2012
Kesucian di Dunia yang Tidak Suci
Oktober 2012


Kesucian DALAM Dunia yang Tidak Suci

Majalah Gereja bertemu dengan sekelompok dewasa muda dari berbagai dunia untuk membahas tantangan-tantangan dan berkat-berkat dari mempertahankan kesucian di dunia yang tidak menghargai—dan bahkan mencemoohkan—kesucian. Kami mendapati bahwa pembahasan mereka yang terbuka, jujur, dan tulus tersebut meneguhkan dan mengilhami dan berharap bahwa Anda juga dapat menemukan dalam komentar mereka sesuatu untuk membantu Anda menghargai kesakralan pernikahan dan keintiman jasmani.

Dengan begitu banyak orang membenarkan perilaku amoral, kebenaran-kebenaran Injil apa yang membantu Anda mempertahankan kemurnian akhlak?

Martin Isaksen, Norwegia: Tertulis dalam tulisan suci untuk menjadi suci. Itu sudah cukup untuk dijadikan alasan yang baik buat saya.

Lizzie Jenkins, Kalifornia, AS: Kesucian adalah sebuah komitmen. Anda menjalankan komitmen tersebut. Itu adalah gaya hidup.

Liz West, Inggris: Memahami siapa saya, memahami bahwa ada yang lebih penting dalam kehidupan daripada kenyataan yang terjadi sekarang telah banyak membantu saya. Rencana keselamatan—meskipun ketika saya masih remaja saya tidak dapat menjelaskannya secara khusus—adalah sangat bermanfaat. Konsep pernikahan kekal adalah indah! Ketika orang memahami komitmen ini, mereka menyadari sungguh luar biasa bahwa Allah telah menempatkan kita di sini dalam keluarga-keluarga dan telah memberi kita perintah-perintah sehinggga kita tidak saja akan aman tetapi agar kita akan bahagia. Sewaktu saya menjalankan asas-asas ini dan membagikannya dengan teman-teman saya, mengatakan, “Saya tidak akan minum minuman keras” atau “Saya tidak akan pergi ke pesta ini” atau “Saya tidak akan melakukan hal ini,” mereka menghargai saya. Pada akhirnya mereka benar-benar membela saya. Memahami bahwa saya berharga sebagai anak Allah dan bahwa Bapa Surgawi mengetahui siapa saya dan benar-benar peduli terhadap saya adalah suatu kekuatan yang besar.

Anna (Anya) Vlasova, Rusia: Adalah sangat membantu ketika saya memikirkan mengenai menjadi bagian dari keluarga surgawi. Saya mengasihi dan menghargai Allah dan tidak ingin Dia merasa malu atas pilihan-pilihan yang saya buat.

Kaylie Whittemore, Florida, AS: Saya benar-benar percaya bahwa memahami kesucian keluarga telah memberi saya tekad yang kuat untuk menjalankan hukum kesucian. Satu hal lagi adalah menyadari bahwa ketika kita melanggar perintah, maka ada akibat negatif yang tidak ingin saya alami.

Falande (Fae) Thomas, Haiti: Saya benar-benar telah memikirkan mengenai bagaimana orang mengatakan, “Mengapa menunggu ketika Anda dapat memiliki semuanya sekarang?” Tetapi saya telah bertanya-tanya dalam hati berapa lama jenis kebahagiaan seperti itu akan bertahan. Saya lebih memilih untuk menjalankan hukum kesucian dan, sebagai akibatnya, memiliki kedamaian.

Hippolyte (Hip) Kouadio, Pantai Gading: Salah satu di antara hal-hal yang banyak membantu saya adalah pernyataan keluarga: “Kami … menyatakan bahwa Allah telah memerintahkan agar kuasa prokreasi yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri.”1

Hal lainnya yang membantu adalah bagaimana Pemimpin Utama menjelaskan kesucian kepada kita. Mereka memperingatkan kita bagaimana amoralitas dimulai dan mengajarkan bahwa ketika kita merundung tubuh, kita merundung jiwa. Penatua Jeffrey R. Holland mengajarkan bahwa Juruselamat telah membayar harga untuk kita untuk suatu hari memiliki tubuh yang dibangkitkan. Cara kita dapat bersyukur untuk harga yang telah Dia bayar adalah dengan menjaga tubuh kita tetap bersih.2

Liz: Saya ingat sebuah pembicaraan yang sangat khusus dengan seseorang ketika saya berusia kira-kira 15 tahun. Kami berbicara bahwa saya tidak percaya akan keintiman sebelum pernikahan, dan saya ingat dia mengatakan, “Ya, tapi bagaimana jika hal tersebut terjadi begitu saja? Bagaimana jika suatu malam, Anda secara tak sengaja … ?” Tetapi saya tahu bahwa saya memiliki pilihan. Tidak ada yang bisa “terjadi” begitu saja.

Sungguh luar biasa bagi saya bahwa Bapa Surgawi telah memberi kita hak pilihan dan perintah-perintah untuk membebaskan kita dan bahwa Setan mengerahkan segala daya upayanya untuk mengikat atau membatasi kita. Hal yang dibicarakan oleh teman saya mengenai saat ketika sesuatu bisa “terjadi” adalah di pesta-pesta di mana orang minum minuman keras dan pergi berpasang-pasangan. Jadi saya tidak menempatkan diri saya dalam situasi seperti itu. Pilihan seharusnya tidak boleh dibuat pada akhir ketika Anda mengatakan ya atau tidak. Pilihan dibuat sebelumnya, ketika Anda menanyakan pada diri Anda sendiri, “Perlukah saya pergi ke pesta itu?”

Banyak orang, jika mereka tidak memikirkan segala aspek jauh hari sebelumnya dan tidak memikirkan mengenai konsekuensinya, akan melakukan apa saja yang mereka inginkan saat itu. Tetapi jika Anda mengatakan, “Saya menginginkan hasil akhirnya seperti ini; oleh karena itu, saya akan membuat pilihan-pilihan ini,” maka Anda akan menghindari banyak masalah.

Anda menyebutkan hak pilihan dan perintah-perintah. Tetapi apakah perjanjian-perjanjian—perjanjian pembaptisan atau perjanjian bait suci—membantu Anda menjalankan standar-standar Anda?

Fae: Saya memikirkan mengenai kehidupan saya sebelum saya dibaptiskan dan betapa lebih masuk akal kehidupan itu sekarang karena saya telah membuat perjanjian. Sungguh menakjubkan bagaimana kita dapat diampuni karena Pendamaian. Ketika saya mengingat perjanjian-perjanjian saya, saya memikirkan bagaimana saya dapat bertobat, menjadi lebih baik, dan terus maju.

Anya: Khususnya di bait suci Anda melihat sudut pandang kekal. Bait suci membantu Anda memikirkan mengenai kekekalan Anda dan tidak hanya mengenai zaman sekarang, sehingga Anda membuat pilihan-pilihanyang lebih bijaksana.

Lizzie: Sering kita percaya bahwa keintiman adalah buruk, tetapi sesungguhnya tidak seperti itu. Hanya saja itu harus disetujui oleh otoritas yang benar, pada waktu yang tepat, dan dengan orang yang tepat. Itulah yang dimaksud dengan perjanjian. Anda membuat komitmen-komitmen. Anda mengatakan, “Saya benar-benar sudah siap untuk langkah ini dalam kehidupan saya.” Perjanjian membantu saya karena saya tahu saya melakukan hal-hal sesuai dengan urutan yang seharusnya. Dan saya tahu jika saya melakukan apa yang Bapa Surgawi ingin saya lakukan, saya akan lebih bahagia.

Jonathan Tomasini, Prancis: Saya tidak akan jujur pada diri saya dan saya tidak akan jujur pada Allah jika saya melanggar perjanjian saya. Perjanjian pernikahan membantu saya menyadari bahwa saya ingin untuk dapat mempersembahkan kepada istri saya seseorang yang memiliki kendali diri, yang telah mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang suami yang baik, dan telah menjaga dirinya murni.

Ada banyak perbedaan pendapat di dunia—banyak di antaranya tampaknya persuasif dan kompleks—mengenai mengapa hukum kesusilaan sudah ketinggalan zaman. Argumen-argumen apa yang telah Anda dengar dan bagaimana Anda telah menanggapi orang-orang yang menentang standar-standar Anda?

Lizzie: Pada tahun trakhir saya di SMA, saya ingat seorang guru memberi kami sedikit “nasihat.” Dia telah menikah langsung setamat SMA, dan pernikahan tersebut berakhir dengan buruk, sehingga pada dasarnya dia mengatakan kepada kami bahwa “Anda bisa bergaul dengan banyak orang.” Maksud dia adalah bahwa ada banyak hal untuk kita coba, kita bisa mencoba banyak calon. Saya teringat bahwa saya terkejut dengan apa yang diucapkan oleh guru saya itu. Sejak saat itu saya telah memikirkan mengenai hal itu, ya, memang ada banyak orang, tetapi saya tidak menginginkan banyak orang!

Jonathan: Seseorang yang saya kenal mengatakan bahwa ketika dia menjalin sebuah hubungan, dia ingin memastikan apakah dia cocok secara seksual dengan orang tersebut. Dia memberikan contoh mengenai mengencani seorang pria yang dia sukai, dan setelah mereka menjadi intim, dia merasa bahwa dia tidak cocok dan hubungan tersebut tidak berjalan dengan baik. Dia menggunakan pengalaman tersebut untuk membuat argumentasinya, dan tampaknya sangat persuasif. Pada akhirnya, saya menjelaskan kepadanya bahwa saya percaya bahwa Anda dapat saling mengenal dengan baik dengan cara-cara lain, dan jika Anda melakukannya dan membangun kepercayaan sementara tetap menjalankan hukum kesucian, maka akan ada tingkat kecocokan yang lebih besar ketika Anda menikah.

Anya: Argumen paling lazim yang selalu saya dengar adalah bahwa ketika dua orang saling mengasihi, maka tidak menjadi masalah; keintiman hanya merupakan ungkapan kasih.

Martin: Sesuatu yang masuk ke dalam pikiran saya ketika saya mendengar dalih “Kami saling mengasihi” adalah sebuah kutipan dari Presiden Spencer W. Kimball. Dia mengatakan bahwa terlalu sering nafsu menyusup ke dalam pikiran ketika orang mengira mereka sedang jatuh cinta.3 Itu adalah kasus bagi banyak orang ketika mereka intim sebelum menikah: itu adalah nafsu meskipun mereka mengira mereka saling mengasihi. Jika mereka memang benar-benar saling mengasihi, mereka akan lebih saling menghargai, saling mendukung, dan memahami bahwa ada saatnya untuk keintiman. Dan, bagi saya, keintiman sebelum pernikahan menunjukkan bahwa Anda tidak sesungguhnya mendukung satu sama lain sebanyak yang Anda kira. Karena jika Anda tidak mampu untuk saling membantu dalam menjalankan standar-standar Anda sekarang, lalu bagaimana Anda akan saling mendukung di kemudian hari?

Kaylie: Sejumlah orang yang tidak percaya kepada Allah merasa bahwa Alkitab dan hukum kesucian sudah ketinggalan zaman. Saya memiliki beberapa teman di SMA yang pada dasarnya ateis atau agnostik—dan saya memiliki satu teman yang benar-benar tidak percaya akan ajaran-ajaran agama yang dia anut. Dia hanya hidup sesuai dengan apa yang dia inginkan, apa yang dia rasa benar untuk dia. Keintiman fisik, dari sudut pandangnya, adalah untuk memuaskan diri, dan segala sesuatu yang akan membatasi pemuasan diri itu adalah tidak diinginkan.

Saya rasa teman saya terkejut karena saya percaya pada Alkitab dan perintah-perintah Allah, tetapi saya mencoba membantunya memahami bahwa saya tidak memandang perintah-perintah sebagai hambatan; saya menjalankannya karena itu membuat saya lebih bahagia. Meskipun kami tidak sepakat, dia menghargai saya, dan kami tetap sebagai teman baik.

Liz: Semua perdebatan ini memiliki jawaban dalam asas-asas dasar Injil. Ketika Anda percaya bahwa Allah itu ada, ketika Anda percaya bahwa ada rencana yang lebih besar, ketika Anda percaya bahwa ada pertanggungjawaban, ketika Anda percaya bahwa ada seseorang yang mengasihi dan peduli kepada Anda, dan ketika Anda percaya bahwa Anda memiliki nilai yang hakiki karena Anda anak Allah—maka Anda memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menganggap diri Anda berharga dan menghargai tubuh Anda. Ketika orang tidak mengetahui atau percaya akan asas-asas ini, mereka mengharapkan orang dan tempat-tempat lain untuk mengetahui berapa nilai mereka.

Apa pengaruh atau teladan yang telah membantu Anda berkomitmen untuk menjalankan hukum kesucian?

Hip: Saya memiliki teman sekamar yang sudah bertunangan. Suatu hari kami berbicara mengenai pernikahan yang akan dia langsungkan, dan seseorang bertanya, “Apa komitmen yang menurut Anda berdua akan membantu Anda untuk tetap kuat?” Jawabannya adalah, “Jika kami tidak mematuhi hukum kesucian, ini dapat menghancurkan hubungan kami. Jadi kami memutuskan bahwa kami tidak akan melakukan sesuatu yang kami tidak akan merasa nyaman untuk melakukannya di depan uskup atau orang tua kami.” Itu masih memiliki pengaruh terhadap saya.

Jonathan: Karena sekarang saya sudah dewasa muda, lebih mudah bagi saya untuk mendengarkan para nabi dan merenungkan mengenai hal-hal yang diucapkan oleh pemimpin Gereja. Namun sebelum itu, saya pikir banyak tanggung jawab terletak pada orang tua dan keluarga kami. Gereja dapat memberikan informasi dan banyak hal yang hebat, tetapi teladan dari keluarga saya benar-benar membantu saya menyadari bahwa Injil adalah hal yang baik dan bahwa itu membuat kami bahagia.

Liz: Ketika saya tumbuh dewasa, anggota Gereja terdekat seusia saya tinggal di tempat yang letaknya dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam perjalanan, sehingga tidak ada anggota lain di sekolah. Tetapi sesuatu yang benar-benar saya hargai adalah bahwa meskipun anggota hanya saya, para pemimpin saya selalu datang ke acara Kebersamaan; mereka selalu datang ke seminari; mereka selalu datang untuk mengajarkan pelajaran untuk saya—setiap kali pelajaran. Mereka tidak pernah mengatakan, “Ya, kami hanya memiliki satu siswa jadi kami tidak akan mengadakan kelas hari ini.” Saya yakin saya telah belajar banyak, tetapi hal yang benar-benar saya ingat adalah bahwa para pemimpin saya tetap konsisten. Dan karena mereka, saya memiliki kesempatan untuk merasakan Roh.

Saya rasa kita tidak pernah benar-benar menghargai karunia Roh Kudus. Meskipun saya memiliki orang tua dan keluarga dan para pemimpin, ketika saya di sekolah saya berjuang sendirian. Tetapi Roh menyertai saya. Jadi apa pun yang membuat Roh menyertai kehidupan seseorang akan menjadi pengaruh yang besar dalam membantu orang itu mematuhi hukum kesucian.

Lizzie: Salah satu di antara pengaruh-pengaruh terbesar saya adalah mendapatkan kesaksian untuk diri saya sendiri. Jika Injil tidak tertanam dengan kuat dalam diri Anda, maka mudah sekali untuk mengambil jalur yang berbeda. Tetapi jika Anda mulai dengan memastikan Anda memiliki landasan Injil yang kuat, maka segala sesuatu yang lain akan mengikuti.

Hip: Ketika Anda ingin memiliki fisik yang kuat, Anda berolahraga, dan ketika Anda berolahraraga, Anda mendapatkan hasil. Jika kita menerapkan hal itu secara rohani, kita harus bekerja keras secara rohani. Ada banyak hal yang harus kita lakukan untuk melakukan latihan rohani yang berat, seperti membaca tulisan suci dan melakukan segala sesuatu yang dapat kita lakukan untuk memiliki Roh. Kita juga harus menetapkan gol-gol yang benar dan bekerja untuk mencapai gol-gol tersebut. Tetapi untuk mencapai gol-gol tersebut, kita tidak dapat melakukannya sendirian. Kita harus memiliki Tuhan bersama kita. Dari Dia kita mendapatkan kekuatan dan Roh untuk mengatasi tantangan-tantangan kita. Lalu kita dapat mengikuti permintaan dari Presiden S. Monson:

“Jangan biarkan gairah hidup Anda menghancurkan impian Anda. Bertahanlah dari godaan.

Ingatlah kata-kata dari Kitab Mormon: ‘Kejahatan tidak pernah merupakan kebahagiaan.’”4

Catatan

  1. “Keluarga: Maklumat kepada Dunia,” Liahona, November 2010, 129.

  2. Lihat Jeffrey R. Holland, “Of Souls, Symbols, and Sacraments,” dalam Brigham Young University 1987–1987 Devotional and Fireside Speeches (1988), 77–79.

  3. “Pada saat dosa beraksi, kasih murni diabaikan sementara nafsu menyusup masuk. Kasih sayang kemudian digantikan dengan hasrat daging dan gairah yang tidak terkendali. Bisa diterima adalah ajaran yang ingin sekali ditetapkan oleh iblis, bahwa hubungan seksual diluar pernikahan dibenarkan” (Teachings of Spencer W. Kimball, diedit Edward L. Kimball [1982], 279).

  4. Presiden Thomas S. Monson, “Jadilah Engkau Teladan,” Liahona, Mei 2005, 113.

Foto oleh Craig Dimond