2010–2019
Tetapi Yesus Memandang Dia dan Menaruh Kasih kepadanya
April 2017


10:43

Tetapi Yesus Memandang Dia dan Menaruh Kasih Kepadanya

Kapan pun Anda merasa diminta melakukan sesuatu yang sulit, pikirkanlah tentang Tuhan sedang memandang Anda, mengasihi Anda, dan mengajak Anda untuk mengikuti Dia.

Beberapa tahun lalu saya dipanggil, bersama istri saya, Jacqui, untuk mengetuai Misi Washington Spokane. Kami tiba di ladang misi dengan perasaan takut dan gembira yang bercampur aduk atas tanggung jawab pekerjaan dengan begitu banyak misionaris muda yang luar biasa. Mereka datang dari banyak latar belakang berbeda dan dengan cepat menjadi seperti putra dan putri kami sendiri.

Meski sebagian besar berhasil dengan luar biasa baik, beberapa bergumul dengan ekspektasi yang tinggi dari pemanggilan mereka. Saya ingat seorang misionaris memberi tahu saya, “Presiden, saya tidak suka orang-orang.” Beberapa memberi tahu saya bahwa mereka kekurangan minat untuk mengikuti peraturan misionaris yang agak ketat. Saya khawatir dan berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah hati beberapa misionaris yang belum mempelajari sukacita dari menjadi patuh.

Suatu hari sementara berkendara melewati bukit ladang gandum di perbatasan Washington-Idaho, saya mendengarkan rekaman Perjanjian Baru. Sewaktu saya mendengar kisah familier tentang seorang pemuda kaya yang datang kepada Juruselamat untuk menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk memiliki kehidupan kekal, saya menerima sebuah wahyu pribadi yang tak terduga namun mendalam yang sekarang menjadi memori yang sakral.

Setelah mendengar Yesus melisankan perintah-perintah dan pemuda tersebut menjawab bahwa dia telah mematuhi semuanya itu sejak masa mudanya, saya mendengarkan koreksi lembut Juruselamat: “Hanya satu lagi kekuranganmu: … juallah apa yang kau miliki dan …. datanglah ke mari, … ikutlah Aku.” Yang menakjubkan, saya mendengar delapan kata sebelum bagian ayat tersebut yang tampaknya belum pernah saya dengar maupun baca sebelumnya. Itu seolah-olah ditambahkan pada tulisan suci. Saya takjub pada pemahaman terilhami yang kemudian disingkapkan.

Apakah delapan kata yang memiliki dampak mendalam itu? Dengarkan apakah Anda dapat mengenali kata-kata yang tampaknya biasa, yang tidak ditemukan di kisah Injil lainnya namun hanya ditemukan di Injil Markus:

“Datanglah seorang berlari-lari … dan bertanya: ‘Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh kehidupan kekal?’

Jawab Yesus, …

‘Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!’

Lalu kata orang itu … , Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ‘Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah aku.”

“Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya.”

Sewaktu saya mendengar kata-kata ini, sebuah gambaran yang jelas memenuhi benak saya tentang Tuhan kita berhenti dan memandang pemuda ini. Memandang—seperti sedang melihat secara mendalam dan menembus ke dalam jiwanya, mengakui kebaikannya dan potensinya, dan juga memahami kebutuhan terbesarnya.

Kemudian kata-kata yang sederhana—Yesus menaruh kasih kepadanya. Dia merasakan kasih dan belas kasihan yang melimpah bagi pemuda yang baik ini, dan karena kasih ini, dan dengan kasih ini, Yesus meminta lebih banyak dari dia. Saya membayangkan seperti apa rasanya bagi pemuda ini untuk diliputi dengan kasih semacam itu meski sementara itu diminta untuk melakukan sesuatu yang amat sulit seperti menjual semua yang dia miliki dan memberikannya kepada yang miskin.

Pada saat itu, saya tahu tidak saja hati dari beberapa misionaris kami yang perlu diubah. Hati saya juga. Pertanyaannya bukan lagi “Bagaimana seorang presiden misi yang frustasi membuat misionaris yang bergumul bertindak lebih baik?” Alih-alih, pertanyaannya adalah “Bagaimana saya dapat dipenuhi dengan kasih seperti Kristus, agar seorang misionaris dapat merasakan kasih Allah melalui saya dan berhasrat untuk berubah?” Bagaimana saya dapat memandang dia dengan cara yang sama Tuhan memandang si pemuda kaya, melihat mereka sebagai siapa mereka sesungguhnya dan siapa mereka dapat menjadi, alih-alih hanya atas apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan? Bagaimana saya dapat menjadi lebih seperti Juruselamat?

“Tetapi Yesus memandang Dia menaruh kasih kepadanya.”

Sejak saat itu, ketika saya duduk berhadapan dengan seorang misionaris muda yang bergumul dengan beberapa aspek kepatuhan, dalam hati saya sekarang saya melihat seorang remaja putra atau remaja putri setia yang telah menindaki hasrat untuk datang ke misi. Kemudian saya dapat mengatakan dengan segenap perasaan orangtua yang lembut: “Elder atau Sister, jika saya tidak mengasihi Anda, saya tidak akan peduli apa yang terjadi di misi Anda. Namun saya mengasihi Anda, dan karena saya mengasihi Anda, saya peduli akan menjadi siapa Anda. Maka saya mengajak Anda untuk mengubah hal-hal yang sulit bagi Anda tersebut dan menjadi siapa yang Tuhan inginkan Anda menjadi.”

Setiap kali saya mewawancarai misionaris, saya berdoa terlebih dahulu untuk karunia kasih amal dan agar saya dapat melihat setiap elder dan sister sebagaimana Tuhan melihat dia.

Sebelum konferensi zona, sewaktu Sister Palmer dan saya menyapa setiap misionaris satu per satu, saya akan berhenti dan menatap dalam ke mata mereka, memandang mereka—sebuah wawancara tanpa kata—dan kemudian tanpa kegagalan, saya dipenuhi dengan kasih yang besar bagi para putra dan putri Allah yang berharga ini.

Saya telah mempelajari banyak pelajaran yang mengubah hidup dari pengalaman pribadi yang mendalam dengan Markus pasal 10. Berikut adalah empat dari pelajaran ini yang saya percaya akan menolong kita masing-masing:

  1. Sewaktu kita belajar untuk melihat orang lain sebagaimana Tuhan melihat mereka alih-alih dengan mata kita sendiri, kasih kita bagi mereka akan bertumbuh dan demikian juga hasrat kita untuk membantu mereka. Kita akan melihat potensi di dalam diri orang lain yang tidak mereka lihat di dalam diri mereka. Dengan kasih seperti Kristus kita tidak akan menjadi takut untuk berbicara dengan berani, karena “kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” Dan kita tidak akan pernah menyerah, mengingat bahwa mereka yang paling sulit untuk dikasihi paling memerlukan kasih.

  2. Tidak ada pengajaran atau pun pembelajaran yang akan pernah terjadi ketika dilakukan dalam frustasi atau amarah, dan hati tidak akan berubah ketika kasih tidak hadir. Apakah kita bertindak dalam peranan kita sebagai orangtua, guru, atau pemimpin, pengajaran sejati hanya akan terjadi dalam atmosfir kepercayaan alih-alih penghukuman. Rumah kita hendaknya selalu menjadi tempat berlindung bagi anak-anak kita—bukan lingkungan yang bermusuhan.

  3. Lasih hendaknya tidak pernah ditahan ketika seorang anak, teman, atau anggota keluarga gagal untuk hidup sesuai harapan kita. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi kepada pemuda kaya itu setelah dia pergi dengan sedih, tetapi saya yakin Yesus tetap mengasihi dia secara sempurna meski dia memilih jalan yang lebih mudah. Mungkin kemudian dalam kehidupan, sewaktu dia menemukan harta miliknya hampa, dia mengingat dan menindaki pengalaman luar biasa saat Tuhan memandang dia, mengasihi dia, dan mengajak dia untuk mengikuti-Nya.

  4. Karena Dia mengasihi kita, Tuhan berharap banyak dari kita. Jika kita rendah hati, kita akan menyambut ajakan Tuhan untuk bertobat, untuk berkurban, dan untuk melayani sebagai bukti dari kasih-Nya yang sempurna bagi kita. Bagaimana pun, sebuah ajakan untuk bertobat juga adalah ajakan untuk menerima karunia luar biasa pengampunan dan kedamaian. Karenanya “janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.”

Brother dan sister, sekarang kapan pun Anda merasa diminta melakukan sesuatu yang sulit—meninggalkan suatu kebiasaan buruk atau suatu kecanduan, menyingkirkan pengejaran duniawi, mengorbankan kegiatan favorit karena itu adalah hari Sabat, mengampuni seseorang yang berbuat salah kepada Anda—pikirkanlah tentang Tuhan sedang memandang Anda, mengasihi Anda, dan mengajak Anda untuk melepaskannya dan mengikuti Dia. Dan bersyukurlah kepada-Nya karena cukup mengasihi Anda untuk mengajak Anda melakukan lebih banyak lagi.

Saya bersaksi tentang Juruselamat kita, Yesus Kristus, dan menantikan hari ketika Dia akan melingkarkan lengan-Nya kepada kita masing-masing, dengan memandang kita dan merangkul kita dengan kasih-Nya yang sempurna. Dalam nama Yesus Kristus, amin.