Ikatkanlah Diri pada Perjanjian
Sewaktu kita memiliki iman kepada Kristus dan mengikatkan diri pada perjanjian-perjanjian kita, kita akan menerima sukacita yang dibicarakan dalam tulisan suci yang kudus dan yang dijanjikan oleh para nabi zaman akhir kita.
Angkatlah hatimu dan bersukacitalah, dan ikatkanlah diri pada perjanjian-perjanjian yang telah engkau buat.”1 Saya tidak dapat membaca tulisan suci ini tanpa merasakan sukacita. Hati saya bersukacita sewaktu saya memikirkan janji-janji dan banyak berkat yang telah menjadi bagian dari kehidupan saya sewaktu saya berusaha untuk mengikatkan diri saya pada perjanjian-perjanjian yang telah saya buat dengan Bapa Surgawi saya.
Karena kedua orang tua saya telah meninggal dunia, adalah menjadi penting tahun ini untuk membersihkan rumah mereka sebagai persiapan untuk menjualnya. Selama beberapa bulan terakhir ini sewaktu kakak dan adik saya dan saya telah membersihkannya serta mengatur barang-barang di rumah orang tua saya, kami menemukan sejarah keluarga dan banyak berkas serta dokumen penting. Adalah menarik untuk membaca sejarah pribadi dan berkat Bapa Bangsa orang tua serta kakek nenek saya. Saya telah diingatkan tentang perjanjian-perjanjian yang mereka buat dan taati.
Nenek saya, Ellen Hanks Rymer, adalah ibu muda pada tahun 1912 ketika dia menerima berkat Bapa Bangsanya. Sewaktu saya membaca berkatnya, kalimat-kalimat ini melompat dari halaman dan tinggal di benak saya: “Engkau telah dipilih sejak dari pelandasan bumi, dan roh yang terpilih untuk datang di zaman ini .… Kesaksianmu akan ditingkatkan dan engkau akan dapat bersaksi .… Sang Penghancur telah berusaha untuk menghancurkanmu, namun engkau akan mengikatkan diri dengan Allahmu, dia [sang Penghancur] tidak akan memiliki kuasa untuk menyakitimu. Engkau, melalui kesetiaanmu, akan memiliki kuasa yang besar dan sang penghancur akan lari dari hadapanmu karena kebajikanmu …. Ketika masa-masa ketakutan dan kesulitan menimpamu jika engkau mau pergi ke tempat rahasiamu dalam doa hatimu akan dihibur dan rintangan akan sirna.”2
Kepada Nenek saya dijanjikan bahwa jika dia akan menaati perjanjian-perjanjiannya dan tetap dekat dengan Allah, Setan tidak akan memiliki kuasa lagi terhadapnya. Dia akan menemukan penghiburan dan bantuan dalam kesulitan-kesulitannya. Janji-janji ini digenapi dalam kehidupannya.
Hari ini saya ingin berbicara mengenai (1) pentingnya mengikatkan diri pada perjanjian-perjanjian dan (2) sukacita dan perlindungan yang datang dari menaati perjanjian-perjanjian kita.
Beberapa contoh yang akan saya gunakan berasal dari Daughters in My Kingdom: The History and Work of Relief Society. Buku ini memuat contoh para wanita yang telah menemukan sukacita besar dalam menaati perjanjian.
Pentingnya Mengikatkan Diri pada Perjanjian
Kamus Alkitab memberi tahu kita bahwa sebuah perjanjian adalah kontrak yang dibuat antara Allah dan manusia. “Allah dalam kegembiraan-Nya yang besar mengatur syarat-syaratnya, yang manusia terima …. Injil sedemikian tertata sehingga asas-asas dan tata cara-tata cara diterima melalui perjanjian yang menempatkan si penerima di bawah kewajiban dan tanggung jawab yang kuat untuk menghormati komitmen.”3 Dalam kalimat “mengikatkan diri pada perjanjian,” kata mengikatkan artinya “mematuhi secara ketat dan tegas” terhadap sesuatu.4
Dalam tulisan suci kita belajar tentang pria dan wanita yang telah membuat perjanjian-perjanjian dengan Allah. Allah telah memberikan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghormati perjanjian-perjanjian tersebut, dan kemudian sewaktu perjanjian itu telah ditaati, berkat-berkat yang dijanjikan pun mengikuti.
Sebagai contoh, melalui tata cara pembaptisan, kita membuat perjanjian dengan Bapa Surgawi kita. Kita mempersiapkan diri kita sendiri untuk pembaptisan dengan memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus, bertobat dari dosa-dosa kita, dan bersedia mengambil ke atas diri kita nama Kristus. Kita membuat tekad untuk menaati perintah-perintah Allah dan selalu mengingat Juruselamat. Kita berjanji untuk “menanggung beban satu sama lain, agar itu boleh menjadi ringan.” Kita menunjukkan bahwa kita bersedia untuk berduka nestapa bersama mereka yang berduka nestapa dan menghibur mereka yang membutuhkan penghiburan.5
Di bait suci yang kudus, tata cara-tata cara yang sakral lainnya diterima dan perjanjian-perjanjian lain dibuat. Di masa awal Pemulihan, Nabi Joseph Smith sangat menginginkan Orang-Orang Suci untuk memiliki berkat-berkat bait suci yang dijanjikan. Tuhan berfirman, “Biarlah rumah ini dibangun demi nama-Ku, agar Aku boleh mengungkapkan tata cara-tata cara-Ku di dalamnya kepada umat-Ku.”6
“Salah satu tujuan Tuhan mengorganisasi Lembaga Pertolongan adalah untuk mempersiapkan para putri-Nya bagi berkat-berkat besar imamat yang terdapat dalam tata cara-tata cara serta perjanjian-perjanjian bait suci. Para … sister di Nauvoo mengantisipasi perampungan bait suci dengan antusiasme besar, karena mereka tahu, sebagaimana yang Nabi Joseph Smith janjikan kepada Mercy Fielding Thompson, bahwa penganugerahan akan membawa mereka ‘keluar dari kegelapan ke dalam terang yang menakjubkan.’”7
“Lebih dari 5.000 Orang Suci memadati Bait Suci Nauvoo setelah pendedikasiannya agar mereka dapat menerima penganugerahan dan tata cara pemeteraian sebelum melanjutkan perjalanan mereka” ke Lembah Salt Lake.8 Presiden Brigham Young dan banyak pemimpin Gereja serta pekerja bait suci meluangkan waktu mereka, siang dan malam, melayani di bait suci agar pekerjaan yang penting ini dapat dilaksanakan bagi Orang-Orang Suci.
Perjanjian-perjanjian kita mendukung kita baik di saat-saat senang maupun di saat-saat susah. Presiden Boyd K. Packer mengingatkan kita bahwa “kita adalah umat perjanjian. Kita berjanji untuk memberikan sumber-sumber kita dalam waktu dan uang serta bakat—semua dari diri kita dan semua milik kita—untuk kepentingan kerajaan Allah di atas bumi. Dalam istilah yang sederhana, kita berjanji untuk melakukan kebaikan. Kita adalah umat perjanjian, dan bait suci adalah pusat dari perjanjian kita. Itu adalah sumber perjanjian.”9
Tulisan suci mengingatkan kita, “Ini akan menjadi perjanjian kita—bahwa kita akan berjalan dalam segala tata cara Tuhan.”10
Besarlah berkat-berkat yang kita terima sewaktu kita mengikatkan diri kita pada perjanjian-perjanjian kita.
Sukacita dan Perlindungan Datang dari Menaati Perjanjian-Perjanjian Kita
Dalam Kitab Mormon kita membaca khotbah Raja Benyamin. Dia mengajarkan kepada orang-orang mengenai Yesus Kristus, bahwa Dia akan datang ke bumi dan menderita segala macam penderitaan. Dia mengajarkan kepada orang-orang bahwa Kristus akan mendamaikan dosa-dosa seluruh umat manusia dan bahwa nama-Nya adalah satu-satunya nama yang melaluinya manusia dapat memperoleh keselamatan.11
Setelah mendengarkan ajaran-ajaran yang indah ini, orang-orang direndahkan hati dan berhasrat dengan sepenuh hati mereka untuk dibebaskan dari dosa dan dimurnikan. Mereka bertobat dan mengakui iman mereka kepada Yesus Kristus. Mereka membuat perjanjian-perjanjian dengan Allah bahwa mereka akan menaati perintah-perintah-Nya.12
“Roh Tuhan datang ke atas diri mereka, dan mereka dipenuhi dengan sukacita, setelah menerima pengampunan akan dosa-dosa mereka, dan memperoleh kedamaian suara hati, karena iman yang amat besar yang mereka miliki kepada Yesus Kristus.”13
Contoh lain tentang sukacita yang datang melalui kesetiaan dalam menaati perintah-perintah Allah dan membagikan Injil-Nya kepada orang lain diperlihatkan oleh Amon. Amon dan saudara-saudaranya merupakan alat dalam membantu ribuan orang datang kepada Kristus. Berikut adalah beberapa perkataan yang Amon gunakan untuk menguraikan perasaannya sewaktu begitu banyak orang dibaptiskan dan membuat perjanjian dengan Allah:
“Betapa besarnya alasan yang kita miliki untuk bersukacita.”14
“Sukacitaku penuh, ya, hatiku dipenuhi dengan sukacita, dan aku akan bersukacita di dalam Allahku.”15
“Aku tidak dapat mengatakan bagian terkecil yang aku rasakan.”16
“Belum pernah ada orang-orang yang memiliki alasan sedemikian besarnya untuk bersukacita seperti kita.”17
Membuat dan menaati perjanjian-perjanjian sakral memungkinkan kita untuk memiliki Roh Kudus bersama kita. Inilah Roh yang “akan mengisi jiwamu dengan sukacita.”18
Perang Dunia II menyebabkan banyak kesengsaraan bagi banyak orang di seluruh dunia. Orang-Orang Suci di Jerman mengalami banyak kesulitan. Seorang presiden Lembaga Pertolongan yang setia di Stuttgart, Jerman, adalah Sister Maria Speidel. Berbicara mengenai kesulitannya, dia bertutur, “Kepercayaan kami kepada Tuhan dan kesaksian kami tentang Gereja-Nya telah menjadi pilar kekuatan kami …. Dengan sukacita kami menyanyikan lagu-lagu Sion dan menaruh kepercayaan kami kepada Tuhan. Dia membuat segala hal baik-baik saja.”19
Sekali lagi, sewaktu para anggota menaati perjanjian-perjanjian mereka, mereka merasakan sukacita bahkan di saat menghadapi tantangan yang hebat.
Sarah Rich adalah wanita saleh yang tinggal di Nauvoo yang dipanggil untuk melayani di bait suci sebelum Orang-Orang Suci diusir dari kota itu. Berikut adalah kata-katanya mengenai berkat-berkat dari perjanjian bait suci, “Banyak berkat yang telah kami terima dalam rumah Tuhan, yang telah membuat kami bersukacita dan terhibur di tengah-tengah kesengsaraan kami dan memungkinkan kami untuk memiliki iman kepada Allah, mengetahui Dia akan membimbing kami serta menyokong kami dalam perjalanan asing yang terbentang di depan kami.”20
Sebelumnya Orang-Orang suci telah merampungkan Bait Suci Kirtland, dan banyak yang berperan serta dalam pendedikasian itu. Setelah pendedikasian, bait suci diterima oleh Tuhan. Tuhan berfirman kepada mereka untuk “[teramat] bersukacita sebagai akibat dari berkat-berkat yang akan dicurahkan … ke atas kepala umat-Ku.”21
Sewaktu semakin banyak bait suci kudus telah dibangun di seluruh bumi, saya telah melihat berkat-berkat yang datang ke dalam kehidupan para anggota. Tahun 2008 saya melihat sukacita di wajah satu pasangan dari Ukraina sewaktu mereka menceritakan kepada saya tentang pergi ke Freiberg, Jerman, untuk menerima tata cara bait suci mereka. Perjalanan ke bait suci memakan waktu 27 jam naik bus sekali jalan bagi para anggota yang berpengabdian ini, dan mereka tidak dapat sering ke sana. Mereka terharu karena Bait Suci Ukraina akan segera rampung dan mereka akan lebih sering menghadirinya. Bait suci itu sekarang telah dibuka, dan ribuan orang bersukacita menikmati berkat-berkatnya di sana.
Dalam membaca sejarah pribadi nenek saya, saya belajar tentang sukacitanya yang besar akan perjanjian-perjanjiannya. Dia senang pergi ke bait suci dan melaksanakan tata cara-tata cara bagi ribuan dari mereka yang telah meninggal. Itulah misi kehidupannya. Dia melayani sebagai pekerja bait suci selama lebih dari 20 tahun di Bait Suci Manti Utah. Dia menulis bahwa dia telah mengalami banyak penyembuhan menakjubkan agar dirinya dapat membesarkan anak-anaknya dan untuk melayani orang lain dengan melakukan pekerjaan mereka di bait suci. Sebagai cucunya, jika kita mengetahui apa pun mengenai Nenek Rymer, adalah bahwa dia seorang wanita saleh yang menaati perjanjian-perjanjiannya dan menginginkan kita melakukan hal yang sama. Ketika orang-orang menyelidiki harta milik kita setelah kita meninggal, akankah mereka menemukan bukti bahwa kita telah menaati perjanjian-perjanjian kita?
Nabi terkasih kita, Presiden Thomas S. Monson, memberi tahu kita dalam konferensi terakhir kita, “Sewaktu Anda dan saya pergi ke rumah kudus Allah, sewaktu kita mengingat perjanjian-perjanjian yang kita buat di dalamnya, kita akan lebih mampu menanggung setiap cobaan dan mengatasi setiap godaan. Di tempat yang sakral ini kita akan menemukan kedamaian; kita akan diperbarui dan diperkuat.”22
Sekali lagi, “Angkatlah hatimu dan bersukacitalah, dan ikatkanlah diri pada perjanjian-perjanjian yang telah engkau buat.”23 Menaati perjanjian-perjanjian merupakan sukacita dan kebahagiaan. Ini adalah penghiburan dan kedamaian. Ini adalah perlindungan dari kejahatan dunia. Menaati perjanjian-perjanjian akan membantu kita di saat-saat sulit.
Saya bersaksi bahwa sewaktu kita memiliki iman kepada Kristus dan mengikatkan diri pada perjanjian-perjanjian kita, kita akan menerima sukacita yang dibicarakan dalam tulisan suci yang kudus dan yang dijanjikan oleh para nabi zaman akhir kita.
Para sister yang terkasih, saya mengasihi Anda dan berharap Anda akan mengalami sukacita besar ini dalam kehidupan Anda sendiri. Dalam nama Yesus Kristus, amin.