2010–2019
Mengapa Gereja Diperlukan
Oktober 2015


15:34

Mengapa Gereja Diperlukan

Adalah patut untuk berhenti sejenak untuk mempertimbangkan mengapa Yesus memilih menggunakan gereja, Gereja-Nya, untuk melaksanakan pekerjaan-Nya dan pekerjaan Bapa-Nya.

Di sepanjang kehidupan saya, konferensi umum Gereja telah menjadi peristiwa rohani yang menyenangkan, dan Gereja itu sendiri telah menjadi tempat untuk memperoleh kesaksian tentang Tuhan. Saya menyadari bahwa ada orang yang menganggap diri mereka religius atau rohani namun menolak berperan serta di Gereja atau bahkan membutuhkan institusi semacam itu. Praktik keagamaan bagi mereka murni bersifat pribadi. Namun Gereja adalah ciptaan-Nya yang kerohaniannya terpusat pada—Yesus Kristus. Adalah patut berhenti sejenak untuk mempertimbangkan mengapa Dia memilih menggunakan gereja, Gereja-Nya, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, untuk melaksanakan pekerjaan-Nya dan pekerjaan Bapa-Nya “untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia.”

Dimulai dengan Adam, Injil Yesus Kristus dikhotbahkan, dan tata cara penting keselamatan, seperti pembaptisan, dilaksanakan melalui tata tertib imamat berdasarkan keluarga. Sewaktu masyarakat tumbuh menjadi lebih kompleks daripada sekadar keluarga besar, Allah juga memanggil nabi-nabi lain, utusan, dan guru. Di masa Musa kita membaca mengenai struktur yang lebih formal termasuk penatua, imam, dan hakim-hakim. Dalam sejarah Kitab Mormon, Alma menetapkan sebuah gereja dengan para imam dan pengajar.

Kemudian, di pertengahan zaman, Yesus mengorganisasi pekerjaan-Nya dengan cara sedemikian rupa sehingga Injil dapat ditegakkan secara serentak di banyak negara dan di antara beragam bangsa. Gereja Yesus Kristus ini dilandaskan pada “para rasul dan para nabi, dengan Yesus Kristus sendiri sebagai batu penjuru.” Itu mencakup jabatan-jabatan tambahan seperti tujuh puluh, penatua, uskup, imam, pengajar, dan diaken. Demikian pula Yesus menegakkan Gereja di Belahan Bumi Bagian Barat setelah Kebangkitan-Nya.

Setelah kemurtadan serta disintegrasi Gereja yang telah Dia organisasi di bumi, Tuhan telah menegakkan kembali Gereja Yesus Kristus sekali lagi melalui Nabi Joseph Smith. Tujuan zaman dahulu tetap; yaitu, untuk memaklumkan kabar baik Injil Yesus Kristus dan melaksanakan tata cara keselamatan—dengan kata lain, untuk membawa orang-orang kepada Kristus. Dan sekarang, dengan menggunakan organisasi Gereja yang dipulihkan ini janji penebusan dapat diperoleh bahkan bagi roh-roh yang sudah mati yang dalam masa kehidupan fananya tidak mengetahui apa pun mengenai kasih karunia Juruselamat.

Bagaimanakah Gereja-Nya mencapai tujuan-tujuan Tuhan? Adalah penting untuk mengenali bahwa tujuan akhir Allah adalah kemajuan kita. Hasrat-Nya adalah agar kita melanjutkan “dari kasih karunia ke kasih karunia, sampai [kita menerima] kegenapan” semua yang dapat Dia berikan. Itu membutuhkan lebih dari sekadar bersikap baik atau merasa rohani. Diperlukan iman kepada Yesus Kristus, pertobatan, pembaptisan dengan air dan Roh, dan bertahan dalam iman sampai akhir. Seseorang tidak dapat sepenuhnya mencapai ini dalam isolasi, maka alasan utama Tuhan memiliki gereja adalah untuk menciptakan komunitas Orang Suci yang akan saling mendukung dalam “jalan yang sesak dan sempit ini yang menuntun pada kehidupan kekal.”

“Dan [Kristus] yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar;

… Bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus:

Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”

Yesus Kristus adalah “pemrakarsa dan penyempurna iman [kita].” Mempersatukan diri kita dengan tubuh Kristus—Gereja—adalah bagian penting dari mengambil ke atas diri kita nama-Nya. Kita diberi tahu bahwa Gereja kuno “sering bertemu bersama, untuk berpuasa dan berdoa, dan untuk berbicara satu sama lain mengenai kesejahteraan jiwa mereka” “dan untuk mendengar firman Tuhan.” Maka demikianlah Gereja saat ini. Bergabung dalam iman, kita saling mengajar dan meneguhkan dan berupaya untuk mencapai ukuran penuh dari kemuridan, “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Kita berusaha untuk saling menolong untuk mengenal Tuhan, hingga hari itu ketika mereka “tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Tuhan.”

Di Gereja kita tidak hanya mempelajari ajaran ilahi; kita menerapkannya. Sebagai tubuh Kristus, para anggota Gereja saling melayani dalam kehidupan nyata sehari-hari. Kita semua tidak sempurna; kita mungkin menyinggung dan tersinggung. Kita sering kali saling menguji dengan kebiasaan pribadi kita. Dalam tubuh Kristus, kita harus melakukan lebih dari sekadar mempelajari konsep-konsep dan kata-kata yang dipermuliakan dan memiliki pengalaman nyata “pribadi” sewaktu kita belajar “hidup bersama dalam kasih.”

Agama ini bukan hanya untuk diri sendiri; alih-alih kita semua dipanggil untuk melayani. Kita adalah mata, tangan, kepala, kaki, dan anggota-anggota lain dari tubuh Kristus, dan justru “anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.” Kita memerlukan pemanggilan ini, dan kita perlu untuk melayani.

Salah satu pria di lingkungan saya tumbuh tidak saja tanpa dukungan orangtua tetapi justru ditentang oleh orangtua atas kegiatannya di Gereja. Dia melakukan pengamatan ini dalam sebuah pertemuan sakramen: “Ayah saya tidak bisa memahami mengapa orang mau pergi ke gereja padahal mereka bisa pergi main ski, tetapi saya benar-benar ingin pergi ke gereja. Di Gereja, kita semua berada dalam perjalanan yang sama, dan dalam perjalanan itu saya terinspirasi oleh remaja yang kuat, anak-anak yang murni, dan apa yang saya lihat dan pelajari dari orang-orang dewasa yang lain. Saya diperkuat dalam persekutuan dan bersemangat dengan sukacita dari menjalankan Injil.”

Sementara itu, lingkungan dan cabang Gereja menyediakan waktu untuk berkumpul setiap minggu untuk beristirahat dan memperbarui, waktu dan tempat untuk mengesampingkan urusan-urusan duniawi—hari Sabat. Itu adalah hari untuk “bersenang-senang karena Tuhan,” untuk mengalami penyembuhan rohani yang datang dari sakramen, dan untuk menerima janji Roh-Nya yang diperbarui agar menyertai kita.

Salah satu berkat terbesar menjadi bagian dari tubuh Kristus, walaupun itu tampak bukan seperti berkat saat itu, adalah ditegur dari dosa dan kesalahan. Kita cenderung membuat alasan dan merasionalkan kesalahan kita, dan terkadang kita hanya tidak tahu di mana kita harus memperbaiki diri dan bagaimana melakukannya. Tanpa mereka yang dapat menegur kita “pada waktunya dengan ketajaman, ketika digerakkan oleh Roh Kudus,” kita mungkin kurang berani untuk berubah dan mengikuti Sang Guru dengan lebih sempurna. Pertobatan adalah tindakan perorangan, tetapi penemanan mengenai itu yang terkadang jalan yang menyakitkan ada di Gereja.

Dalam pembahasan ini mengenai Gereja sebagai tubuh Kristus, kita harus selalu mengingat dua hal. Satu, kita tidak berusaha untuk insaf pada Gereja tetapi pada Kristus dan Injil-Nya, keinsafan yang difasilitasi oleh Gereja. Kitab Mormon menyatakannya dengan paling baik ketika dituliskan bahwa “mereka diinsafkan kepada Tuhan, dan dipersatukan pada Gereja Kristus, dan demikianlah orang-orang dari angkatan itu diberkati, menurut firman Yesus Dua, kita harus ingat bahwa pada awalnya, Gereja adalah keluarga, dan bahkan sekarang sebagai lembaga yang terpisah, keluarga dan Gereja Saling melayani. Salah satu tidak ada yang menggantikan yang lainnya, dan tentunya Gereja, bahkan dalam perannya yang terbaik, tidak dapat menggantikan peran orangtua. Tujuan ajaran Injil dan tata cara imamat dilakukan oleh Gereja adalah agar keluarga-keluarga dapat memenuhi syarat untuk memperoleh kehidupan kekal.

Ada alasan penting kedua mengapa Juruselamat bekerja melalui gereja, Gereja-Nya, dan itu adalah untuk mencapai hal-hal yang diperlukan yang tidak dapat dicapai oleh perorangan atau kelompok-kelompok yang lebih kecil. Satu contoh yang jelas adalah menangani kemiskinan. Benar adanya bahwa sebagai individu dan keluarga kita mengurus kebutuhan jasmani orang lain, “saling memberi baik secara duniawi maupun secara rohani menurut kebutuhan mereka dan keinginan mereka.” Tetapi bersama-sama di Gereja, kemampuan untuk mengurus yang miskin dan yang membutuhkan meningkat untuk memenuhi kebutuhan yang lebih luas, dan pengharapan untuk menjadi mandiri dijadikan nyata bagi banyak orang. Selanjutnya, Gereja, Lembaga Pertolongan, dan kuorum imamat memiliki kapasitas untuk memberikan bantuan kepada banyak orang di banyak tempat yang terkena dampak oleh bencana alam, perang, dan penganiayaan.

Tanpa adanya kemampuan dari Gereja-Nya, perintah Juruselamat untuk membawa Injil ke seluruh dunia tidak dapat diwujudkan. Tidak akan ada kunci-kunci kerasulan, struktur, sumber-sumber teknologi, sarana finansial, dan pengabdian serta pengurbanan dari ribuan misionaris diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Ingatlah, “Injil Kerajaan ini [harus] dikhotbahkan di seluruh dunia, untuk saksi bagi segala bangsa, dan maka akhir akan datang.”

Gereja dapat membangun dan mengoperasikan bait suci, rumah Tuhan, di mana tata cara dan perjanjian penting dapat dilakukan. Joseph Smith menyatakan bahwa tujuan Allah dalam mengumpulkan umat-Nya di setiap zaman adalah “untuk membangun bagi Tuhan sebuah rumah tempat Dia dapat menyatakan kepada umat-Nya tata cara-tata cara rumah-Nya dan kemuliaan kerajaan-Nya, serta mengajarkan kepada orang jalan keselamatan; karena ada tata cara-tata cara dan asas-asas tertentu yang, sewaktu itu diajarkan dan diterapkan, haruslah dilakukan di sebuah tempat atau rumah yang dibangun untuk tujuan itu.”

Jika seseorang percaya bahwa semua jalan menuntun ke surga atau bahwa tidak ada persyaratan bagi keselamatan, dia tidak akan melihat perlunya memaklumkan Injil atau tata cara dan perjanjian untuk menebus baik yang hidup atau yang mati. Tetapi kita berbicara bukan hanya mengenai kebakaan tetapi juga mengenai kehidupan kekal, dan untuk itu jalan Injil dan perjanjian Injil diperlukan. Dan Juruselamat memerlukan gereja untuk menyediakan hal-hal itu kepada semua anak Allah—baik yang hidup maupun yang mati.

Alasan terakhir yang akan saya sebutkan mengapa Tuhan telah menegakkan Gereja-Nya adalah paling unik—Gereja, bagaimanapun, adalah kerajaan Allah di bumi.

Sewaktu Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir ditegakkan di tahun 1830an, Tuhan berfirman kepada Nabi Joseph Smith, “Angkat hatimu dan bersukacitalah, karena kepadamu kerajaan atau dengan perkataan lain, kunci-kunci gereja telah diberikan.” Dalam wewenang kunci-kunci ini, pejabat imamat Gereja memelihara kemurnian ajaran Juruselamat dan integritas dari tata cara-tata cara keselamatan-Nya. Mereka menolong mempersiapkan mereka yang ingin menerimanya, menghakimi persyaratan dan kelayakan dari mereka yang menginginkannya, dan kemudian melaksanakannya.

Dengan kunci-kunci kerajaan, para hamba Tuhan dapat mengidentifikasi baik kebenaran maupun kepalsuan, dan sekali lagi dengan wibawa menyatakan, “Beginilah firman Tuhan.” Patut disesalkan, sejumlah anggota membenci Gereja karena mereka ingin mendefinisikan kebenaran mereka sendiri, tetapi pada kenyataannya adalah berkat yang besar menerima “pengetahuan tentang hal-hal sebagaimana adanya, dan sebagaimana adanya dahulu, dan sebagaimana adanya yang akan datang” sejauh Tuhan bersedia menyingkapkannya.

Ketika Daniel menafsirkan mimpi Raja Babel Nebukadnezar, memberi tahu raja “apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang,” dia menyatakan bahwa “Allah semesta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.” Gereja yaitu kerajaan zaman akhir yang dinubuatkan itu tidak diciptakan oleh manusia, melainkan ditetapkan oleh Allah di surga dan bergulir bagaikan batu yang terpenggal dari gunung tanpa perbuatan tangan untuk memenuhi bumi.

Tujuannya adalah untuk menegakkan Sion sebagai persiapan untuk kembalinya dan pemerintahan milenium Yesus Kristus. Sebelum hari itu, ini tidak akan menjadi kerajaan dalam arti politik apa pun—karena Juruselamat berfirman, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Sebaliknya, ini adalah sumber wewenang-Nya di bumi, pengelola perjanjian kudus-Nya, pengurus bait suci-Nya, pelindung dan pengabar tentang kebenaran-Nya, tempat berkumpul bagi Israel yang terserak, dan “untuk pertahanan, dan … perlindungan dari badai, dan dari kemurkaan ketika itu akan dicurahkan tanpa campuran ke atas seluruh bumi.”

Saya mengakhiri dengan permohonan dan doa Nabi:

“Mintalah kepada Tuhan, agar kerajaan-Nya boleh menyebar luas di atas bumi, agar penghuninya boleh menerimanya, dan dipersiapkan untuk masa yang akan datang, di mana Putra Manusia akan turun di dalam surga, berpakaian dalam kecemerlangan kemuliaan-Nya, untuk menemui kerajaan Allah yang didirikan di atas bumi.

“Karenanya, semoga kerajaan Allah menyebar luas, agar kerajaan surga boleh datang, agar Engkau, ya Allah, boleh dimuliakan di dalam surga demikian juga di atas bumi, agar musuh-Mu boleh ditundukkan; karena bagi-Mulah kehormatan, kekuasaan dan kemuliaan, selama-lamanya.”

Dalam nama Yesus Kristus, amin.