2012
Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan
April 2012


Pendamaian dan Perjalanan Kefanaan

Dari ceramah kebaktian yang diberikan di Universitas Brigham Young pada tanggal 23 Oktober 2001. Untuk teks selengkapnya dalam bahasa Inggris, kunjungi speeches.byu.edu.

Kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian memperkuat kita untuk melakukan dan menjadi baik serta melayani melampaui hasrat pribadi dan kemampuan alami kita sendiri.

Penatua DavidA. Bednar

Tujuan utama Injil Juruselamat dirangkum secara singkat oleh Presiden David O. McKay (1873–1970): “Tujuan Injil adalah … untuk membuat orang yang tidak baik menjadi baik dan orang yang baik menjadi lebih baik, dan untuk mengubah sifat manusia.”1 Karena itu, perjalanan kefanaan adalah untuk maju dari yang tidak baik ke yang baik ke yang lebih baik dan untuk mengalami perubahan hati yang hebat—agar sifat-sifat terjatuh kita diubah.

Kitab Mormon adalah buku pegangan petunjuk kita sewaktu kita melewati jalan dari yang tidak baik ke yang lebih baik serta berusaha untuk memiliki hati yang diubah. Raja Benyamin mengajarkan mengenai perjalanan kefanaan dan peranan Pendamaian dalam menavigasi perjalanan itu dengan berhasil, “Karena manusia alami adalah musuh bagi Allah, dan telah demikian sejak kejatuhan Adam, dan akan demikian, selama-lamanya, kecuali dia menyerah pada bujukan Roh Kudus, dan menanggalkan manusia alami dan menjadi orang suci melalui Pendamaian Kristus Tuhan” (Mosia 3:19; penekanan ditambahkan).

Saya menarik perhatian Anda kepada dua kalimat khusus. Pertama—“meninggalkan manusia alami.” Perjalanan dari yang tidak baik ke yang baik adalah proses dari meninggalkan pria alami atau wanita alami dalam diri kita masing-masing. Dalam kefanaan kita semua digoda oleh daging. Unsur utama yang darinya tubuh kita diciptakan adalah dengan sifat yang terjatuh dan rentan terhadap tarikan dosa, pencemaran, dan kematian. Namun kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mengatasi hasrat daging dan godaan “melalui Pendamaian Kristus.” Ketika kita membuat kesalahan, sewaktu kita melanggar dan berdosa, kita dapat bertobat dan menjadi bersih melalui kuasa penyelamatan dari Pendamaian Yesus Kristus.

Kedua—“menjadi orang suci.” Kalimat ini menguraikan kesinambungan dan fase kedua dari perjalanan hidup untuk membuat “manusia yang baik menjadi lebih baik,” atau dengan kata lain, untuk menjadi lebih seperti orang suci. Bagian kedua dari perjalanan ini, proses ini dari menjadi baik ke lebih baik, adalah topik yang karenanya kita tidak menelaah atau mengajar dengan cukup sering ataupun tidak memahami dengan memadai.

Saya mengira bahwa banyak anggota Gereja jauh lebih familiar dengan sifat kuasa yang menebus dan membersihkan dari Pendamaian daripada dengan kuasanya yang memperkuat dan memungkinkan. Adalah satu hal untuk mengetahui bahwa Yesus Kristus datang ke bumi untuk mati bagi kita—itu adalah landasan dan dasar bagi ajaran Kristus. Namun kita juga perlu menghargai bahwa Tuhan berhasrat, melalui Pendamaian-Nya dan melalui kuasa Roh Kudus, untuk hidup dalam diri kita—bukan hanya untuk mengarahkan kita namun juga untuk memberi kita kuasa.

Kebanyakan dari kita tahu bahwa ketika kita melakukan hal-hal yang salah, kita memerlukan bantuan untuk mengatasi dampak dosa dalam kehidupan kita. Juruselamat telah membayar harga dan memungkinkan bagi kita untuk menjadi bersih melalui kuasa penebusan-Nya. Kebanyakan dari kita secara jelas memahami bahwa Pendamaian adalah bagi pendosa. Meskipun demikian, saya tidak yakin, bahwa kita mengetahui dan memahami bahwa Pendamian juga bagi orang-orang suci—bagi pria dan wanita yang baik yang patuh, layak, dan sadar serta yang berusaha untuk menjadi lebih baik dan melayani dengan lebih setia. Kita mungkin secara keliru memercayai bahwa kita harus melakukan perjalanan dari yang baik ke yang lebih baik dan menjadi orang suci sepenuhnya dengan diri kita sendiri, melalui keberanian, tekad, dan disiplin, dan dengan kemampuan terbatas kita yang nyata.

Injil Juruselamat bukan sekadar mengenai menghindari hal-hal tidak baik dalam kehidupan kita; itu juga pada dasarnya mengenai melakukan dan menjadi baik. Dan Pendamaian menyediakan bantuan bagi kita untuk mengatasi dan menghindari hal yang tidak baik dan untuk melakukan serta menjadi baik. Bantuan dari Juruselamat tersedia untuk seluruh perjalanan kefanaan—dari yang tidak baik ke yang baik ke yang lebih baik dan untuk mengubah sifat alami Anda.

Saya tidak menyarankan bahwa kuasa yang menebus dan memungkinkan dari Pendamaian terpisah dan berbeda. Melainkan, dua dimensi dari Pendamaian ini terkait dan terpuji; keduanya perlu dijalankan selama semua tahap perjalanan kehidupan. Dan adalah penting secara kekal bagi kita semua untuk mengenali bahwa kedua unsur penting dari perjalanan kefanaan ini—baik meninggalkan manusia alami maupun menjadi orang suci, baik mengatasi hal-hal jahat maupun menjadi baik—dicapai melalui kuasa Pendamaian. “Tekad individu, ketetapan hati dan motivasi pribadi, perencanaan dan pembuatan gol yang efektif penting namun akhirnya itu tidaklah cukup bagi kita untuk dengan kemenangan menyelesaikan perjalanan fana ini. Sungguh, kita harus datang untuk bersandar pada ‘jasa, dan belas kasihan, dan kasih karunia Mesias Yang Kudus’ (2 Nefi 2:8).”

Kasih Karunia dan Kuasa yang Memungkinkan dari Pendamaian

Dalam Penuntun bagi Tulisan Suci kita belajar bahwa kata kasih karunia sering digunakan dalam tulisan suci yang mengandung makna kuasa yang memungkinkan.

“[Kasih karunia adalah] kata yang sering muncul dalam Perjanjian Baru, terutama dalam tulisan-tulisan Paulus. Gagasan pokok dari kata itu adalah metode ilahi akan bantuan atau kekuatan, yang diberikan melalui belas kasih dan kasih yang melimpah dari Yesus Kristus.

Adalah melalui kasih karunia Tuhan Yesus, yang dimungkinkan melalui kurban Pendamaian-Nya, sehingga umat manusia akan dibangkitkan dalam kebakaan, setiap orang menerima tubuhnya dari kubur dalam keadaan hidup kekal. Demikian juga melalui kasih karunia Tuhan individu-individu, melalui iman pada Pendamaian Yesus Kristus dan pertobatan dari dosa-dosa mereka, menerima kekuatan dan bantuan untuk melakukan pekerjaan kebaikan yang sebaliknya tidak akan dapat diperoleh jika mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Kasih karunia ini adalah kuasa yang memungkinkan yang mengizinkan pria dan wanita untuk memperoleh kehidupan kekal dan permuliaan setelah mereka mengerahkan upaya terbaik mereka.”2

Kasih karunia adalah bantuan ilahi atau bantuan surgawi yang kita masing-masing sangat butuhkan untuk memenuhi syarat bagi kerajaan selestial. Karena itu, kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian menguatkan kita untuk melakukan dan menjadi baik serta untuk melayani melampaui hasrat individu dan kemampuan alami kita.

Dalam penelaahan tulisan suci pribadi saya, saya sering menyisipkan istilah “kuasa yang memungkinkan” kapan pun saya menemukan kata kasih karunia. Pikirkan, misalnya, ayat ini yang kita semua sudah familiar: “Kita tahu bahwa adalah melalui kasih karunia bahwa kita diselamatkan, setelah segala yang dapat kita lakukan” (2 Nefi 25:23). Saya percaya kita dapat belajar lebih banyak mengenai aspek penting dari Pendamaian ini jika kita mau menyisipkan “kuasa yang memungkinkan dan menguatkan” setiap kali kita menemukan kata kasih karunia dalam tulisan suci.

Ilustrasi dan Implikasi

Perjalanan kefanaan adalah pergi dari yang tidak baik ke yang baik ke yang lebih baik dan agar sifat-sifat dasar kita diubah. Kitab Mormon sarat dengan contoh tentang para murid dan rasul yang mengetahui, memahami, dan diubah melalui kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian sehingga berhasil dalam perjalanan itu. Sewaktu kita menjadi memahami dengan lebih baik kuasa sakral ini, perspektif Injil kita akan diperbesar dan diperkaya. Perspektif semacam itu akan mengubah kita dalam cara-cara yang luar biasa.

Nefi adalah contoh tentang seseorang yang mengetahui, memahami, dan bersandar pada kuasa yang memungkinkan dari Juruselamat. Ingat bahwa para putra Lehi harus kembali ke Yerusalem untuk merekrut Ismael dan anggota keluarganya dalam perkara mereka. Laman dan yang lainnya dalam rombongan yang melakukan perjalanan dengan Nefi dari Yerusalem kembali ke padang belantara memberontak, dan Nefi mengimbau saudara-saudaranya untuk beriman kepada Tuhan. Pada poin inilah dalam perjalanan mereka saudara-saudara Nefi mengikat dia dengan tali dan berencana menghancurkannya. Perhatikan doa Nefi, “Ya Tuhan, menurut imanku yang ada kepada-Mu, maukah engkau membebaskanku dari tangan kakak-kakakku; ya, bahkan berilah aku kekuatan agar aku boleh memutuskan ikatan ini yang dengannya aku terikat” (1 Nefi 7:17; penekanan ditambahkan).

Tahukah Anda apa yang cenderung akan saya doakan jika saya telah diikat oleh kakak-kakak saya? “Tolong lepaskan saya dari masalah ini SEKARANG!” Yang paling menarik bagi saya bahwa Nefi tidak berdoa agar keadaannya diubah. Tetapi, dia berdoa memohon kekuatan untuk mengubah keadaannya. Dan saya yakin dia berdoa tepat seperti ini karena dia mengetahui, memahami dan telah mengalami kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian.

Saya pikir ikatan yang mengikat Nefi tidak secara ajaib terlepas dari tangannya dan pergelangan tangannya. Tetapi, saya rasa dia diberkati dengan kesabaran dan kekuatan pribadi melampaui kemampuan alaminya, sehingga dia kemudian “dalam kekuatan Tuhan” (Mosia 9:17) bekerja dan memilin serta menarik tali-tali itu, dan akhirnya dan benar-benar dapat memutuskan ikatan itu.

Implikasi dari episode ini bagi kita masing-masing adalah langsung. Sewaktu Anda dan saya memahami serta menerapkan kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian dalam kehidupan pribadi kita, kita akan berdoa dan mencari kekuatan untuk mengubah keadaan kita alih-alih berdoa memohon agar keadaan kita diubah. Kita akan menjadi agen yang bertindak alih-alih objek yang ditindaki (lihat 2 Nefi 2:14).

Pikirkan contoh dalam Kitab Mormon sewaktu Alma dan orang-orangnya dianiaya oleh Amulon. Suara Tuhan datang kepada orang-orang yang baik ini dalam penderitaan mereka dan menyatakan:

“Aku akan juga meringankan beban yang ditaruh di atas bahumu, sehingga bahkan kamu tidak dapat merasakannya di atas punggungmu .…

Dan sekarang, terjadilah bahwa beban yang diletakkan ke atas diri Alma dan saudara-saudaranya dijadikan ringan; ya, Tuhan menguatkan mereka agar mereka dapat menanggung beban mereka dengan mudah, dan mereka tunduk dengan riang dan dengan kesabaran pada segala kehendak Tuhan” (Mosia 24:14–15; penekanan ditambahkan).

Apa yang diubah dalam episode ini? Bukan beban yang diubah; tantangan dan kesulitan dari penganiayaan itu tidaklah serta-merta disingkirkan dari orang-orang. Namun Alma dan pengikutnya dikuatkan, dan kemampuan serta kekuatan mereka yang bertambah membuat beban mereka terasa lebih ringan. Orang-orang yang baik ini diberi kuasa melalui Pendamaian untuk bertindak sebagai agen dan memengaruhi keadaan mereka. Dan “dalam kekuatan Tuhan” Alma dan orang-orangnya kemudian dipimpin dengan selamat ke negeri Zarahemla.

Masuk akal jika Anda mungkin mempertanyakan, “Apa yang membuat episode dengan Alma dan orang-orangnya ini sebuah contoh tentang kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian?” Jawabannya ditemukan dalam sebuah perbandingan dari Mosia 3:19 dan Mosia 24:15.

“Dan menanggalkan manusia dan menjadi orang suci melalui Pendamaian Kristus Tuhan, dan menjadi seperti seorang anak, tunduk, lembut hati, rendah hati, sabar, penuh dengan kasih, bersedia tunduk pada segala sesuatu yang Tuhan anggap patut untuk ditimpakan ke atas dirinya, bahkan seperti anak tunduk kepada ayahnya” (Mosia 3:19; penekanan ditambahkan).

Sewaktu kita maju dalam perjalanan kefanaan dari yang tidak baik ke yang baik ke yang lebih baik, sewaktu kita menanggalkan pria dan wanita alami dalam diri kita masing-masing, dan sewaktu kita berusaha untuk menjadi orang suci dan telah diubah sifat alami kita, maka atribut-atribut yang diperinci dalam ayat ini seharusnya semakin menjelaskan akan menjadi jenis orang seperti apa Anda dan saya. Kita akan menjadi lebih seperti seorang anak, lebih tunduk, lebih sabar, dan lebih bersedia untuk pasrah.

Sekarang bandingkan sifat-sifat ini dalam Mosia 3:19 dengan yang digunakan untuk menguraikan Alma dan orang-orangnya, “Dan mereka tunduk dengan riang dan dengan kesabaran pada segala kehendak Tuhan” (Mosia 24:15; penekanan ditambahkan).

Saya menemukan kaitan antara sifat-sifat yang dijelaskan dalam ayat ini menarik dan suatu indikasi bahwa orang-orang Alma menjadi orang yang lebih baik melalui kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian Kristus Tuhan.

Ingatlah kisah tentang Alma dan Amulek yang terdapat dalam Alma 14. Dalam kejadian ini banyak Orang Suci yang setia telah dihukum mati dengan api, dan dua hamba Tuhan ini telah dipenjarakan dan dipukuli. Pertimbangkan permohonan ini yang ajukan oleh Alma sewaktu dia berdoa dalam penjara: “Ya Tuhan, berilah kekuatan menurut iman kami yang adalah kepada Kristus, bahkan untuk pembebasan” (Alma 14:26; penekanan ditambahkan).

Di sini sekali lagi kita melihat pemahaman akan dan keyakinan Alma pada kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian yang diperlihatkan dalam permohonannya. Dan cermati hasil dari doa ini:

“Dan mereka [Alma dan Amulek] memutuskan tali yang dengannya mereka diikat; dan ketika orang-orang melihat ini, mereka mulai melarikan diri, karena rasa takut akan kehancuran telah datang ke atas diri mereka .…

Dan Alma dan Amulek keluar dari tahanan, dan mereka tidak terluka; karena Tuhan telah memberikan kepada mereka kuasa, menurut iman mereka yang adalah kepada Kristus” (Alma 14:26, 28; penekanan ditambahkan).

Sekali lagi kuasa yang memungkinan ini adalah bukti sewaktu orang-orang yang baik berjuang melawan kejahatan dan berusaha untuk menjadi bahkan lebih baik serta melayani dengan lebih efektif “dalam kekuatan Tuhan.”

Contoh lain dari Kitab Mormon bersifat petunjuk. Dalam Alma 31, Alma memimpin sebuah misi untuk mempertobatkan orang-orang Zoram yang murtad, yang, setelah membangun Remeumtom, mengucapkan doa yang penuh dengan kesombongan.

Perhatikan permohonan untuk kekuatan dalam doa pribadi Alma, “Ya Tuhan, maukah Engkau mengabulkan bagiku agar aku boleh memiliki kekuatan, agar aku boleh menderita dengan kesabaran kesengsaraan ini yang akan datang ke atas diriku, karena kedurhakaan orang-orang ini” (Alma 31:31; penekanan ditambahkan).

Alma juga berdoa agar rekan-rekan misionarisnya akan menerima berkat yang sama, “Maukah Engkau mengabulkan bagi mereka agar mereka boleh memiliki kekuatan, agar mereka dapat menanggung kesengsaraan mereka yang akan datang ke atas mereka karena kedurhakaan orang-orang ini?” (Alma 31:33; penekanan ditambahkan).

Alma tidak berdoa agar kesengsaraannya disingkirkan. Dia tahu dia adalah agen Tuhan, dan dia berdoa memohon kekuatan untuk bertindak dan memengaruhi situasinya.

Poin kunci dari contoh ini terdapat di ayat terakhir dari Alma 31: “[Tuhan] memberi mereka kekuatan, agar mereka tidak akan menderita macam-macam kesengsaraan, kecuali itu tertelan dalam sukacita Kristus. Ini adalah menurut doa Alma; dan ini karena dia berdoa dalam iman” (ayat 38; penekanan ditambahkan).

Kesengsaraan tidak disingkirkan. Namun Alma dan rekannya dikuatkan dan diberkati melalui kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian untuk “tidak akan menderita macam-macam kesengsaraan, kecuali itu tertelan dalam sukacita Kristus.” Sungguh berkat yang luar biasa. Dan pelajaran apa yang kita masing-masing hendaknya pelajari.

Contoh-contoh tentang kuasa yang memungkinkan tidak ditemukan hanya dalam tulisan suci. Daniel W. Jones lahir pada tahun 1830 di Missouri, dan dia bergabung dengan Gereja di Kalifornia tahun 1851. Pada tahun 1856 dia ikut dalam penyelamatan rombongan kereta tarik yang terdampar di Wyoming karena badai salju yang hebat. Setelah rombongan penyelamat menemukan Orang-Orang Suci yang menderita, menyediakan penghiburan langsung yang dapat mereka berikan, dan membuat pengaturan bagi orang-orang sakit dan yang lemah untuk diangkut ke Salt Lake City, Daniel serta sejumlah pemuda lainnya secara sukarela tinggal di sana dan menjaga barang-barang milik rombongan itu. Makanan dan perbekalan yang ditinggalkan pada Daniel dan rekan-rekannya sedikit sekali dan cepat habis. Kutipan berikut dari jurnal pribadi Daniel Jones menguraikan peristiwa-peristiwa yang mengikuti.

“Binatang buruan segera menjadi sangat langka sehingga kami tidak dapat membunuh apa pun. Kami memakan semua daging kurang baik; seseorang akan lapar memakannya. Akhirnya semuanya habis, tak ada yang tersisa kecuali kulit binatang. Kami harus memakannya. Banyak yang dimasak dan dimakan tanpa bumbu apa pun dan itu membuat seluruh rombongan sakit .…

Keadaan semakin buruk, karena tidak ada yang tersisa kecuali kulit binatang mentah yang jelek yang diambil dari ternak yang mati. Kami memohon kepada Tuhan untuk mengarahkan kami apa yang harus dilakukan. Para anggota pria tidak mengeluh, namun merasa harus memercayai Allah .… Akhirnya saya mendapat kesan bagaimana mengolah kulit binatang itu dan memberi rombongan nasihat, memberi tahu mereka bagaimana memasaknya; kulit itu harus dibakar dan dikerok bulu-bulunya; ini cenderung menghilangkan dan memurnikan rasa tidak enak yang karena dimasak dengan air panas. Setelah pengerokan bulu, direbus satu jam dalam air yang banyak, dibuang airnya yang menyerap semua lendir, lalu mencuci dan mengerok kulit itu secara saksama, mencucinya dengan air dingin, lalu memasaknya menjadi agar-agar dan membiarkannya dingin, dan kemudian memakannya dengan sedikit gula ditaburkan di atasnya. Ini adalah masalah besar, tetapi kami memiliki sedikit hal lain untuk dilakukan dan itu lebih baik daripada kelaparan.

Kami memohon kepada Tuhan untuk memberkati perut kami dan menyesuaikannya dengan makan ini .… Saat makan sekarang semuanya tampak menikmati pesta ini. Kami tiga hari tidak makan sebelum usaha kedua ini dibuat. Kami menikmati makanan lezat ini selama kira-kira enam minggu.”3

Dalam keadaan itu saya mungkin akan berdoa memohon hal lain untuk dimakan, “Bapa Surgawi, mohon kirimkan burung-burung puyuh atau kerbau.” Tampaknya tidak terpikir bagi saya untuk berdoa agar perut saya akan diperkuat dan mau menerima makanan yang kami santap. Apa yang Daniel W. Jones ketahui? Dia tahu tentang kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian Yesus Kristus. Dia tidak berdoa agar keadaannya akan diubah. Dia berdoa agar dia akan dikuatkan untuk mengatasi keadaannya. Sama seperti Alma dan orang-orangnya, Amulek, serta Nefi dikuatkan, Daniel W. Jones memiliki wawasan rohani untuk mengetahui apa yang diminta dalam doa itu.

Kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian Kristus memperkuat kita untuk melakukan hal-hal yang tidak pernah dapat kita lakukan sendiri. Terkadang saya mempertanyakan apakah di dunia zaman akhir kita dengan kemudahan—di dunia kita dengan pemanggang microwave dan telepon seluler serta mobil berpendingin ruangan dan rumah yang nyaman—kita pernah belajar untuk mengenali kebergantungan harian kita pada kuasa yang memungkinkan dari Pendamaian.

Sister Bednar adalah wanita yang benar-benar setia dan kompeten, dan saya telah memetik pelajaran penting mengenai kuasa yang memungkinkan ini dari teladannya yang lembut. Saya melihat kesabarannya melewati rasa mual [morning sickness] yang intens dan berkelanjutan—secara harfiah sakit sepanjang hari setiap hari selama delapan bulan—selama masing-masing dari tiga kehamilannya. Bersama-sama kami berdoa agar dia akan diberkati, namun tantangan itu tidak pernah hilang. Sebaliknya, dia dapat melakukan secara fisik apa yang tidak bisa dia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Selama bertahun-tahun saya juga telah melihat bagaimana dia telah diperkuat untuk mengatasi ejekan dan cemoohan yang datang dari masyarakat awam ketika seorang wanita Orang Suci Zaman Akhir mengindahkan nasihat kenabian dan menjadikan keluarga serta mengasuh anak-anak prioritas tertingginya. Saya berterima kasih dan menghargai Susan karena membantu saya untuk mempelajari pelajaran-pelajaran yang berharga itu.

Juruselamat Mengetahui dan Memahami

Dalam Alma pasal 7 kita belajar bagaimana dan mengapa Juruselamat dapat menyediakan kuasa yang memungkinkan:

“Dan dia akan maju, menderita rasa sakit dan kesengsaraan dan cobaan dari setiap jenis; dan ini agar firman boleh digenapi yang mengatakan Dia akan mengambil ke atas diri-Nya rasa sakit dan penyakit umat-Nya.

Dan Dia akan mengambil ke atas diri-Nya kematian, agar Dia boleh melepaskan ikatan kematian yang mengikat umat-Nya; dan Dia akan mengambil ke atas diri-Nya kelemahan mereka, agar sanubari-Nya boleh dipenuhi dengan belas kasihan, secara daging, agar Dia boleh mengetahui secara daging bagaimana menyokong umat-Nya menurut kelemahan mereka” (Alma 7:11–12; penekanan ditambahkan).

Juruselamat telah menderita bukan sekadar untuk kesalahan kita namun juga untuk ketidaksetaraan, ketidakadilan, rasa sakit, penderitaan, dan kepedihan emosional yang begitu sering menimpa kita. Tidak ada rasa sakit fisik, tidak ada penderitaan jiwa, tidak ada penderitaan roh, tidak ada kekurangan atau kelemahan yang Anda dan saya pernah alami selama perjalanan fana kita yang Juruselamat tidak alami terlebih dahulu. Anda dan saya di saat-saat kelemahan mungkin menangis, “Tidak ada yang memahami. Tidak ada yang tahu.” Tidak ada manusia, mungkin, mengetahui. Tetapi Putra Allah dengan sempurna mengetahui dan memahami, karena Dia merasakan dan menanggung beban kita sebelum kita pernah menanggungnya. Dan karena Dia mengurbankan nyawa dan menanggung beban itu, Dia memiliki empati yang sempurna serta dapat mengulurkan kepada kita lengan belas kasihan-Nya dalam begitu banyak tahap dari kehidupan kita. Dia dapat menjangkau, menyentuh, mendukung—secara harfiah berlari ke arah kita—dan menguatkan kita untuk menjadi lebih dari yang mampu kita lakukan dan membantu kita melakukan apa yang tidak pernah kita lakukan melalui bersandar hanya pada kekuatan kita sendiri”

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius 11:28–30).

Saya menyatakan kesaksian dan penghargaan saya atas kurban tak terbatas dan kekal dari Tuhan Yesus Kristus. Saya tahu Juruselamat hidup. Saya telah mengalami baik kuasa penebusan-Nya maupun kuasa-Nya yang memungkinkan, dan saya bersaksi bahwa kuasa ini nyata dan tersedia bagi kita masing-masing. Sungguh, “dalam kekuatan Tuhan” kita dapat melakukan dan mengatasi segala sesuatu sewaktu kita maju dalam perjalanan kefanaan kita.

Catatan

  1. Lihat Franklin D. Richards, dalam Conference Report, Oktober 1965, 136–137; lihat juga David O. McKay, dalam Conference Report, April 1954, 26.

  2. Penuntun bagi Tulisan Suci, “Kasih Karunia”; penekanan ditambahkan.

  3. Daniel W. Jones, Forty Years among the Indians (n.d.), 57–58.

O Bapaku, oleh Simon Dewey

Ilustrasi oleh Jeff Ward

Ilustrasi oleh Jeff Ward

Detail dari Lihatlah Tangan-Ku, oleh Jeff Ward