-sifat Yesus adalah dengan tidak berfokus hanya pada peristiwa-peristiwa tulisan suci tetapi pada apa yang peristiwa-peristiwa itu ajarkan kepada kita tentang Juruselamat. Misalnya, mengapa kita mengajarkan kisah tentang Amon yang memotong lengan orang-orang yang mencerai-beraikan domba Raja Lamoni? Apakah ini berbicara tentang kebesaran Amon? Atau apakah kisah ini sebenarnya tentang kebesaran Allah? Apa yang diajarkan kisah ini tentang Tuhan dan cara Dia memberkati mereka yang menaruh kepercayaan mereka kepada-Nya? Kisah Amon sendiri diakhiri dengan kesaksian yang antusias ini: “Aku tidak sesumbar dalam kekuatanku sendiri .… Aku tahu bahwa aku bukan apa-apa; … oleh karena itu … aku akan sesumbar akan Allahku, karena dalam kekuatan-Nya aku dapat melakukan segala sesuatu.”8

Beberapa bulan lalu, saya berada dengan sekelompok guru yang hebat dan meminta mereka untuk memilih cerita atau peristiwa tulisan suci apa pun dalam sejarah Gereja dan untuk memikirkan tentang apa yang diungkapkannya tentang sifat Allah. Guru pertama menanggapi dengan, “Poligami.” Pikiran pertama saya adalah, “Terima kasih banyak! Anda tidak dapat memilih topik yang lebih sulit.” Tetapi ketika kami mulai berbicara, hal yang luar biasa terjadi. Orang-orang mulai memberikan kesaksian tentang fakta bahwa Bapa Surgawi mengasihi semua anak-Nya dan ingin mereka diperhatikan. Yang lain berbicara tentang kesediaan Tuhan untuk meminta hal-hal yang sulit dari kita, tetapi bahwa Dia selalu mendukung kita dan menghargai ketaatan kita. Yang lainnya berbicara tentang Allah sebagai seseorang yang mengasihi keluarga dan ingin anak-anak diajarkan oleh orangtua yang penuh kasih. Saat percakapan berlanjut, saya menyadari bahwa Roh memberikan kesaksian tentang sifat dan karakter Allah, bahwa kita merasa lebih dekat dengan Bapa kita di Surga dan Putra-Nya Yesus Kristus, dan bahwa kita telah mengenal dan mengasihi Mereka sedikit lebih banyak.

Yesus Kristus adalah Pencipta kita. Dia adalah Penebus dan Pembebas kita yang pengasih, pengampun, dan penuh rasa iba. Dia juga Imanuel, Anak Domba Allah, Mesias, Yang Kudus dari Israel, dan Penulis dan Penuntas Iman Kita. Saat kita fokus pada sebutan, peranan, karakter, dan sifat-sifat-Nya, Roh akan bersaksi tentang Dia, membawa pemahaman dan kasih yang lebih besar mengenai siapa Dia sebenarnya dan keinginan yang lebih besar untuk menjadi seperti Dia.

2. Menekankan Teladan Yesus Kristus

Cara kedua untuk menempatkan Yesus di pusat pengajaran kita adalah mengenali dan menekankan bahwa Dia adalah teladan sempurna, perwujudan dan ekspresi semua asas Injil.9 Salah seorang guru kami baru-baru ini membagikan kepada saya bahwa untuk penelaahan tulisan suci keluarga mereka, mereka memutuskan untuk membaca Perjanjian Baru lagi. Tetapi kali ini, daripada berfokus pada apa yang Yesus katakan, mereka berfokus terutama pada apa yang Yesus lakukan. Berfokus pada teladan-Nya yang sempurna mengundang Roh Kudus untuk bersaksi tentang Dia.

Bahkan ketika Yesus tidak secara langsung dirujuk dalam sebuah kisah yang kita ajarkan, kita masih dapat menunjuk kepada-Nya sebagai teladan dari asas yang diilustrasikan oleh kisah itu. Misalnya, setelah mengidentifikasi dan menganalisis suatu asas, kita mungkin bertanya, “Dapatkah Anda memikirkan suatu waktu dalam tulisan suci ketika Yesus memberikan teladan untuk asas ini?” Atau, “Kapan Anda telah melihat Yesus memberikan teladan untuk asas ini dalam kehidupan Anda atau atas nama Anda?” Seorang siswa baru-baru ini mengajukan pertanyaan itu berkenaan dengan teladan kelembutan Juruselamat. Pikiran dan perasaannya tertuju pada cara lembut di mana Juruselamat selalu memperlakukan dia. Pengalaman ini, tepat di ruang kelas, menciptakan dalam dirinya hasrat yang mendalam untuk menjadi lebih seperti Kristus dan lebih lembut dengan orang-orang yang bergantung kepadanya, karena dia bergantung pada Tuhan.

Anda dapat menyelidiki semua buku yang pernah ditulis dan tidak menemukan ilustrasi yang lebih baik dari setiap asas Injil daripada yang ditemukan dalam kisah tulisan suci tentang Yesus Kristus dan pelayanan kekal-Nya. Merenungkan teladan Tuhan dalam peranan-Nya sebagai Yehova, Kristus yang fana, dan Juruselamat yang dibangkitkan akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan siswa kita untuk mengambil tindakan yang efektif dan benar. Ini akan membutuhkan pelajaran kita di luar diskusi tentang etika dan penguasaan diri dan menghubungkan siswa dengan kuasa Juruselamat dan rencana kebahagiaan kekal.

Melalui ilustrasi, bagaimana kita bisa mengajarkan asas kejujuran? Cukup sebagai “kebijakan terbaik,” karena orang akan lebih mempercayai kita jika kita jujur? Atau apakah integritas kunci dari karakter Kristus? Jika kita ingin menjadi seperti Dia, haruskah kita belajar untuk mengikuti teladan-Nya yang sempurna dalam perilaku yang benar-benar jujur? Jenis pertanyaan-pertanyaan yang sama dapat diajukan untuk setiap asas Injil.

Arthur Henry King mengajarkan gagasan ini dengan indah ketika dia berkata, “Kita melambangkan [baik] dalam individu yang nyata—Yesus Kristus, Putra Allah. Dia adalah seorang manusia, bukan sebuah asas, seorang manusia yang mencakup semua asas .… Dan mengikuti seorang manusia sangat berbeda dengan mengikuti sebuah asas .… Kita tidak harus menyelesaikan kompleksitas filosofis etika. Itu tidak ada hubungannya dengan itu. Kita harus menelaah Injil, melihat apa yang Kristus lakukan, dan mencoba mengidentifikasi diri kita dengan apa yang Dia lakukan. Itu karena kita memahami roh dari sang Guru, kasih sang Guru, dan karena kita telah melibatkan diri kita sendiri di dalam Injil, bahwa kita tahu apa yang harus kita lakukan. Injil yang telah kita simpan di dalam diri kita memungkinkan kita setiap saat untuk merasakan apa yang seharusnya kita lakukan dalam situasi tertentu.”10

Kuasa ini datang ketika kita menghubungkan upaya kita untuk menjalankan Injil dengan Yesus Kristus. Jika kita pernah merasa bahwa kita hanya melakukan sesuatu tanpa komitmen atau bahwa menjalankan Injil telah menjadi daftar tugas yang harus dilakukan, hubungan kita mungkin telah terputus dari sumber kasih karunia dan sukacita yang kita cari. Kita bahkan mungkin melakukan semua hal yang benar tetapi menemukan bahwa kita gagal mencapai tujuan. Injil bukanlah daftar tuntutan; itu adalah kabar baik bahwa Yesus Kristus mengalahkan dosa dan kematian. Yesus Kristus adalah tokoh kunci dalam rencana Bapa kita di Surga untuk membantu kita menjadi seperti Dia. Dia adalah teladan sempurna tentang bagaimana kita hendaknya hidup dan sumber kuasa ilahi yang memampukan yang kita butuhkan. Sewaktu kita belajar untuk mengikuti teladan-Nya dan menghubungkan upaya kita untuk menjalankan Injil kepada-Nya, kita akan menemukan sukacita dalam menjadi para murid-Nya.

3. Carilah Perlambang dan Bayangan Yesus Kristus

Ketiga, kita hendaknya mencari perlambang dan bayangan11 Juruselamat dalam kehidupan para nabi dan pria dan wanita yang setia lainnya sebagaimana yang dicatat dalam tulisan suci. Nabi Yakub mengajarkan, “Segala sesuatu yang telah diberikan oleh Allah sejak awal dunia, kepada manusia, adalah perlambangan tentang Dia.”12

Karena gagasan ini, ketika saya mengajarkan Perjanjian Lama di seminari, saya menempatkan potongan-potongan kertas besar di dinding belakang ruang kelas. Di bagian atas setiap kertas saya menulis nama seorang nabi Perjanjian Lama. Ketika kami selesai menelaah satu bagian dari Perjanjian Lama, saya meminta para siswa untuk memikirkan hal-hal yang telah mereka pelajari tentang nabi yang telah kami telaah dan bagaimana pengalamannya memberi bayangan atau mengingatkan mereka akan Juruselamat. Setelah mempelajari tentang Adam, para siswa menulis hal-hal seperti, “Adam adalah putra Allah.” “Dia adalah baka.” “Dia pergi ke taman.” “Dia secara sukarela mengambil ke atas dirinya sendiri kematian agar kita bisa hidup.” Tidak akan lama sebelum seseorang bertanya, “Apakah kita masih berbicara tentang Adam, atau apakah kita berbicara tentang Yesus?”

Selama waktu itu, seorang siswa datang lebih awal ke kelas untuk membagikan kepada saya pengalamannya menelaah tulisan suci. Malam sebelum dia membaca tentang konsekuensi dari Kejatuhan Adam dalam Musa 4, yang menyatakan, “Semak duri juga, dan tumbuhan onak akan dihasilkannya bagimu.”13 Karena dia telah belajar untuk mengajukan pertanyaan, “Bagaimana kisah ini bersaksi tentang Kristus?”, Dia dituntun untuk bertanya, “Apakah Yesus tahu ketika Dia berbicara kepada Adam bahwa suatu hari nanti Dia akan benar-benar memakai mahkota dari semak duri sebagai konsekuensi dari Kejatuhan?”

Siswa kami menemukan contoh lain dalam kehidupan Yusuf dari Mesir, yang mengidentifikasi lebih dari 60 cara di mana dia adalah perlambang Juruselamat. Para siswa menunjukkan bahwa mereka berdua dikasihi oleh Bapa mereka, dibenci oleh saudara-saudara mereka, dan dijual dengan harga seorang budak. Mereka melihat kesamaan dalam godaan-godaan mereka dan dalam kenyataan bahwa Allah selalu menyertai mereka. Hubungan-hubungan ini jauh lebih dari sekadar sesuatu yang menarik untuk diperhatikan. Kehidupan para nabi pilihan Tuhan adalah perlambang tentang Dia dan mengajar kita tentang sifat-sifat ilahi-Nya. Ketika digunakan secara efektif, kumpulan lensa ini dapat membantu kita mengenal Yesus lebih baik dan menjadi lebih seperti Dia.

Istri saya, Kristi, baru-baru ini mengajarkan kisah tulisan suci yang sama ini tentang Yusuf dari Mesir dan bertanya kepada anggota kelas, “Apa karakteristik seperti Kristus yang Anda lihat dalam teladan Yusuf?” Kami berbicara tentang kemampuannya mengubah setiap percobaan menjadi berkat. Kami berbicara tentang ketaatannya, kesabarannya, kesediaannya untuk mengingat mereka yang membutuhkan, dan kesediaannya untuk mengampuni. Pertanyaan itu membuat saya ingat di waktu sebelumnya ketika menelaah kisah ini dan membayangkan seperti apa keadaannya ketika Yusuf mengungkapkan siapa dirinya kepada saudara-saudaranya. Tulisan suci menyatakan bahwa mereka “takut dan gemetar menghadapi dia.”14 Dapatkah Anda membayangkan seperti apa situasinya saat itu dan bagaimana perasaan mereka, mengetahui apa yang telah mereka lakukan? Tetapi Yusuf menanggapi mereka, “Marilah dekat-dekat … Akulah Yusuf, saudaramu .… Janganlah bersusah hati … sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”15 Ketika saya membayangkan peristiwa itu di dalam pikiran saya, saya lebih memahami seperti apa rasanya ketika kita berdiri di hadapan Tuhan pada Hari Penghakiman. Tentu saja saya dapat membayangkan bahwa kita akan mengingat dosa-dosa kita dan mungkin merasa “takut dan gentar” berada di hadirat-Nya. Tetapi saya juga dapat membayangkan Dia berkata sementara Dia mengangkat kita dari lutut kita, “Marilah dekat-dekat, Akulah saudaramu. Sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh Aku mendahului kamu.”

Ketika kita berfokus pada perlambang dan bayangan Yesus Kristus, kita kemudian dapat membantu siswa kita mengenali sifat-sifat dan karakteristik-Nya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • “Apa karakteristik seperti Kristus yang Anda lihat dalam kehidupan nabi ini?”

  • “Kapan Anda telah diberkati karena Yesus memiliki sifat ini?” Atau, “Bagaimana Juruselamat telah menunjukkan karakteristik ini atas nama Anda?”

  • “Apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi lebih seperti Yesus Kristus dan memperoleh sifat ilahi ini?” Atau, “Apa yang telah Anda pelajari tentang Bapa Anda di Surga dan Yesus Kristus yang mengilhami Anda untuk bertindak dengan iman untuk mengikuti Mereka?”

Dan ketika para siswa memberikan jawaban seperti “berdoa” atau “membaca tulisan suci,” kita akan melakukannya dengan baik untuk membantu mereka menghubungkan tindakan-tindakan itu kepada Bapa Surgawi dan Yesus Kristus dengan mengajukan pertanyaan seperti:

  • “Bagaimana doa Anda akan berbeda dengan mengetahui siapa yang Anda ajak bicara?”

  • “Bagaimana Anda akan menelaah tulisan suci dengan cara yang akan membantu Anda mengenal Juruselamat lebih baik dan menjadi lebih seperti Dia?”

Jenis pertanyaan ini akan membantu siswa kita mengembangkan kuasa dan kemampuan yang lebih besar untuk mengenal Juruselamt dan belajar dari Dia.

4. Berikan Kesaksian Murni tentang Yesus Kristus

Hal keempat yang dapat kita lakukan adalah memberikan kesaksian yang murni tentang Yesus Kristus.

Kita perlu berbicara tentang Dia lebih sering dan lebih kuat dan dengan lebih banyak hormat, pujian, dan syukur. Kita perlu membagikan kesaksian kita sendiri, dan kita harus menemukan cara yang efektif untuk mengundang siswa kita untuk membagikan kesaksian mereka satu sama lain. Dalam diskusi kelas baru-baru ini tentang asas doa, seorang guru mengajak siswa untuk memikirkan apa yang diajarkan tentang sifat Bapa kita di Surga dari ajakan Tuhan untuk berdoa dan janji-Nya untuk menjawab. Mereka kemudian diajak untuk memikirkan sifat-sifat Juruselamat, yang memungkinkan kita untuk berdoa dalam nama-Nya. Dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana ini, pelajaran tentang doa berubah menjadi kesempatan bagi siswa untuk memberikan kesaksian tentang kuasa dan kasih Bapa kita di Surga dan Putra-Nya, Yesus Kristus. Para siswa pergi dengan penghargaan yang meningkat untuk hubungan mereka dengan Tuhan dan untuk berkat luar biasa yang telah diberikan kepada kita untuk berdoa dalam nama Yesus Kristus, yang adalah Pengacara kita dengan Bapa.

Cara penting lainnya untuk bersaksi tentang Yesus Kristus adalah dengan memungkinkan kesaksian para nabi, baik nabi zaman dahulu maupun modern, untuk didengar di kelas kita. Rasul Petrus menyatakan kita adalah “saksi-saksi yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Tuhan .… Ia telah menugaskan kami untuk … bersaksi bahwa Dialah yang ditentukan Allah .… Tentang Dialah semua nabi bersaksi.”16

Baru-baru ini, Penatua Robert D. Hales membuat pernyataan yang telah membuat saya banyak merenung. Dia bertutur, “Kita melihat, mendengar, membaca, menelaah, dan membagikan perkataan para nabi sebagai peringatan dan perlindungan. Sebagai contoh, ‘Keluarga: Maklumat kepada Dunia’ diberikan jauh sebelum kita mengalami tantangan sekarang yang dihadapi keluarga.” Dan kemudian dia menambahkan pemikiran ini, “‘Kristus yang Hidup: Kesaksian dari Para Rasul” dipersiapkan sebelumnya ketika kita akan paling memerlukannya.”17

Saya bukan orang yang diberikan kesuraman dan malapetaka, namun telah menjadi bukti mengapa maklumat itu diberikan sebelum angin kencang yang bertiup menerjang keluarga tradisional. Dan untuk mendengar seorang nabi mengatakan bahwa dokumen “Kristus yang Hidup” diberikan “sebelumnya ketika kita akan paling memerlukannya” membuat saya berpikir bahwa angin tambahan akan bertiup, menghancurkan iman murid-murid dan anak-anak kita.

“Kristus yang Hidup: Kesaksian dari Para Rasul,” menyatakan: “Kami menyampaikan kesaksian kami akan kenyataan kehidupan-Nya yang tak tertandingi dan kebajikan tanpa batas kurban pendamaian-Nya yang agung .… Dia adalah Yehova Agung dari Perjanjian Lama, Mesias dari Perjanjian Baru .… Dia berjalan di jalan-jalan Palestina, menyembuhkan yang sakit, mencelikkan yang buta, dan membangkitkan yang mati. Dia adalah Penebus dunia .… Dia menyerahkan nyawa-Nya untuk mendamaikan dosa-dosa seluruh umat manusia .… Dia bangkit dari kubur untuk ‘menjadi yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal’ .… Dia dan Bapa-Nya menampakkan diri kepada anak muda Joseph Smith, mengawali ‘kegenapan waktu’ yang telah lama dijanjikan .… Kami bersaksi bahwa kelak Dia akan kembali ke bumi … [dan] memerintah sebagai Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan .… Yesus adalah Kristus yang hidup, Putra baka Allah. Dia adalah Raja Imanuel yang agung, yang sekarang berdiri di sebelah kanan Bapa-Nya. Dia adalah terang, kehidupan, dan pengharapan dunia .… Syukur kepada Allah atas karunia Putra Ilahi-Nya yang tak tertandingi.”18

Kesaksian para nabi Allah ini diberikan sebelum waktu siswa dan anak-anak kita paling membutuhkannya. Kita harus membantu mereka menanamkan kesaksian ini secara mendalam di dalam pikiran dan hati mereka. Tidak ada yang dapat kita lakukan yang akan memberkati siswa-siswa kita lebih selain untuk membantu mereka mengenal Yesus Kristus. Kita harus membantu mereka untuk mengasihi Dia, mengikuti Dia, dan dengan sengaja berusaha untuk menjadi seperti Dia. Terhadap saksi dari para nabi Allah, saya tambahkan kesaksian saya yang rendah hati bahwa Yesus adalah Kristus, Putra Allah dan Juruselamat dunia.

Dalam nama sakral Yesus Kristus, amin.