Menyediakan dengan Cara Tuhan
Asas-asas kesejahteraan Gereja bukanlah sekadar gagasan yang baik; itu adalah kebenaran yang diwahyukan dari Allah—itu adalah cara-Nya untuk menolong yang membutuhkan.
Enam puluh enam tahun yang lalu, sesaat setelah Perang Dunia II, untuk pertama kali saya mengalami berkat-berkat dari program kesejahateraan Gereja. Meskipun saya anak kecil, saya masih ingat rasa manis dari buah persik kalengan dengan bubur gandum dan bau khusus dari pakaian sumbangan yang dikirimkan kepada para Orang Suci Jerman pascaperang melalui kepedulian para anggota Gereja dari Amerika Serikat. Saya tidak akan pernah lupa dan saya akan selalu menghargai tindakan kasih dan kebaikan hati kepada mereka di antara kita yang sangat membutuhkan.
Pengalaman pribadi dan peringatan ulang tahun ke-75 dari rencana kesejahteraan yang diilhami ini memberikan kepada saya alasan untuk memikirkan kembali pada asas-asas dasar tentang mengurus yang miskin dan membutuhkan, menjadi mandiri, dan melayani sesama kita.
Pada Akar Iman Kita
Terkadang kita melihat kesejahteraan sebagai sekadar topik Injil lainnya—salah satu dari banyak cabang pada pohon Injil. Tetapi saya percaya bahwa dalam rencana Tuhan, komitmen kita pada asas-asas kesejahteraan hendaknya bahkan menjadi akar dari iman dan pengabdian kita kepada-Nya.
Sejak awal zaman, Bapa Surgawi kita telah berfirman dengan kejelasan yang luar biasa tentang subjek ini: dari permohonan yang lembut: “Jika engkau mengasihi-Ku … engkau hendaknya mengingat yang miskin, dan mempersucikan harta milikmu untuk tunjangan mereka,”1 sampai pada perintah langsung: “Ingatlah dalam segala hal yang miskin dan yang membutuhkan, yang sakit dan yang sengsara, karena dia yang tidak melakukan hal-hal ini, orang yang sama bukanlah murid-Ku;”2 juga peringatan yang penuh kekuatan: “Jika siapa pun akan mengambil dari kelimpahan yang telah Aku jadikan, dan tidak memberikan bagiannya, menurut hukum Injil-Ku, kepada yang miskin dan yang membutuhkan, dia akan, bersama yang jahat, mengangkat matanya di dalam neraka, dalam siksaan.”3
Yang Duniawi dan Rohani Terikat Bersama
Dua perintah besar—mengasihi Allah dan sesama kita—adalah gabungan yang duniawi dan rohani. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa dua perintah yang disebut “besar” ini karena setiap perintah yang lain bergantung padanya.4 Dengan perkataan lain, prioritas pribadi, keluarga, dan Gereja kita harus dimulai dengan hal ini. Semua gol dan tindakan lain hendaknya mengalir dari mata air dua perintah besar ini—dari kasih kita bagi Allah dan bagi sesama kita.
Seperti dua sisi mata uang, duniawi dan rohani tak terpisahkan.
Pemberi segala kehidupan telah mempermaklumkan, “Segala sesuatu bagi-Ku adalah rohani, dan tidak pada waktu kapan pun telah aku berikan kepadamu suatu hukum yang duniawi.”5 Ini bermakna bagi saya bahwa “kehidupan rohani adalah yang pertama dari segala kehidupan. Itu bukan cuma sesuatu yang mesti diketahui dan ditelaah, itu harus dijalankan.”6
Sayangnya, ada orang-orang yang mengabaikan yang “duniawi” karena mereka menganggapnya kurang penting. Mereka menghargai yang rohani sementara meminimalisasi yang duniawi. Sementara adalah penting memiliki pikiran kita yang terarah ke surga, kita kehilangan intisari agama jika tangan kita juga tidak terarah kepada sesama kita.
Sebagai contoh, Henokh membangun sebuah masyarakat Sion melalui proses rohani dengan membentuk suatu umat yang satu hati dan satu pikiran serta pekerjaan duniawi yang memastikan bahwa tidak ada yang miskin di antara mereka.7
Sebagaimana senantiasa, kita dapat melihat pada teladan sempurna kita, Yesus Kristus, sebagai pola. Sebagaimana President J. Reuben Clark Jr. Presiden J. Reuben Clark mengajarkan, “Ketika Juruselamat datang ke bumi Dia memiliki dua misi besar; satu adalah mengerjakan Kemesiasan, Pendamaian untuk kejatuhan, dan penggenapan hukum; yang lain adalah pekerjaan yang Dia lakukan di antara para saudara laki-laki dan saudara perempuan-Nya dalam daging dengan cara membebaskan penderitaan mereka.”8
Dengan cara yang sama, kemajuan rohani kita secara tak terpisahkan terikat bersama dengan pelayanan duniawi yang kita berikan kepada orang lain.
Yang satu melengkapi yang lain. Yang satu tanpa yang lain adalah sebuah kepalsuan dari rencana kebahagiaan Allah.
Cara Tuhan
Ada banyak kelompok orang dan organisasi yang baik di dunia yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dari yang miskin dan membutuhkan di mana-mana. Kita bersyukur atas hal ini, tetapi cara Tuhan mengurus yang membutuhkan berbeda dengan cara dunia. Tuhan berfirman, “Itu mestilah perlu dilakukan dengan cara-Ku sendiri.”9 Dia tidak tertarik hanya pada kebutuhan kita yang mendesak; Dia peduli dengan kemajuan kekal kita. Untuk alasan ini, cara Tuhan selalu mencakup kemandirian dan pelayanan kepada sesama kita di samping mengurus yang miskin.
Pada 1941 Sungai Gila [baca: Hi-la] meluap dan membanjiri Lembah Duncan di Arizona. Seorang presiden pasak muda yang bernama Spencer W. Kimball bertemu dengan para penasihatnya, menaksir kerusakan, dan mengirim telegram ke Salt Lake City untuk meminta sejumlah besar uang.
Alih-alih mengirimkan uang, Presiden Heber J. Grant mengutus tiga orang: Henry D. Moyle, Marion G. Romney, dan Harold B. Lee. Mereka mengunjungi Presiden Kimball dan mengajarkannya sebuah pelajaran penting, “Ini bukanlah sebuah program ‘berikan kepada saya,’” kata mereka. “Ini adalah sebuah program ‘menolong diri sendiri.’”
Bertahun-tahun kemudian, Presiden Kimball berkata, “Akan menjadi suatu hal yang mudah, saya pikir, bagi para Brother mengirimkan kepada kami [uang tersebut] dan tidak akan terlalu sulit untuk duduk di kantor saya serta mendistribusikannya; tetapi betapa banyak kebaikan datang kepada kami sewaktu kami memiliki ratusan dari [anggota kami sendiri] pergi ke Duncan dan membangun pagar dan mengangkut jerami dan meratakan tanah serta melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan. Itulah menolong diri sendiri.”10
Dengan mengikuti cara Tuhan, para anggota dari pasak Presiden Kimball bukan saja terpenuhi kebutuhan mereka yang mendesak, tetapi mereka juga mengembangkan kemandirian, meringankan penderitaan, serta tumbuh dalam kasih dan kesatuan sewaktu mereka melayani satu sama lain.
Kita Semua Terpadu
Bahkan pada saat ini ada banyak anggota Gereja yang sedang menderita. Mereka lapar, kesulitan keuangan, dan bergumul dengan segala macam kemasygulan jasmani, emosi, dan rohani. Mereka berdoa dengan segenap tenaga dari jiwa mereka untuk sokongan, untuk pertolongan.
Para brother sekalian, tolong janganlah berpikir bahwa ini adalah tanggung jawab orang lain. Itu adalah tanggung jawab saya dan Anda. Kita semua terpadu. “Semua” berarti semua—setiap pemegang Imamat Harun dan Melkisedek, kaya dan miskin, di setiap bangsa. Dalam rencana Tuhan, ada sesuatu yang dapat setiap orang kontribusikan.11
Pelajaran yang kita pelajari dari generasi demi generasi adalah bahwa yang kaya dan miskin semua di bawah kewajiban sakral yang sama untuk menolong sesama mereka. Itu akan membawa kita semua bekerja bersama untuk secara berhasil menerapkan asas-asas kesejahteraan dan kemandirian.
Terlalu sering kita memerhatikan kebutuhan di sekitar kita dengan berharap bahwa seseorang dari jauh akan muncul secara gaib untuk memenuhi kebutuhan itu. Barangkali kita menunggu para ahli dengan pengetahuan khusus untuk memecahkan persoalan-persoalan yang spesifik. Ketika kita melakukan hal ini, kita merampas dari sesama kita untuk pelayanan yang dapat kita berikan, dan kita merampas dari diri kita sendiri kesempatan untuk melayani. Sementara tidak ada yang salah dengan para ahli, marilah kita menjadi realistis: tidak akan pernah cukup bagi mereka untuk memecahkan semua persoalan. Alih-alih, Tuhan telah menempatkan imamat-Nya dan organisasi darinya di ambang pintu kita di di setiap bangsa di mana Gereja berdiri. Dan, tepat di sisinya, Dia telah menempatkan Lembaga Pertolongan. Sebagaimana kita pemegang imamat ketahui, tidak ada upaya kesejahteraan yang berhasil jika itu gagal menggunakan karunia dan talenta yang luar biasa dari para sister kita.
Cara Tuhan bukanlah duduk di tepi arus sungai dan menunggu air lewat sebelum kita menyeberang. Adalah dengan datang bersama, menggulung lengan baju kita, pergi bekerja, dan membangun jembatan atau kapal untuk menyeberangi perairan dari tantangan-tantangan kita. Anda adalah para pria Sion, Anda adalah para pemegang Imamat, adalah orang-orang yang dapat menuntun dan membawa pertolongan kepada para Orang Suci dengan menerapkan asas-asas yang diilhami dari program kesejahteraan! Adalah misi Anda untuk membuka mata Anda, menggunakan imamat Anda, dan pergi bekerja di jalan Tuhan.
Organisasi Terhebat di Bumi
Selama Depresi Hebat, Harold B. Lee diminta oleh para Pemimpin Utama untuk menemukan sebuah jawaban terhadap kemiskinan, dukacita, dan kelaparan yang menyesakkan yang begitu meluas di seluruh dunia pada waktu itu. Dia bergumul untuk menemukan sebuah solusi serta membawa masalah itu kepada Tuhan dan bertanya, “Organisasi macam apakah yang harus kita miliki …, untuk menangani hal ini?”
Dan “seakan-akan Tuhan telah berfirman [kepadanya]: ‘Lihatlah, anak-Ku. Kamu tidak memerlukan organisasi lain apa pun. Aku telah memberikan kepadamu organisasi paling hebat yang ada di muka bumi ini. Tidak ada yang lebih hebat daripada organisasi keimamatan. Semua yang ada di dunia yang perlu Anda lakukan adalah menjadikan imamat bekerja. Itulah segalanya.’”12
Itu adalah titik awal pada zaman kita juga. Kita telah memiliki organisasi Tuhan di tempat. Tantangan kita adalah menentukan bagaimana menggunakannya.
Tempat untuk memulai adalah membiasakan diri kita sendiri dengan apa yang telah Tuhan wahyukan. Kita hendaknya tidak menganggap bahwa kita mengetahui. Kita perlu menjajaki subjeknya dengan kerendahan hati seorang anak. Setiap generasi harus belajar sekali lagi ajaran-ajaran yang melandasi cara Tuhan dalam mengurus yang membutuhkan. Sebagaimana banyak nabi telah memberikan petunjuk kepada kita selama bertahun-tahun, asas-asas kesejahteraan Gereja bukanlah sekadar gagasan yang baik; itu adalah kebenaran yang diwahyukan dari Allah—itu adalah cara-Nya untuk menolong yang membutuhkan.
Para brother sekalian, telaahlah asas dan ajaran yang diwahyukan terlebih dahulu. Bacalah buku pegangan perihal kesejahteraan Gereja;13 ambillah manfaat dari situs jejaring Internet providentliving.org; bacalah kembali artikel Liahona/Ensign Juni 2011 tentang rencana kesejahteraan Gereja. Temukan tentang cara Tuhan menyediakan bagi para Orang Suci-Nya. Pelajarilah bagaimana asas-asas mengurus yang membutuhkan, pelayanan kepada sesama, dan kemandirian yang melengkapi satu sama lain. Cara Tuhan tentang kemandirian melibatkan suatu cara yang seimbang dalam banyak segi kehidupan, termasuk pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keuangan keluarga, dan kekuatan rohani. Biasakan diri Anda sendiri dengan program kesejahteraan modern Gereja.14
Setelah Anda menelaah ajaran dan asas kesejahteraan Gereja, berupayalah untuk menerapkan apa yang telah Anda pelajari untuk kebutuhan mereka yang ada dalam tugas pengawasan Anda. Ini adalah apa yang diartikan bahwa, untuk sebagian besar, Anda harus memikirkannya bagi diri Anda sendiri. Setiap keluarga, setiap jemaat, setiap daerah di dunia berbeda. Tidak ada jawaban yang universal dalam kesejahteraan Gereja. Itu adalah program bantuan-diri di mana individu-individu bertanggung jawab bagi kemandirian pribadi. Sumber-sumber kita mencakup doa pribadi, bakat dan kemampuan yang Allah berikan kepada kita masing-masing, aset yang tersedia bagi kita melalui keluarga kita dan anggota keluarga terdekat, berbagai sumber masyarakat, dan tentu saja dukungan dari kuorum imamat serta Lembaga Pertolongan yang penuh kepedulian. Ini akan menuntuk kita melalui pola kemandirian yang terilhami.
Anda harus membuat rencana yang konsisten dengan ajaran Tuhan dan menyesuaikan keadaan daerah geografis Anda. Untuk mengimplementasikan asas-asas kesejahteraan ilahi, Anda tidak perlu selalu berpaling ke Salt Lake City. Alih-alih Anda perlu melihat di dalam buku pegangan, ke dalam hati Anda, dan ke surga. Percayailah ilham Tuhan dan ikutilah jalan-Nya.
Pada akhirnya Anda harus melakukan di daerah Anda para murid Kristus seperti apa yang telah dilakukan dalam setiap dispensasi: berunding bersama, menggunakan semua sumber yang tersedia, mencari ilham Roh Kudus, bertanya kepada Tuhan untuk penegasan-Nya, dan kemudian menggulung lengan baju Anda serta pergi bekerja.
Saya memberikan sebuah janji kepada Anda, jika Anda mau mengikuti pola ini, Anda akan menerima bimbingan khusus sehubungan dengan siapa, apa, kapan, dan di mana menyediakan dengan cara Tuhan.
Berkat-Berkat dari Menyediakan dengan Cara Tuhan
Janji dan berkat kenabian tentang kesejahteraan Gereja, dari menyediakan dengan cara Tuhan, adalah sebagian yang paling indah dan luhur yang pernah Tuhan nyatakan kepada anak-anak-Nya. Tuhan berfirman, “Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. Tuhan akan menuntun engkau senantiasa.”15
Apakah kita kaya atau miskin, tanpa peduli di mana kita tinggal, kita semua membutuhkan satu sama lain, karena dengan mengurbankan waktu, talenta, dan sumber kita maka roh kita menjadi matang dan dimurnikan.
Pekerjaan menyediakan dengan cara Tuhan ini bukanlah sekadar butir lain dalam daftar program Gereja. Itu tidak dapat dilalaikan atau dikesampingkan. Itu adalah yang utama dari ajaran kita; itu adalah intisari agama kita. Para brother sekalian, adalah hak istimewa yang luar biasa dan khusus sebagai pemegang imamat untuk menggunakan imamat dalam merampungkan pekerjaan. Kita tidak seharusnya memalingkan hati kita atau pikiran kita untuk menjadi lebih mandiri, mengurus yang membutuhkan dengan lebih baik, dan memberikan pelayanan dengan rasa iba.
Yang duniawi dirangkaikan dengan yang rohani. Allah telah memberi kita pengalaman fana ini dan tantangan-tantangan duniawi yang menyertainya sebagai sebuah laboratorium di mana kita dapat tumbuh menjadi makhluk yang Bapa Surgawi ingin kita menjadi. Semoga kita memahami tugas dan berkat besar yang datang dari mengikuti serta menyediakan dengan cara Tuhan yang adalah doa saya dalam nama Yesus Kristus, amin.