2010–2019
Memelihara Hak Pilihan, Melindungi Kebebasan Beragama
April 2015


15:47

Memelihara Hak Pilihan, Melindungi Kebebasan Beragama

Penggunaan yang setia dari hak pilihan kita bergantung pada kebebasan kita dalam menjalankan agama.

Ini adalah Minggu Paskah: hari rasa syukur dan kenangan dalam menghormati Pendamaian dan Kebangkitan Juruselamat kita, Yesus Kristus, bagi seluruh umat manusia. Kita menyembah Dia, bersyukur untuk kebebasan beragama kita, kebebasan berkumpul, kebebasan berbicara, dan hak pilihan bebas pemberian Allah.

Sebagaimana para nabi menubuatkan tentang zaman akhir di mana kita hidup, ada banyak kebingungan mengenai jati diri kita dan apa yang kita percayai. Beberapa “[orang] suka menjelekkan orang … [dan] tidak suka yang baik.” Yang lain “menyebut kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat; [dan] yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan.”

Sewaktu mereka yang ada di sekitar kita membuat pilihan tentang bagaimana menanggapi kepercayaan kita, kita seharusnya tidak melupakan bahwa hak pilihan moral adalah bagian penting dari rencana Allah bagi semua anak-Nya. Rencana kekal itu, yang disajikan kepada kita dalam Sidang prafana di Surga, mencakup karunia hak pilihan.

Dalam sidang raya itu, Lusifer, yang dikenal sebagai Setan, menggunakan hak pilihannya untuk menentang rencana Allah. Allah berfirman: “Karenanya … Setan memberontak melawan-Ku, dan berupaya untuk menghancurkan hak pilihan manusia, yang telah Aku, Tuhan Allah, berikan kepadanya, … Aku sebabkan agar dia hendaknya dicampakkan.”

Dia melanjutkan: “Dan juga sepertiga dari bala tentara surga dia palingkan dari-Ku karena hak pilihan mereka.”

Sebagai akibatnya, anak-anak roh Bapa Surgawi yang memilih untuk menolak rencana-Nya dan mengikuti Lusifer kehilangan tujuan akhir ilahi mereka.

Yesus Kristus, yang menggunakan hak pilihan-Nya, mengatakan:

“Di sinilah Aku, utuslah Aku.”

“Kehendak-Mu jadilah, dan kemuliaan adalah milik-Mu selamanya.”

Yesus, menjalankan hak pilihan-Nya untuk mendukung rencana Bapa Surgawi, Bapa mengenali dan menunjuk Dia sebagai Juruselamat kita, yang dipratahbiskan untuk melaksanakan kurban Pendamaian bagi semua orang. Demikian juga, menjalankan hak pilihan kita untuk menaati perintah-perintah memungkinkan kita untuk sepenuhnya memahami jati diri kita dan menerima semua berkat yang Bapa Surgawi miliki—termasuk kesempatan untuk memiliki tubuh, untuk maju, untuk mengalami sukacita, untuk memiliki keluarga, dan untuk mewarisi kehidupan kekal.

Untuk menaati perintah-perintah, kita perlu mengetahui ajaran resmi Gereja agar kita tidak dialihkan dari kepemimpinan Kristus oleh pengertian-pengertian individu yang selalu berubah.

Berkat-berkat yang kita nikmati saat ini adalah karena kita membuat pilihan untuk mengikuti Juruselamat sebelum kehidupan ini. Kepada setiap orang yang mendengar atau membaca perkataan ini, siapa pun Anda, dan apa pun masa lalu Anda, ingatlah ini: tidaklah terlalu terlambat untuk membuat pilihan yang sama lagi dan mengikuti Dia.

Melalui iman kita kepada Yesus Kristus, memercayai Pendamaian-Nya, bertobat dari dosa-dosa kita, dan dibaptiskan, maka kita dapat menerima karunia surgawi Roh Kudus. Karunia ini menyediakan pengetahuan dan pemahaman, bimbingan serta kekuatan untuk mempelajari dan memperoleh sebuah kesaksian, kuasa, pembersihan untuk mengatasi dosa, dan penghiburan serta dorongan semangat untuk setia dalam kesengsaraan. Berkat yang tak tertandingi dari Roh ini meningkatkan kebebasan dan kuasa kita untuk melakukan apa yang benar, karena “di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan.”

Sewaktu kita menapaki jalan kebebasan rohani di zaman terakhir ini, kita harus memahami bahwa penggunaan yang setia dari hak pilihan kita bergantung pada kebebasan kita dalam menjalankan agama. Kita sudah tahu bahwa Setan tidak ingin kebebasan ini menjadi milik kita. Dia berupaya untuk menghancurkan hak pilihan moral di surga, dan sekarang di bumi dia dengan sengit meruntuhkan, menentang, dan menyebarkan kebingungan tentang kebebasan beragama—apa itu dan mengapa penting bagi kehidupan dan keselamatan rohani kita.

Ada empat batu penjuru kebebasan beragama yang kita sebagai Orang-Orang Suci Zaman Akhir harus andalkan dan lindungi.

Yang pertama adalah kebebasan untuk percaya. Tak seorang pun hendaknya dikritik, dianiaya, atau diserang oleh individu atau pemerintah untuk apa yang dia percayai tentang Allah. Itu sangat pribadi dan sangat penting. Maklumat awal dari kepercayaan kita mengenai kebebasan beragama menyatakan:

“Tidak ada pemerintah yang dapat hidup dalam kedamaian, kecuali hukum yang seperti itu dibentuk dan tetap tak terlanggar yang akan menjamin bagi masing-masing individu penerapan bebas dari suara hati .…

… Pejabat hukum sipil hendaknya mengekang tindak kejahatan, tetapi tidak pernah mengendalikan suara hati; … [atau] menekan kebebasan jiwa.”

Kebebasan fundamental beragama sejak itu telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia dan oleh dokumen-dokumen hak asasi manusia nasional dan internasional lainnya.

Batu penjuru kedua kebebasan beragama adalah kebebasan untuk berbagi iman dan kepercayaan kita kepada orang lain. Tuhan memerintahkan kita, “Kamu harus mengajarkan [Injil] kepada anak-anakmu … apabila engkau duduk di rumahmu.” Dia juga mengatakan kepada para murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Sebagai orangtua, misionaris penuh waktu, dan misionaris anggota, kita mengandalkan kebebasan beragama untuk dapat mengajarkan ajaran Tuhan dalam keluarga kita dan di seluruh dunia.

Batu penjuru ketiga dari kemerdekaan beragama adalah kebebasan untuk membentuk organisasi keagamaan dan untuk beribadat dengan damai bersama orang lain. Pasal-Pasal Kepercayaan 1:11 menyatakan, “Kami menuntut hak istimewa untuk menyembah Allah Yang Mahakuasa menurut suara hati nurani kami sendiri, dan memperkenankan semua orang hak istimewa yang sama, biarlah mereka menyembah bagaimana, di mana, atau apa yang mereka kehendaki.” Dokumen hak asasi manusia internasional dan banyak konstitusi nasional mendukung asas ini.

Batu penjuru keempat dari kebebasan beragama adalah kebebasan untuk menjalankan kepercayaan kita—kebebasan menjalankan iman tidak sekadar di dalam rumah dan gedung gereja, tetapi juga di tempat-tempat umum. Tuhan memerintahkan kita untuk tidak hanya berdoa secara rahasia namun juga untuk pergi dan “hendaknya terang [kita] bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan [kita] yang baik dan memuliakan Bapa [kita] yang di surga.”

Beberapa tersinggung ketika kita membawa agama kita ke forum publik, namun orang-orang yang sama yang bersikukuh bahwa sudut pandang dan tindakan mereka ditoleransi dalam masyarakat sering kali sangat lamban untuk memberikan toleransi yang sama kepada para penganut agama yang juga berharap sudut pandang dan tindakan mereka ditoleransi. Kurangnya respek secara umum terhadap sudut pandang agama dengan cepat merosot menjadi ketidaktoleranan sosial dan politik terhadap umat dan lembaga agama

Sewaktu kita menghadapi tekanan yang meningkat untuk tunduk pada standar-standar sekuler, mengurbankan kebebasan beragama kita, dan membahayakan hak pilihan kita, pertimbangkan apa yang Kitab Mormon ajarkan mengenai tanggung jawab kita. Dalam kitab Alma, kita membaca tentang Amlisi “pria yang sangat licik” dan “jahat” yang berusaha untuk menjadi raja atas rakyat dan “merampas mereka dari hak dan hak istimewa mereka, … [yang] adalah maksudnya untuk menghancurkan umat gereja.” Mereka telah diajari oleh Raja Mosia untuk mengangkat suara mereka untuk apa yang mereka rasa benar. Oleh karena itu mereka “berhimpun bersama di seluruh negeri, setiap orang menurut pikirannya, apakah itu untuk menentang Amlisi, dalam kelompok-kelompok terpisah, mengalami banyak perbantahan … satu sama lain.”

Dalam pembahasan ini, para anggota Gereja dan orang-orang yang memiliki kesempatan untuk datang bersama, mengalami persatuan roh, dan dipengaruhi oleh Roh Kudus. “Dan terjadilah bahwa suara rakyat keluar menentang Amlisi, sehingga dia tidak dijadikan raja atas rakyat.”

Sebagai murid Kristus kita memiliki tanggung jawab untuk bekerja bersama dengan orang-orang beragama yang berbagi tujuan dengan kita, untuk mengangkat suara kita bagi apa yang benar. Sementara para anggota hendaknya tidak mengklaim atau bahkan menyiratkan bahwa mereka berbicara bagi Gereja, kita semua diundang, dalam kapasitas kita sebagai warga negara, untuk membagikan kesaksian pribadi kita dengan keyakinan dan kasih—“setiap orang menurut pikirannya [sendiri].”

Tutur Nabi Joseph Smith:

“Saya berani untuk memaklumkan di depan Surga bahwa saya sama siapnya untuk mati dalam membela hak-hak seorang Presbiterian, seorang Baptis, atau seseorang yang baik dari lembaga keagamaan mana pun [juga dengan Mormon]; karena asas yang sama yang akan menginjak-injak hak para Orang Suci Zaman Akhir akan menginjak-injak hak-hak orang Katolik Roma, atau dari lembaga keagamaan mana pun yang mungkin tidak populer atau terlalu lemah untuk membela dirinya sendiri.

Kasih bagi kebebasanlah yang mengilhami jiwa saya—kebebasan sipil dan keagamaan bagi seluruh umat manusia.”

Brother dan sister, kita bertanggung jawab untuk menjaga kebebasan dan hak-hak sakral ini bagi diri kita dan keturunan kita. Apa yang Anda dan saya dapat lakukan?

Pertama, kita dapat terinformasi. Berhati-hatilah terhadap isu-isu di masyarakat Anda yang dapat memiliki dampak pada kebebasan beragama.

Kedua, dalam kapasitas pribadi Anda, bergabunglah dengan orang-orang yang berbagi komitmen kita terhadap kebebasan beragama. Bekerjalah secara berdampingan untuk melindungi kemerdekaan beragama.

Ketiga, jalani kehidupan Anda untuk menjadi teladan yang baik dari apa yang Anda percayai—dalam perkataan dan perbuatan. Bagaimana kita menjalankan agama kita adalah jauh lebih penting daripada apa yang mungkin kita katakan mengenai agama kita.

Kedatangan Kedua Juruselamat kita sudah semakin dekat. Marilah kita tidak menunda dalam urusan besar ini. Ingatlah Panglima Moroni, yang mengangkat panji kemerdekaan yang bertuliskan kata-kata: “Sebagai ingatan akan Allah kita, agama kita, dan kebebasan, dan kedamaian kita, istri kita, dan anak kita.” Marilah kita mengingat tanggapan orang-orang: menjalankan hak pilihan mereka, mereka “datang berlarian bersama” dengan sebuah perjanjian untuk bertindak.

Brother dan sister yang terkasih, jangan berjalan! Berlarilah! Berlarilah untuk menerima berkat-berkat hak pilihan dengan mengikuti Roh Kudus dan menjalankan kebebasan yang telah Allah berikan kepada kita untuk melakukan kehendak-Nya.

Saya memberikan kesaksian khusus saya bahwa Yesus Kristus menggunakan hak pilihan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa Surgawi kita.

Mengenai Juruselamat kita, kita menyanyikan, “Darah mulia dan jiwa-Nya, Rela dib’rikan-Nya.” Dan mati, kita memiliki kesempatan berharga untuk “memilih kebebasan dan kehidupan kekal” melalui kuasa dan berkat-berkat Pendamaian-Nya. Semoga kita dengan bebas memilih untuk mengikuti Dia hari ini dan selama-lamanya, saya berdoa dalam nama kudus-Nya, yaitu Yesus Kristus, amin.