2019
Haruskah Saya Terus Membaca?
Oktober 2019


Haruskah Saya Terus Membaca?

Should I Keep Reading

Tahun lalu saya meminjam buku di perpustakaan tentang anak perempuan yang memulai sebuah blog. Saya pikir itu adalah buku yang menarik karena karakter utamanya berusia sama dengan saya, dan ibu saya adalah seorang bloger. Maka saya pikir buku itu dapat terkait dengan keadaan saya.

Saya baru membaca beberapa halaman buku itu ketika anak perempuan itu menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Saya merasa tidak enak dalam hati setelah membaca bagian itu. Tetapi saya terus membaca, berharap itu hanya satu kali saja. Saya membaca beberapa halaman lagi, dan dia mengatakannya lagi.

Saya menemui dan memberi tahu ibu saya tentang apa yang saya temukan. Saya tidak tahu apakah saya harus terus membacanya atau tidak. Ibu saya memberi tahu saya bahwa itu adalah pilihan saya. Tetapi dia setuju itu mungkin bukan hal yang baik untuk terus membaca jika anak perempuan itu mengatakan hal-hal yang kita tahu salah. Ibu saya mengatakan bahwa itu terutama tidak baik jika dia menyebut nama Tuhan dengan sia-sia.

Saya pikir saya akan melihat apakah itu terjadi lagi, maka saya memeriksa secara cepat seluruh buku. Saya mendapati bahwa menyebut nama Tuhan dengan sia-sia adalah cara anak perempuan ini biasanya bicara. Saya memutuskan untuk mengembalikan buku itu ke perpustakaan tanpa membacanya lebih lanjut.

Saya merasa sedih bahwa penulis buku itu menyebut nama Tuhan dengan sia-sia. Tetapi setelah saya mengembalikan buku itu ke perpustakaan, saya merasa bahagia karena saya telah membuat pilihan yang benar. Saya tahu saya mengikuti “Standar Injil Saya” dari buku Iman Kepada Allah saya yang mengatakan, “Saya hanya akan membaca dan menyaksikan segala sesuatu yang berkenan bagi Bapa Surgawi.” Saya tahu kita seharusnya hanya menggunakan nama Bapa Surgawi dan Yesus dengan khidmat dan rasa hormat.