Perpustakaan
Ajaran-Ajaran Dasar


Ajaran-Ajaran Dasar

Ajaran-Ajaran Dasar hendaknya disorot baik di kelas seminari maupun institut. Guru hendaknya membantu siswa mengidentifikasi, memahami, memercayai, menjelaskan, dan menerapkan ajaran-ajaran Injil ini. Melakukannya akan membantu para siswa memperkuat kesaksian mereka dan meningkatkan penghargaan mereka bagi Injil Yesus Kristus yang dipulihkan. Penelaahan mengenai ajaran-ajaran ini juga akan membantu para siswa menjadi lebih siap untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran penting ini kepada orang lain.

Ke-100 petikan penguasaan ayat suci yang diseleksi oleh Seminari dan Institut Religi dipilih untuk mendukung pemahaman siswa mengenai Ajaran-Ajaran Dasar. Kebanyakan rujukan ayat suci yang didaftarkan di bawah merujuk pada penguasaan ayat suci. Itu telah disertakan untuk melihat bagaimana itu berhubungan dengan Ajaran-Ajaran Dasar.

1. Ke-Allah-an

Ada tiga sosok terpisah dalam Ke-Allah-an: Allah, Bapa yang Kekal; Putra-Nya, Yesus Kristus; dan Roh Kudus (lihat Joseph Smith—Sejarah 1:15–20). Bapa dan Putra memiliki tubuh nyata berupa daging dan tulang, dan Roh Kudus adalah sosok berupa roh (lihat A&P 130:22–23). Mereka satu dalam tujuan dan ajaran. Mereka secara sempurna bersatu dalam mewujudkan rencana keselamatan ilahi Bapa Surgawi.

Allah Bapa

Allah Bapa adalah Penguasa Mahatinggi alam semesta. Dia adalah Bapa dari roh kita (lihat Ibrani 12:9). Dia sempurna, memiliki segala kuasa, dan mengetahui segala sesuatu. Dia juga adalah Allah dengan belas kasihan, kemurahan hati, dan kasih amal yang sempurna.

Yesus Kristus

Yesus Kristus adalah Putra Sulung Bapa dalam roh dan adalah Putra Tunggal Bapa dalam daging. Dia adalah Yehova dari Perjanjian Lama serta Mesias dari Perjanjian Baru.

Yesus Kristus menjalani kehidupan tanpa dosa dan melakukan Pendamaian yang sempurna bagi dosa-dosa seluruh umat manusia (lihat Alma 7:11–13). Kehidupan-Nya merupakan contoh sempurna bagaimana seluruh umat manusia hendaknya hidup (lihat Yohanes 14:6; 3 Nefi 12:48). Dia adalah orang pertama di bumi yang dibangkitkan (lihat 1 Korintus 15:20–22). Dia akan datang kembali dalam kuasa dan kemuliaan serta akan memerintah di bumi selama Milenium.

Semua doa, pemberkatan, dan tata cara imamat hendaknya dilakukan dalam nama Yesus Kristus (lihat 3 Nefi 18:15, 20–21).

Rujukan yang berhubungan: Helaman 5:12; A&P 19:23; A&P 76:22–24

Roh Kudus

Roh Kudus adalah anggota ketiga dari Ke-Allah-an. Dia adalah sosok berupa roh tanpa tubuh daging dan tulang. Dia sering dirujuk sebagai Roh, Roh Kudus, Roh Allah, Roh Tuhan, dan Penghibur.

Roh Kudus memberikan kesaksian tentang Bapa dan Putra, menyatakan kebenaran tentang segala hal, dan menguduskan mereka yang bertobat serta dibaptiskan (lihat Moroni 10:4–5).

Rujukan yang berhubungan: Galatia 5:22–23; A&P 8:2–3

2. Rencana Keselamatan

Dalam keberadaan prafana, Bapa Surgawi memperkenalkan sebuah rencana untuk memampukan kita menjadi seperti Dia serta memperoleh kebakaan dan kehidupan kekal (lihat Musa 1:39). Ayat suci merujuk pada rencana ini sebagai rencana keselamatan, rencana kebahagiaan yang besar, rencana penebusan, dan rencana belas kasihan.

Rencana keselamatan mencakup Penciptaan, Kejatuhan, Pendamaian Yesus Kristus, dan seluruh hukum, tata cara, dan ajaran Injil. Hak pilihan moral—kemampuan untuk memilih dan bertindak bagi diri kita sendiri—juga amat penting dalam rencana Bapa Surgawi (lihat 2 Nefi 2:27). Karena rencana ini, kita dapat disempurnakan melalui Pendamaian, menerima kegenapan sukacita, dan hidup selamanya di hadirat Allah (lihat 3 Nefi 12:48). Hubungan keluarga kita dapat berlangsung sepanjang kekekalan.

Rujukan yang berhubungan: Yohanes 17:3; A&P 58:27

Kehidupan Prafana

Sebelum kita lahir ke bumi, kita hidup di hadirat Bapa Surgawi kita sebagai anak-anak roh-Nya (lihat Abraham 3:22–23). Dalam keberadaan prafana ini kita berperan serta dalam sebuah sidang dewan bersama anak-anak roh Bapa Surgawi lainnya. Selama sidang itu, Bapa Surgawi menyajikan rencana-Nya dan Yesus Kristus prafana membuat perjanjian untuk menjadi Juruselamat.

Kita menggunakan hak pilihan kita untuk mengikuti rencana Bapa Surgawi. Kita bersiap untuk datang ke bumi, di mana kita dapat terus maju.

Mereka yang mengikuti Bapa Surgawi dan Yesus Kristus diizinkan datang ke bumi untuk mengalami kefanaan dan maju ke arah kehidupan kekal. Lusifer, putra roh Allah yang lain, memberontak melawan rencana itu. Dia menjadi Setan, dan dia serta para pengikutnya diusir dari surga dan tidak memperoleh kesempatan istimewa menerima tubuh jasmani serta mengalami kefanaan.

Rujukan yang berhubungan: Yeremia 1:4–5

Penciptaan

Yesus Kristus menciptakan langit dan bumi di bawah arahan Bapa. Bumi bukanlah diciptakan dari kenihilan; itu diorganisasi dari bahan-bahan yang ada. Yesus Kristus telah menciptakan dunia-dunia yang tak terhitung jumlahnya (lihat A&P 76:22–24).

Penciptaan bumi amatlah penting bagi rencana Allah. Itu menyediakan tempat di mana kita dapat memperoleh tubuh jasmani, diuji dan dicobai, serta mengembangkan sifat-sifat yang ilahi.

Kita hendaknya menggunakan sumber-sumber bumi dengan kebijaksanaan, penilaian, dan ucapan terima kasih (lihat A&P 78:19).

Adam adalah manusia pertama yang diciptakan di bumi. Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut rupa-Nya sendiri. Seluruh umat manusia—pria dan wanita—diciptakan menurut rupa Allah (lihat Kejadian 1:26–27).

Kejatuhan

Di Taman Eden, Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; akibat dari melakukan hal itu adalah kematian rohani dan jasmani. Kematian rohani adalah pemisahan dari Allah. Kematian jasmani adalah pemisahan roh dari tubuh fana. Karena Adam dan Hawa melanggar perintah Allah, mereka diusir dari hadirat-Nya dan menjadi fana. Pelanggaran Adam dan Hawa dan perubahan-perubahan yang diakibatkannya, termasuk kematian rohani dan jasmani, disebut Kejatuhan.

Sebagai hasil dari Kejatuhan, Adam dan Hawa serta keturunan mereka dapat mengalami sukacita dan dukacita, mengetahui yang baik dan yang jahat, serta memiliki anak-anak (lihat 2 Nefi 2:25). Sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita mewarisi keadaan terjatuh selama kefanaan. Kita dipisahkan dari hadirat Tuhan dan tunduk pada kematian jasmani. Kita juga diuji melalui kesulitan-kesulitan kehidupan dan godaan-godaan lawan (lihat Mosia 3:19).

Kejatuhan merupakan bagian yang penting dalam rencana keselamatan Bapa Surgawi. Itu memiliki dua arah—mundur namun maju. Selain memperkenalkan kematian jasmani dan rohani, itu memberi kita kesempatan untuk dilahirkan ke bumi serta untuk belajar dan tumbuh.

Kehidupan Fana

Kehidupan fana adalah waktu pembelajaran ketika kita dapat bersiap untuk kehidupan kekal dan membuktikan bahwa kita akan menggunakan hak pilihan kita untuk melakukan segala yang telah Tuhan perintahkan. Selama kehidupan fana ini, kita harus mengasihi dan melayani orang lain (lihat Mosia 2:17; Moroni 7:45, 47–48).

Dalam kefanaan, roh kita disatukan dengan tubuh jasmani kita, yang memberi kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan cara-cara yang tidak mungkin di kehidupan prafana. Tubuh kita merupakan bagian yang penting dari rencana keselamatan dan hendaknya dihormati sebagai karunia dari Bapa Surgawi kita (lihat 1 Korintus 6:19–20).

Rujukan yang berhubungan: Yosua 24:15; Matius 22:36–39; 2 Nefi 28:7–9; Alma 41:10; A&P 58:27

Kehidupan Setelah Kematian

Ketika kita mati, roh kita memasuki dunia roh dan menunggu Kebangkitan. Roh orang saleh diterima ke dalam keadaan kebahagiaan, yang disebut firdaus. Banyak orang beriman akan mengkhotbahkan Injil kepada mereka yang berada dalam penjara roh.

Penjara roh adalah tempat sementara di dunia pascafana bagi mereka yang mati tanpa pengetahuan akan kebenaran dan mereka yang tidak patuh dalam kefanaan. Di sana, kepada roh-roh itu diajarkan Injil dan memiliki kesempatan untuk bertobat dan menerima tata cara keselamatan yang dilaksanakan bagi mereka di dalam bait suci (lihat 1 Petrus 4:6). Mereka yang menerima Injil akan tinggal di firdaus sampai Kebangkitan.

Kebangkitan adalah disatukannya kembali tubuh roh kita dengan tubuh jasmani berupa daging dan tulang kita yang telah disempurnakan (lihat Lukas 24:36–39). Setelah kebangkitan, roh dan tubuh tidak akan pernah lagi dipisahkan dan akan menjadi baka. Setiap orang yang lahir ke bumi akan dibangkitkan karena Yesus Kristus mengatasi kematian (lihat 1 Korintus 15:20–22). Orang saleh akan dibangkitkan sebelum yang jahat dan akan tampil dalam Kebangkitan Pertama.

Penghakiman Akhir akan terjadi setelah Kebangkitan. Yesus Kristus akan menghakimi setiap orang untuk menentukan kemuliaan kekal yang akan diterimanya. Penghakiman ini akan didasarkan pada kepatuhan setiap orang pada perintah-perintah Allah (lihat Wahyu 20:12; Mosia 4:30).

Ada tiga kerajaan kemuliaan (lihat 1 Korintus 15:40–42). Yang tertinggi dari ini adalah kerajaan selestial. Mereka yang gagah berani dalam kesaksian mengenai Yesus dan patuh pada asas-asas Injil akan berdiam dalam kerajaan selestial di hadirat Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus (lihat A&P 131:1–4).

Yang kedua dari tiga kerajaan kemuliaan adalah kerajaan terestrial. Mereka yang berdiam dalam kerajaan ini adalah pria dan wanita terhormat di bumi yang tidak gagah berani dalam kesaksian mengenai Yesus.

Kerajaan telestial adalah yang terendah dari ketiga kerajaan kemuliaan. Mereka yang mewarisi kerajaan ini adalah mereka yang memilih kejahatan alih-alih kesalehan selama kehidupan fana mereka. Individu-individu ini akan menerima kemuliaan mereka setelah ditebus dari penjara roh.

Rujukan yang berhubungan: Yohanes 17:3

3. Pendamaian Yesus Kristus

Mendamaikan berarti menanggung penalti dosa, dengan demikian menghilangkan dampak dosa dari si pendosa yang bertobat dan memperkenankannya untuk diperdamaikan kembali dengan Allah. Yesus Kristus adalah satu-satunya yang mampu membuat pendamaian yang sempurna bagi seluruh umat manusia. Pendamaian-Nya mencakup penderitaan-Nya untuk dosa-dosa umat manusia di Taman Getsemani, pencurahan darah-Nya, penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib, serta Kebangkitan-Nya dari kubur (lihat Lukas 24:36–39; A&P 19:16–19). Juruselamat mampu melakukan Pendamaian karena Dia menjaga Diri-Nya bebas dari dosa dan memiliki kuasa atas kematian. Dari ibu-Nya yang fana, Dia mewarisi kemampuan untuk mati. Dari Bapa-Nya yang baka, Dia mewarisi kuasa untuk mengambil kembali nyawa-Nya.

Melalui kasih karunia, yang disediakan melalui Kurban Pendamaian Juruselamat, semua orang akan dibangkitkan dan menerima kebakaan. Pendamaian Yesus Kristus juga memungkinkan bagi kita untuk menerima kehidupan kekal (lihat Moroni 7:41). Untuk menerima karunia ini, kita harus menjalankan Injil Yesus Kristus, yang mencakup beriman kepada-Nya, bertobat dari dosa-dosa kita, dibaptiskan, menerima karunia Roh Kudus, dan bertahan dengan setia sampai akhir (lihat Yohanes 3:5).

Sebagai bagian dari Pendamaian-Nya, Yesus Kristus bukan saja menderita untuk dosa-dosa kita tetapi juga mengambil ke atas diri-Nya rasa sakit, penyakit, dan kelemahan semua orang (lihat Alma 7:11–13). Dia memahami penderitaan kita karena Dia telah mengalaminya. Kasih karunia-Nya, atau kuasa-Nya yang memampukan, menguatkan kita untuk menanggung beban dan menunaikan tugas yang tidak dapat kita lakukan sendiri (lihat Matius 11:28–30; Filipi 4:13; Eter 12:27).

Rujukan yang berhubungan: Yohanes 3:5; Kisah Para Rasul 3:19–21

Iman kepada Yesus Kristus

Iman adalah “berharap untuk segala sesuatu yang tidak terlihat, yang adalah benar” (Alma 32:21; lihat juga Eter 12:6). Itu adalah karunia dari Allah.

Iman harus dipusatkan kepada Yesus Kristus agar itu memimpin seseorang pada keselamatan. Beriman kepada Yesus Kristus berarti bersandar sepenuhnya kepada-Nya dan percaya pada Pendamaian, kuasa, dan kasih-Nya yang tak terbatas. Itu mencakup memercayai ajaran-ajaran-Nya dan percaya bahwa meskipun kita tidak memahami segala sesuatu, Dia memahaminya (lihat Amsal 3:5–6; A&P 6:36).

Lebih daripada kepercayaan yang pasif, iman diungkapkan melalui cara kita hidup (lihat Yakobus 2:17–18). Iman dapat meningkat sewaktu kita berdoa, menelaah ayat suci, dan mematuhi perintah-perintah Allah.

Orang Suci Zaman Akhir juga beriman kepada Allah Bapa, Roh Kudus, dan kuasa imamat seperti juga pada aspek-aspek penting lainnya dari Injil yang dipulihkan. Iman membantu kita menerima kesembuhan dan kekuatan rohani dan jasmani untuk terus maju, menghadapi kesukaran-kesukaran kita, dan mengatasi godaan (lihat 2 Nefi 31:19–20). Tuhan akan mengerjakan mukjizat-mukjizat yang dahsyat dalam kehidupan kita sesuai dengan iman kita.

Melalui iman kepada Yesus Kristus, seseorang dapat memperoleh pengampunan akan dosa-dosanya dan pada akhirnya berdiam di hadirat Allah.

Rujukan yang berhubungan: Matius 11:28–30

Pertobatan

Pertobatan adalah suatu perubahan pikiran dan hati yang memberi kita pandangan baru mengenai Allah, mengenai diri kita sendiri, serta mengenai dunia. Itu mencakup berpaling dari dosa dan kembali kepada Allah untuk pengampunan. Itu dimotivasi oleh kasih bagi Allah dan hasrat yang tulus untuk mematuhi perintah-perintah-Nya.

Dosa-dosa kita menjadikan kita tidak bersih—tidak layak untuk kembali dan berdiam di hadirat Bapa Surgawi kita. Melalui Pendamaian Yesus Kristus, Bapa kita di Surga telah menyediakan satu-satunya cara bagi kita untuk diampuni dari dosa-dosa kita (lihat Yesaya 1:18).

Pertobatan juga mencakup merasa berduka karena melakukan dosa, mengakui kepada Bapa Surgawi dan kepada orang lain jika perlu, meninggalkan dosa, berupaya untuk mengganti sedapat mungkin semua yang telah rusak karena dosa seseorang, serta menjalani kehidupan dengan kepatuhan terhadap perintah-perintah Allah (lihat A&P 58:42–43).

Rujukan yang berhubungan: Yesaya 53:3–5; Yohanes 14:6; 2 Nefi 25:23, 26; A&P 18:10–11; A&P 19:23; A&P 76:40–41

5. Dispensasi, Kemurtadan, dan Pemulihan

Dispensasi

Dispensasi adalah suatu periode waktu ketika Tuhan mengungkapkan ajaran, tata cara, dan imamat-Nya. Itu adalah periode ketika Tuhan memiliki setidaknya satu hamba yang berwenang di bumi yang memegang imamat kudus dan yang memiliki kewenangan untuk menyebarkan Injil dan untuk menyelenggarakan tata cata-tata cara darinya. Dewasa ini kita hidup dalam dispensasi yang terakhir—dispensasi kegenapan zaman yang dimulai dengan diwahyukannya Injil kepada Joseph Smith.

Dispensasi-dispensasi sebelumnya diidentifikasi dengan Adam, Henokh, Nuh, Abraham, Musa, dan Yesus Kristus. Selain itu, telah ada dispensasi-dispensasi lainnya, termasuk yang ada di antara orang-orang Nefi dan orang-orang Yared. Rencana keselamatan dan Injil Yesus Kristus telah diungkapkan dan diajarkan di setiap dispensasi.

Kemurtadan

Ketika orang-orang berpaling dari asas-asas Injil dan tidak memiliki kunci-kunci imamat, mereka berada dalam keadaan murtad.

Periode-periode kemurtadan umum telah terjadi sepanjang sejarah dunia. Satu contohnya adalah Kemurtadan Besar, yang terjadi setelah Juruselamat menegakkan Gereja-Nya (lihat 2 Tesalonika 2:1–3). Setelah kematian para Rasul Juruselamat, asas-asas Injil dicemari dan perubahan-perubahan yang tak diwenangkan dibuat dalam organisasi Gereja dan tata cara imamat. Karena kejahatan yang menyebarluas ini, Tuhan menarik wewenang dan kunci-kunci imamat dari bumi.

Selama Kemurtadan Besar, orang berada tanpa arahan ilahi dari nabi yang hidup. Banyak Gereja didirikan, tetapi mereka tidak memiliki wewenang untuk menganugerahkan karunia Roh Kudus atau melaksanakan tata cara imamat. Bagian-bagian dari ayat suci dicemari atau hilang, dan orang tidak lagi memiliki pemahaman yang akurat mengenai Allah.

Kemurtadan ini berlangsung sampai Bapa Surgawi dan Putra Terkasih-Nya menampakkan diri kepada Joseph Smith dan mengawali Pemulihan kegenapan Injil.

Pemulihan

Pemulihan adalah ditegakkannya kembali kebenaran-kebenaran dan tata cara-tata cara Injil oleh Allah di antara anak-anak-Nya di bumi (lihat Kisah Para Rasul 3:19–21).

Dalam persiapan untuk Pemulihan, Tuhan memunculkan pria-pria yang luhur selama apa yang disebut Reformasi. Mereka berusaha untuk mengembalikan ajaran, praktik, dan organisasi keagamaan pada bagaimana Juruselamat menetapkannya. Namun, mereka tidak memiliki imamat atau kegenapan Injil.

Pemulihan dimulai pada tahun 1820 ketika Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, menampakkan diri kepada Joseph Smith sebagai tanggapan terhadap doanya (lihat Joseph Smith—Sejarah 1:15–20). Beberapa peristiwa kunci dari Pemulihan adalah penerjemahan Kitab Mormon, pemulihan Imamat Harun dan Imamat Melkisedek, serta pengorganisasian Gereja pada tanggal 6 April 1830.

Imamat Harun dipulihkan kepada Joseph Smith dan Oliver Cowdery oleh Yohanes Pembaptis pada tanggal 15 Mei 1829. Imamat Melkisedek dan kunci-kunci kerajaan juga dipulihkan pada tahun 1829, ketika Rasul Petrus, Yakobus, dan Yohanes menganugerahkannya kepada Joseph Smith dan Oliver Cowdery.

Kegenapan Injil telah dipulihkan, dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah “satu-satunya gereja yang sejati dan hidup di atas muka seluruh bumi” (A&P 1:30). Gereja pada akhirnya akan mengisi seluruh bumi dan berdiri selamanya.

Rujukan yang berhubungan: Yesaya 29:13–14; Yehezkiel 37:15–17; Efesus 4:11–14; Yakobus 1:5–6

5. Nabi dan Wahyu

Nabi adalah seseorang yang telah dipanggil oleh Allah untuk berbicara bagi-Nya (lihat Amos 3:7). Para nabi bersaksi tentang Yesus Kristus dan mengajarkan Injil-Nya. Mereka memberitahukan kehendak dan sifat sejati Allah. Mereka mengutuk dosa dan memperingatkan terhadap akibat-akibatnya. Kadang-kadang, mereka bernubuat tentang peristiwa-peristiwa di masa datang (lihat A&P 1:37–38). Banyak ajaran nabi ditemukan dalam ayat suci. Sewaktu kita menelaah perkataan nabi, kita dapat mempelajari kebenaran dan menerima bimbingan (lihat 2 Nefi 32:3).

Kita mendukung Presiden Gereja sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu serta satu-satunya orang di bumi yang menerima wahyu untuk menuntun seluruh Gereja. Kita juga mendukung para penasihat dalam Presidensi Utama dan para anggota Kuorum Dua Belas Rasul sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu.

Wahyu adalah komunikasi dari Allah kepada anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengungkapkan kehendak-Nya kepada Gereja, Dia berfirman melalui nabi-Nya. Ayat suci—Alkitab, Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, serta Mutiara yang Amat Berharga—memuat wahyu yang diberikan melalui para nabi zaman dahulu dan zaman akhir. Presiden Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah nabi Allah di bumi dewasa ini.

Individu dapat menerima wahyu untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan, tanggung jawab, dan pertanyaan spesifik mereka serta untuk membantu memperkuat kesaksian mereka. Sebagian besar wahyu kepada pemimpin dan anggota Gereja datang melalui kesan dan pemikiran dari Roh Kudus. Roh Kudus berbicara ke dalam benak dan hati kita dengan suara yang lembut tenang (lihat A&P 8:2–3). Wahyu juga dapat datang melalui penglihatan, mimpi, dan kunjungan oleh malaikat.

Rujukan yang berhubungan: Mazmur 119:105; Efesus 4:11–14; 2 Timotius 3:15–17; Yakobus 1:5–6; Moroni 10:4–5

6. Imamat dan Kunci-Kunci Imamat

Imamat adalah kuasa dan wewenang kekal Allah. Melalui imamat, Allah menciptakan serta mengatur langit dan bumi. Melalui kuasa ini Dia menebus dan mempermuliakan anak-anak-Nya, mendatangkan “kebakaan dan hidup yang kekal bagi manusia” (Musa 1:39).

Allah memberikan wewenang imamat kepada para anggota pria Gereja yang layak agar mereka dapat bertindak dalam nama-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya. Kunci-kunci imamat merupakan hak presidensi, atau kuasa yang diberikan kepada manusia oleh Allah untuk mengatur dan mengarahkan kerajaan Allah di bumi (lihat Matius 16:15–19). Melalui kunci-kunci ini, para pemegang imamat dapat diwenangkan untuk mengkhotbahkan Injil dan menyelenggarakan tata cara keselamatan. Semua yang melayani di Gereja dipanggil di bawah arahan orang yang memegang kunci-kunci imamat. Dengan demikian, mereka berhak atas kuasa yang diperlukan untuk melayani dan memenuhi tanggung jawab pemanggilan mereka.

Rujukan yang berhubungan: A&P 121:36, 41–42

Imamat Harun

Imamat Harun sering disebut imamat persiapan. Jabatan dalam Imamat Harun adalah diaken, pengajar, imam, dan uskup. Di Gereja zaman sekarang, para anggota pria yang layak dapat menerima Imamat Harun dimulai pada usia 12 tahun.

Imamat Harun “memegang kunci-kunci pelayanan para malaikat, dan Injil pertobatan dan baptisan” (A&P 13:1).

Imamat Melkisedek

Imamat Melkisedek adalah imamat yang lebih tinggi, atau lebih besar, serta melayani dalam hal-hal rohani (lihat A&P 107:8). Imamat yang lebih besar ini diberikan kepada Adam dan telah berada di bumi kapan pun Tuhan telah mengungkapkan Injil-Nya.

Imamat itu awalnya disebut “Imamat Kudus menurut Tata Tertib Putra Allah” (A&P 107:3). Itu kemudian dikenal sebagai Imamat Melkisedek, yang diberi nama menurut nama seorang imam tinggi yang hebat yang hidup dalam zaman Nabi Abraham.

Dalam Imamat Melkisedek terdapat jabatan penatua, imam tinggi, bapa bangsa, Tujuh Puluh, dan Rasul. Presiden dari Imamat Melkisedek adalah Presiden Gereja.

Rujukan yang berhubungan: Efesus 4:11–14

7. Tata Cara dan Perjanjian

Tata Cara

Dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, tata cara adalah suatu tindakan yang sakral dan resmi yang memiliki makna rohani. Setiap tata cara dirancang oleh Allah untuk mengajarkan kebenaran rohani. Tata cara keselamatan dilaksanakan oleh wewenang imamat dan di bawah arahan mereka yang memegang kunci-kunci imamat. Beberapa tata cara amatlah penting bagi permuliaan dan disebut tata cara yang menyelamatkan.

Tata cara Injil yang menyelamatkan yang pertama adalah pembaptisan melalui pencelupan dalam air oleh orang yang memiliki wewenang. Baptisan adalah perlu bagi individu untuk menjadi anggota Gereja dan untuk memasuki kerajaan selestial (lihat Yohanes 3:5).

Kata baptisan berasal dari kata Yunani yang berarti membenamkan atau mencelup. Pencelupan merupakan simbol kematian dari kehidupan orang yang penuh dosa dan kelahirannya kembali ke dalam kehidupan rohani, didedikasikan bagi pelayanan kepada Allah dan anak-anak-Nya. Itu juga simbol kematian dan kebangkitan.

Setelah seseorang dibaptiskan, satu atau lebih pemegang Imamat Melkisedek menumpangkan tangan mereka di atas kepala orang tersebut dan mengukuhkannya sebagai anggota Gereja. Sebagai bagian dari tata cara ini, yang disebut pengukuhan, orang itu diberi karunia Roh Kudus.

Karunia Roh Kudus berbeda dengan pengaruh Roh Kudus. Sebelum baptisan, orang dapat merasakan pengaruh Roh Kudus dari waktu ke waktu dan melalui pengaruh itu dapat menerima kesaksian mengenai kebenaran (lihat Moroni 10:4–5). Setelah menerima karunia Roh Kudus, seseorang memiliki hak atas kerekanan konstannya jika dia menaati perintah-perintah.

Tata cara yang menyelamatkan lainnya mencakup penahbisan pada Imamat Melkisedek (bagi pria), pemberkahan bait suci, dan pemeteraian pernikahan (lihat A&P 131:1–4). Semua tata cara yang menyelamatkan juga dapat dilakukan secara perwakilan bagi orang mati. Tata cara perwakilan menjadi efektif hanya ketika orang yang telah meninggal menerimanya dalam dunia roh dan menghormati perjanjian-perjanjian yang berkaitan.

Tata cara-tata cara lainnya, seperti pelayanan kepada orang sakit serta memberi nama dan memberkati anak, juga penting bagi perkembangan rohani kita.

Rujukan yang berhubungan: Kisah Para Rasul 2:36–38

Perjanjian

Perjanjian adalah kesepakatan yang sakral antara Allah dan manusia. Allah memberikan persyaratan bagi perjanjian, dan kita sepakat untuk melakukan apa yang Dia minta untuk kita lakukan; kemudian Allah menjanjikan kepada kita berkat-berkat khusus bagi kepatuhan kita (lihat A&P 82:10).

Semua tata cara imamat yang menyelamatkan disertai dengan perjanjian. Kita membuat perjanjian dengan Tuhan pada saat pembaptisan dan memperbarui perjanjian-perjanjian tersebut dengan mengambil sakramen. Para pria yang menerima Imamat Melkisedek memasuki sumpah dan perjanjian imamat. Kita membuat perjanjian lebih lanjut di bait suci.

Rujukan yang berhubungan: Keluaran 19:5–6; Mazmur 24:3–4; 2 Nefi 31:19–20; A&P 25:13

8. Pernikahan dan Keluarga

Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah, dan bahwa keluarga merupakan inti dari rencana keselamatan-Nya dan bagi kebahagiaan kita. Kebahagiaan dalam kehidupan keluarga paling mungkin dicapai bila didasarkan pada ajaran-ajaran Tuhan Yesus Kristus.

Kuasa prokreasi yang kudus ini digunakan hanya antara seorang pria dan seorang wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri. Orangtua hendaknya beranak cucu dan memenuhi bumi, membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kesalehan, serta menafkahi kebutuhan jasmani dan rohani anak-anak mereka.

Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk saling mengasihi dan memelihara satu sama lain. Para ayah harus memimpin keluarga mereka dalam kasih dan kebenaran serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup. Para ibu terutama bertanggung jawab bagi pengasuhan anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara.

Rencana kebahagiaan yang ilahi memungkinkan hubungan keluarga untuk dilanjutkan setelah kematian. Bumi diciptakan dan Injil diungkapkan agar keluarga dapat dibentuk, dimeteraikan, dan dipermuliakan secara kekal. (Diadaptasi dari “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Ensign, November 2010, 129).

Rujukan yang berhubungan: Kejadian 2:24; Mazmur 127:3; Maleaki 4:5–6; A&P 131:1–4

9. Perintah-perintah

Perintah-perintah adalah hukum dan persyaratan yang Allah berikan kepada umat manusia. Kita menyatakan kasih kita bagi-Nya dengan menaati perintah-perintah-Nya (lihat Yohanes 14:15). Menaati perintah akan mendatangkan berkat-berkat dari Tuhan (lihat A&P 82:10).

Dua perintah paling mendasar adalah “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu .… Dan … kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:36–39).

Sepuluh Perintah merupakan bagian yang amat penting dari Injil dan merupakan asas-asas kekal yang perlu untuk permuliaan kita (lihat Keluaran 20:3–17). Tuhan mengungkapkannya kepada Musa di zaman dahulu, dan Dia telah menyatakannya kembali dalam wahyu-wahyu zaman akhir.

Perintah-perintah lainnya mencakup berdoa setiap hari (lihat 2 Nefi 32:8–9), mengajarkan Injil kepada orang lain (lihat Matius 28:19–20), menaati hukum kesucian (lihat A&P 46:33), membayar persepuluhan penuh (lihat Maleakhi 3:8–10), berpuasa (lihat Yesaya 58:6–7), mengampuni orang lain (lihat A&P 64:9–11), memiliki roh penuh syukur (lihat A&P 78:19), dan menaati Firman Kebijaksanaan (lihat A&P 89:18–21).

Rujukan yang berhubungan: Kejadian 39:9; Yesaya 58:13–14; 1 Nefi 3:7; Mosia 4:30; Alma 37:35; Alma 39:9; A&P 18:15–16; A&P 88:124

Untuk informasi lebih lanjut mengenai topik-topik ini, pergilah ke lds.org, Ajaran, Topik Injil; atau lihat Teguh pada Iman: Sebuah Referensi Injil (2004).

Cetak