Menemukan Sukacita dalam Kehidupan
Karen Rockwood, Idaho, AS
Pada suatu kesempatan saya sedang membaca sebuah ceramah konferensi umum oleh Penatua Richard G. Scott dari Kuorum Dua Belas Rasul. Meskipun saya telah mendengar dan membaca ceramahnya sebelumnya, ada satu frasa menarik perhatian saya dan tinggal di benak saya.
Beberapa jam kemudian putra saya, yang tinggal di sebuah apartemen bersama teman-temannya, datang untuk berkunjung. Dia telah melayani misi penuh-waktu dan telah menghadiri beberapa semester di perguruan tinggi. Dia tidak yakin apa arah pendidikan yang hendaknya dia ikuti dan mana jalan karier yang hendaknya dia kejar. Karena dia telah frustrasi dan merasa bahwa sekolah, untuk saat ini, adalah membuang waktu dan uang, dia menangguhkan studinya dan mulai bekerja penuh waktu.
Dia mengatakan kepada saya bahwa salah satu temannya telah menyarankan agar mereka pergi ke sebuah pulau di Bahama atau Karibia, mendapat pekerjaan, dan bersenang-senang selama beberapa bulan. Putra saya antusias dengan ide itu. Saya dengan mudah dapat melihat betapa memikat pengalaman sukaria itu bagi seorang pemuda.
Saat itu, pesan mengesankan Penatua Scott muncul di benak saya. Saya mengambil Ensign dan membacakan yang berikut kepada putra saya: “Anda di bumi ini untuk suatu tujuan ilahi. Tujuan itu bukan untuk dihibur terus-menerus atau untuk terus-menerus dalam pengejaran penuh akan kesenangan. Anda di sini untuk diuji, untuk membuktikan diri Anda sendiri agar Anda dapat menerima berkat-berkat tambahan yang Allah miliki bagi Anda. Dampak melembutkan dari kesabaran diperlukan” (“Finding Joy in Life,” Ensign, Mei 1996, 25).
Tanpa membantah, putra saya mengambil majalah itu, berjalan pergi, dan membaca seluruh ceramah tersebut. Belakangan yang dia katakan adalah bahwa dia tidak akan pergi bersama teman-temannya dalam petualangan ke pulau.
Akhirnya dia masuk ke akademi kepolisian, sebuah jalan yang menuntunnya untuk bertemu calon istrinya. Mereka menikah di Bait Suci Mesa Arizona dan sekarang tengah membesarkan tiga anak yang manis. Pada 2010 putra saya menyelesaikan gelar S1nya dan benar-benar “menemukan sukacita dalam kehidupan.”
Petualangan yang diusulkan putra saya mungkin menjadi pengalaman yang baik; sebaliknya, itu dapatlah menjadi bahaya secara rohani. Setiap kali saya memikirkan pengalaman ini, Roh menyentuh hati saya.
Saya bersyukur untuk perkataan para nabi dan bahwa saya dibisiki untuk mengingat sebuah ceramah yang membantu saya menyediakan bimbingan. Saya juga bersyukur bahwa putra saya mendengarkan sebuah pesan dari Tuhan dan mengizinkan Roh untuk memengaruhinya. Saya tahu bahwa banyak berkat dan belas kasihan yang lembut datang sewaktu kita mendengarkan dan mengikuti ajaran-ajaran Juruselamat dan para hamba-Nya.