Pesan Presidensi Utama, Februari 2016
Mendarat dengan Aman dalam Turbulensi
Belum lama berselang istri saya, Harriet, dan saya berada di bandara menyaksikan pesawat terbang yang menakjubkan mendarat. Saat itu hari berangin, dan hembusan angin yang kencang menerjang dengan kuat pesawat yang mendekat, menyebabkan setiap pesawat menghindar dan goyah saat mendekat.
Sewaktu kami mengamati pergumulan antara alam dan mesin, benak saya menerawang kembali pada pelatihan terbang saya sendiri dan asas-asas yang saya pelajari di sana—dan belakangan mengajarkannya kepada para pilot lain dalam pelatihan.
“Jangan melawan kontrol selama turbulensi,” saya biasanya memberi tahu mereka. “Tetap tenang; jangan bertindak berlebihan. Fokuskan pandangan Anda pada garis pusat landasan pacu. Jika Anda menyimpang dari jalur kedatangan yang Anda inginkan, buatlah koreksi segera namun cermat. Percayalah pada potensi pesawat Anda. Teruslah terbang sampai turbulensi berhenti.”
Pilot yang berpengalaman memahami bahwa mereka tidak selalu dapat mengontrol hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Mereka tidak dapat serta-merta menghentikan turbulensi. Mereka tidak dapat melenyapkan hujan maupun salju. Mereka tidak dapat menyebabkan angin berhenti berhembus maupun mengubah arahnya.
Namun mereka juga memahami bahwa adalah suatu kekeliruan untuk takut terhadap turbulensi maupun angin kencang—dan terutama dilumpuhkan olehnya. Cara untuk mendarat dengan aman ketika kondisi kurang ideal adalah untuk tetap di jalan dan jalur luncur yang benar sesempurna mungkin.
Sewaktu saya menyaksikan satu per satu pesawat terbang melakukan pendekatan akhirnya dan mengingat asas-asas yang dipelajari dari bertahun-tahun saya menjadi pilot, saya mempertanyakan tidak adakah pelajaran tentang hal ini bagi kehidupan sehari-hari kita?
Kita tidak dapat selalu mengontrol badai yang kehidupan tempatkan di jalan kita. Terkadang segala sesuatu tidak berjalan mulus sebagaimana yang kita inginkan. Kita mungkin merasa diguncang dan digoyahkan oleh turbulensi kekecewaan, keraguan, ketakutan, kesedihan, atau stres.
Selama masa-masa itu, adalah mudah untuk terjebak dalam segala sesuatu yang salah dan membuat masalah kita menjadi pusat dari pikiran kita. Godaannya adalah untuk berfokus pada pencobaan yang kita hadapi alih-alih pada Juruselamat dan kesaksian kita tentang kebenaran.
Namun itu bukanlah cara yang terbaik untuk menavigasi melalui tantangan-tantangan kita dalam kehidupan.
Sama seperti pilot yang berpengalaman terus berfokus bukan pada badai melainkan pada pusat landasan pacu dan titik pendaratan yang benar, demikian juga kita hendaknya terus berfokus pada pusat iman kita—Juruselamat kita, Injil-Nya, dan rencana Bapa Surgawi kita—serta gol akhir kita—untuk kembali dengan aman ke destinasi surgawi kita. Kita seharusnya memercayai Allah dan menjadikan tetap berada di jalur kemuridan fokus dari upaya kita. Kita hendaknya menjaga mata, hati, dan pikiran kita terfokus pada menjalani kehidupan sebagaimana yang kita ketahui seharusnya.
Memperlihatkan iman dan kepercayaan kita kepada Bapa Surgawi dengan secara penuh sukacita menaati perintah-perintah-Nya akan memberi kita kebahagiaan dan kemuliaan. Dan jika kita tetap di jalan, kita akan melewati turbulensi apa pun—terlepas dari betapa kuat itu tampaknya—dan kembali dengan selamat ke rumah surgawi kita.
Apakah cakrawala di sekitar kita cerah atau diliputi dengan awan yang mengancam, sebagai murid Yesus Kristus, kita terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, dengan mengetahui bahwa jika kita melakukannya, segala sesuatu yang lain yang kita perlukan akhirnya akan disediakan (lihat Matius 6:33).
Sungguh suatu pelajaran kehidupan yang penting!
Semakin kita terobsesi dengan kesulitan kita, pergumulan kita, keraguan kita, dan ketakutan kita, akan semakin sulit segala sesuatunya. Namun semakin kita berfokus pada destinasi surgawi akhir kita dan pada sukacita mengikuti jalan kemuridan—Allah yang pengasih, dengan melayani sesama kita—akan semakin besar kemungkinan kita untuk berhasil menavigasi melewati saat-saat sulit dan turbulensi.
Teman-teman terkasih, tidak peduli betapa kencangnya angin dari keberadaan fana kita berderu di sekitar kita, Injil Yesus Kristus akan senantiasa menawarkan jalan terbaik ke tempat pendaratan yang aman dalam kerajaan Bapa Surgawi kita.
© 2016 oleh Intellectual Reserve, Inc. Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia. Persetujuan bahasa Inggris: 6/15. Persetujuan penerjemahan: 6/15. Terjemahan dari First Presidency Message, February 2016. Indonesia. 12862 299