Bab 6
Mendengar Suara Tuhan
Bagaimanakah kita menerima wahyu pribadi dari Tuhan?
Pendahuluan
Presiden Harold B. Lee pernah mengatakan: “Saya memiliki hati yang percaya yang dimulai dengan kesaksian sederhana yang datang ketika saya masih kecil—saya kira mungkin waktu itu saya berusia kira-kira sepuluh atau sebelas tahun. Saya berada bersama ayah saya di tanah pertanian jauh dari rumah kami, berusaha untuk meluangkan hari itu dengan menyibukkan diri sambil menunggu ayah saya siap pulang. Di sebelah pagar tempat kami terdapat gudang yang telah rubuh yang menarik perhatian seorang anak yang ingin tahu, dan saya suka berpetualang. Saya mulai menaiki pagar, dan saya mendengar suara yang sangat jelas, sambil menyebut nama saya dan berkata, ‘Jangan pergi ke sana!’ Saya berpaling untuk menengok ke arah ayah saya untuk mengetahui apakah dia yang berbicara kepada saya, tetapi dia berada jauh di ujung ladang. Saya tidak melihat seorang pun. Waktu itu saya menyadari sebagai seorang anak, bahwa ada orang yang tidak dapat saya lihat, karena saya jelas-jelas mendengar suara. Sejak saat itu, setiap kali saya mendengar atau membaca cerita tentang Nabi Joseph Smith, saya juga telah mengetahui apa makna mendengar suara, karena saya pernah mengalaminya.” 1
Meskipun Tuhan mungkin tidak berbicara kepada kita dengan suara yang dapat didengar, sewaktu kita belajar berbicara kepada-Nya dan mengenali bagaimana Dia berkomunikasi kepada kita, kita mulai mengenal Dia. Presiden Lee mengatakan bahwa “mengenal Allah dan Yesus Kristus yang telah Dia utus (lihat Yohanes 17:3), seperti yang diutarakan Tuhan kepada para murid-Nya, adalah mulai berada di jalan yang pasti yang menuntun kepada kehidupan kekal di hadirat makhluk-makhluk yang dipermuliakan ini.”2
Ajaran-ajaran Harold B. Lee
Dengan cara-cara bagaimanakah Bapa Surgawi berkomunikasi kepada anak-anak-Nya?
Saya mendengarkan khotbah yang diilhami di Universitas Brigham Young oleh Presiden [ J. Reuben ] Clark …. Dia menganalisa berbagai jenis wahyu yang datang. Pertama dia berbicara mengenai theophany, yang dia uraikan sebagai pengalaman dimana Bapa atau Putra atau keduanya menampakkan diri secara pribadi, atau berbicara langsung kepada manusia. Musa berbicara dengan Tuhan secara berhadapan muka [lihat Musa 1:1–4]; Daniel memiliki pengalaman theophany, atau penampakan diri [lihat Daniel 10]. Ketika Tuhan datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptiskan, Anda mengingat, suara yang berbicara dari surga dan berkata, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan” [Matius 3:17]. Pada waktu pertobatan Paulus, …. juga terjadi penampakan diri, dan terdapat suara yang dapat didengar [lihat Kisah para Rasul 9:1–6]. Pada waktu perubahan rupa, ketika Petrus, Yakobus, dan Yohanes pergi bersama Tuhan ke sebuah gunung yang tinggi dimana Musa dan Elias menampakkan diri di hadapan mereka, kembali suara terdengar yang berasal dari surga, dengan mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan …. “ (Matius 17:5).
Mungkin theophany terbesar di antara semua theophany di zaman kita adalah penampakan diri Bapa dan Putra kepada Nabi Joseph Smith di hutan [lihat Joseph Smith 2:14–17]. Setelah itu terdapat beberapa penampakan diri, salah satu di antaranya dicatat dalam Ajaran dan Perjanjian Bagian ke-110, ketika Juruselamat menampakkan diri kepada Joseph dan Oliver ….
Cara lain kita menerima wahyu adalah seperti yang dibicarakan oleh nabi Enos. Dia menulis pernyataan penting ini dalam catatannya dalam Kitab Mormon: “Dan, ketika rohku sedang berjuang sedemikian itu, lihatlah, suara Tuhan datang kembali di dalam hatiku ….” [Enos 1:10].
Dengan kata lain, kadang-kadang kita mendengar suara Tuhan yang datang ke dalam pikiran kita, dan ketika suara itu datang, pengaruhnya sangat kuat seolah-olah Dia sendiri yang membunyikan terompet ke dalam telinga kita ….
Dalam sebuah cerita dalam Kitab Mormon, Nefi memarahi kakak-kakaknya, menyerukan kepada mereka agar bertobat, dan memberikan suara kepada pikiran yang sama ketika dia mengatakan: “…. dan Dia telah berfirman kepadamu dengan suara yang halus, tetapi kamu sudah tidak dapat merasa, sehingga kamu tidak dapat merasakan firman-Nya …” (1 Nefi 17:45).
Oleh karena itu, Tuhan, melalui wahyu, membawa pikiran ke dalam benak kita seolah-olah sebuah suara sedang berbicara. Bolehkah saya memberikan kesaksian saya yang rendah hati mengenai fakta itu? Saya pernah berada dalam situasi dimana ketika saya membutuhkan bantuan. Tuhan tahu saya membutuhkan bantuan, karena saya sedang dalam mengemban tugas yang penting. Saya terbangun di pagi-pagi sekali dan memikirkan mengenai sesuatu yang telah saya rencanakan untuk melakukannya dengan cara yang sama sekali berbeda dengan rencana semula, dan jalannya dibentangkan dengan jelas di hadapan saya sementara saya terbaring di tempat tidur pada pagi itu, begitu jelas seolah-olah seseorang duduk di ujung tempat tidur saya dan memberitahukan saya apa yang harus saya lakukan. Ya, suara Tuhan datang ke dalam pikiran kita dan kita dapat dibimbing oleh suara itu.
Kita juga menerima wahyu melalui kuasa Roh Kudus. Tuhan mengatakan kepada Nabi Joseph Smith pada masa-masa awal Gereja, “Ya lihatlah, Aku dengan perantaraan Roh Kudus akan menceritakan kepadamu dalam akalmu dan dalam hatimu, hal yang akan … tinggal di dalam hatimu. Maka lihatlah, inilah Roh wahyu ….” (A&P 8:2–3). Anda ingat bahwa Tuhan menghibur para murid-Nya sebelum penyaliban-Nya ketika Dia berkata, “… jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu …. Tetapi, apabila Dia datang, yaitu Roh Kebenaran [atau Roh Kudus], Dia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran: …. Dia akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yohanes 16:7, 13), “dan akan mengingatkan kamu akan semua …. “ (Yohanes 14:26). Demikianlah kita melihat kuasa Roh Kudus. Nabi Joseph Smith, berbicara mengenai hal ini, berkata, “Tidak seorang pun dapat menerima Roh Kudus tanpa menerima wahyu. Roh Kudus adalah pewahyu” (Teachings of the Prophet Joseph Smith, hlm. 328).
Perkenankanlah saya mengubah kata-kata itu … dan mengatakan, Setiap Orang Suci Zaman Akhir yang telah dibaptis dan yang ke atas kepalanya telah ditumpangkan tangan oleh mereka yang memiliki wewenang, mengatakan kepadanya untuk menerima Roh Kudus, dan yang belum menerima wahyu dari Roh Kudus, berarti belum menerima karunia Roh Kudus yang merupakan haknya. Itu sangat penting. Izinkanlah saya merujuk pada apa yang diucapkan Nabi Joseph Smith mengenai wahyu:
“Seseorang dapat memperoleh manfaat dengan memperhatikan isyarat pertama dari roh wahyu; misalnya ketika Anda merasakan kecerdasan mumi mengalir ke dalam diri Anda, itu mungkin memberikan gagasan yang datang secara tiba-tiba, sehingga dengan memperhatikannya, gagasan itu dapat terwujud pada hari yang sama atau segera; (yaitu) hal-hal yang diketengahkan ke dalam pikiran Anda oleh Roh Allah, akan terjadi; sehingga dengan mempelajari Roh Allah dan memahaminya, Anda dapat tumbuh dalam asas wahyu, sampai Anda menjadi sempurna dalam Yesus Kristus” [History of the Church, 3:381].
Dalam hal-hal apakah Anda menerima wahyu? Apakah Anda terkejut mendengar bahwa Anda—semua anggota Gereja yang telah menerima Roh Kudus dapat menerima wahyu? Bukan untuk presiden Gereja, bukan mengenai bagaimana cara mengurus masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan, wilayah, atau misi di tempat Anda tinggal; tetapi setiap individu dalam kedudukannya sendiri berhak menerima wahyu dari Roh Kudus ….
Setiap orang memiliki hak istimewa untuk menjalankan karunia-karunia dan hak-hak istimewa ini dalam melaksanakan urusan-urusannya sendiri; dalam membesarkan anak-anaknya dengan cara sebagaimana mestinya; dalam pengelolaan bisnisnya; atau apa pun yang dia lakukan. Dia berhak menikmati roh wahyu dan roh ilham untuk melakukan hal-hal yang benar, untuk bersikap bijaksana dan berhati-hati, adil dan baik, dalam segala sesuatu yang dia lakukan. Saya tahu bahwa itu adalah asas yang benar, dan itulah hal yang saya ingin agar para Orang Suci Zaman Akhir mengetahuinya. Nah, oleh karena itu, kita semua hendaknya berusaha dan mengindahkan gagasan-gagasan yang datang secara tiba-tiba kepada kita, dan jika kita mau mengindahkannya dan membiasakan telinga untuk mendengarkan bisikan-bisikan ini maka kita—juga setiap dari kita—dapat tumbuh dalam roh wahyu.
Ada satu cara lagi dengan mana wahyu-wahyu dapat datang, dan itu dengan cara mimpi. Ah, saya tidak akan menceritakan kepada Anda bahwa setiap mimpi yang Anda miliki adalah wahyu langsung dari Tuhan …. Tetapi saya khawatir bahwa di zaman serba canggih ini ada di antara kita yang memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa semua mimpi tidak berguna, dan tidak penting. Namun, di semua tulisan suci dicatat peristiwa-peristiwa dimana Tuhan, melalui mimpi, telah memimpin umat-Nya ….
Hal yang hendaknya kita semua usahakan adalah hidup sedemikian rupa, mematuhi perintah-perintah Tuhan, sehingga Dia dapat menjawab doa-doa kita, doa-doa dari orang-orang yang kita kasihi, doa-doa para Pembesar Umum, untuk kita. Kita selalu berdoa bagi para anggota Gereja, kita bersyukur kepada Allah ketika kita mengetahui bahwa mereka mendoakan kita. Jika kita mau hidup layak, maka Tuhan akan membimbing kita melalui penampakan diri, atau melalui suara Dia yang sesungguhnya, atau—melalui suara-Nya yang datang ke dalam pikiran kita, atau melalui pengaruh-pengaruh ke dalam hati dan jiwa kita. Dan ah, betapa kita seharusnya bersyukur jika Tuhan memberikan kepada kita mimpi yang melaluinya diungkapkan kepada kita keindahan mengenai kekekalan atau peringatan dan pengarahan untuk penghiburan khusus kita. Ya, jika kita bersedia hidup dengan cara demikian, Tuhan akan membimbing kita untuk keselamatan dan manfaat kita.
Sebagai salah seorang di antara Anda yang rendah hati, dan dengan pemanggilan yang saya miliki, saya ingin memberikan kesaksian saya yang rendah hati kepada Anda bahwa saya telah menerima melalui suara dan kuasa wahyu pengetahuan dan pemahaman bahwa Allah ada ….
Saya memberikan kesaksian saya yang tulus bahwa Gereja sekarang dibimbing melalui wahyu. Setiap jiwa di dalamnya yang telah diberkati untuk menerima Roh Kudus memiliki kuasa untuk menerima wahyu. Allah membantu Anda dan saya agar kita senantiasa mau hidup sedemikian rupa sehingga Tuhan dapat menjawab doa-doa orang yang setia melalui kita. 3
Bagaimanakah caranya kita dapat berdoa kepada Bapa kita di Surga agar Dia dapat membimbing kita?
Ada banyak perbedaan antara memanjatkan doa dan berbicara kepada Allah. Ada beberapa orang yang pernah saya dengar berdoa dengan berbicara kepada Allah, salah seorang di antaranya adalah almarhum [Penatua] Charles A. Callis. Setiap kali saya mendengar dia berdoa di mezbah suci di bait suci, setiap kali saya mendengar dia berdoa ketika kami berlutut bersama sewaktu kami sedang mengemban tugas yang sulit, dia selalu tampak seolah-olah berbicara kepada Bapa di tempat-Nya yang kudus, dan dia berbicara kepada makhluk-makhluk ilahi. Janganlah mengucapkan doa, janganlah membaca doa, tetapi belajarlah untuk berbicara kepada Allah dan berbicara kepada Allah seperti itulah menurut saya yang dimaksud Moroni ketika dia menulis dalam bab penutup Kitab Mormon kita … :
“Aku ingin menasihati kamu supaya kamu mau bertanya kepada Allah, Bapa yang Kekal, dalam nama Kristus, apakah hal-hal ini tidaklah benar. Dan jika kamu mau bertanya dengan hati yang tulus, dengan maksud yan sungguh-sungguh, beriman dalam Kristus, Dia akan menyatakan kebenarannya kepadamu, melalui kuasa Roh Kudus.” [Moroni 10:4].
…. Inilah yang saya pahami sebagai doa iman, … iman kepada Allah dan Putra-Nya, Yesus Kristus, yang tanpa melalui-Nya tidak seorang pun dapat berbicara kepada Allah.4
Saya menemukan sebuah pengalaman yang dialami Richard Evans yang terkasih [dari Kuorum Dua Belas] pada salah satu perjalanannya …. Dia duduk bersama seorang pria pada acara makan malam beberapa hari yang lalu, duduk di samping seorang industrialis yang terkemuka, yang mengatakan kepadanya hanya dalam beberapa kalimat mengenai bagaimana dia menghadapi masalah-masalah berat dalam kehidupannya dan bagaimana dia harus membuat keputusan setiap hari. “Ketika saya bangun pagi,” ujarnya, “saya sering merasa bahwa saya tidak dapat menghadapi masalah-masalah saya, tetapi jika saya berlutut dan mengucapkan, ‘Ya, Allah, tolonglah saya dalam melakukan ha-hal yang harus saya lakukan hari ini,’ saya memperoleh kekuatan, dan saya merasa bahwa saya sanggup penghadapi keadaan itu. Dan saya memikirkan Dia seolah-olah ayah saya dan saya berbicara kepada-Nya secara sederhana dan langsung seperti saya dahulu berbicara kepada ayah saya ketika dia masih hidup” ….
[ Penatua Evans merenungkan: ] “Saya merasa tersentuh dan menjadi rendah hati atas pernyataan langsung dan sederhana dari teman saya yang duduk bersama saya pada malam itu. Dia bukan dari agama saya, tetapi saya percaya dengan tulus bahwa dia tidak mungkin dapat berbicara kepada Allah dengan sedemikian puas dan yakin jika dia hanya menganggap Dia sebagai suatu kekuatan, atau suatu intisari yang tak terlukiskan, sifat dan tujuan yang tidak dia ketahui, atau paling tidak dia tidak akan memiliki perasaan yang begitu yakin bahwa dapat berbicara kepada Bapa seolah-olah kepada ayahnya sendiri” ….
Yakub berkata kepada keluarganya … , “Ah, betapa agung kekudusan Allah kita! Karena Dia mengetahui segala hal dan tiada sesuatu yang tidak diketahui-Nya” (2 Nefi 9:20). Nah, jika Anda mau mengingat itu Anda sudah mulai di suatu tempat, Anda memiliki hubungan dengan Dia. Kita adalah putra dan putri-Nya. Dia mengenal kita. Dia mengetahui hal-hal dan saat-saat jauh sebelumnya, dan tempat dimana kita akan tinggal, dan zaman kita akan tinggal. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya kita dapat menaruh kepercayaan penuh.5
Salah satu hak milik paling berharga dari semua hak milik yang dapat kita miliki atau pengetahuan paling berharga yang dapat kita miliki adalah bahwa Tuhan mendengar dan menjawab doa—atau, dengan kata lain, bahwa kita belajar cara berbicara kepada Allah. Berdoa bukan hanya sekadar mengucapkan kata-kata, seperti yang diajarkan oleh beberapa gereja, melainkan untuk mengenali bahwa Allah Bapa Surgawi kita, dan Putra-Nya, Yesus Kristus, adalah pribadi yang benar-benar hidup dan nyata dan bahwa melalui pelayanan dari anggota Tubuh Ketuhanan lainnya, yaitu Roh Kudus atau Roh Suci, kita dapat berkomunikasi dengan-Nya, Bapa Surgawi kita, dan menerima jawaban terhadap permohonan kita dan kekuatan bagi hari-hari kita.6
Dalam kerendahan hati bersiaplah mengatakan bersama Paulus, “Tuhan, apa yang harus kuperbuat?” (Kisah para Rasul 9:6). Dan dengan berani ucapkanlah bersama Samuel, “Berbicaralah Tuhan, sebab hamba- Mu ini mendengar” (1 Samuel 3:9). Jadilah rendah hati, berdoalah selalu, maka Tuhan akan membimbing Anda, dan memberikan Anda jawaban terhadap doa-doa Anda [lihat A&P 112:10].7
Suatu hari Presiden [ David O. ] McKay mengajarkan kita hal ini di dalam bait suci …. “Saya ingin mengatakan satu hal kepada Anda: Ketika Tuhan memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan, Anda harus memiliki keberanian untuk melakukannya atau lebih baik Anda tidak memohon lagi kepada-Nya.” Saya juga telah mempelajari pelajaran itu. Kadang-kadang di tengah malam saya terbangun dan tidak dapat tidur sampai akhirnya saya bangun dan menulisnya di atas kertas hal yang telah menjadi pergumulan saya. Tetapi dibutuhkan banyak keberanian untuk bertindak ketika kita diberi pengarahan melalui jawaban terhadap doa. 8
Berpuasalah dua kali makan pada Minggu pertama setiap bulan dan bayarlah nilai penuh dari kedua makanan yang tidak Anda makan itu …. Tuhan mengatakan kepada Yesaya, bahwa mereka yang berpuasa dan membagikan roti mereka kepada yang lapar, dapat memanggil dan Tuhan akan menjawab, dapat berteriak dan Tuhan akan berkata, “Ini Aku” [lihat Yesaya 58:6–9]. Itu adalah salah satu cara untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Cobalah tahun ini. Jalankanlah hukum puasa dengan penuh.9
Ketika kita harus membuat keputusan antara dua keputusan yang harus dipilih, marilah kita mengingat apa yang Tuhan katakan agar kita lakukan: Pelajarilah seluruh permasalahannya sampai Anda memiliki kesimpulan; sebelum bertindak, tanyakan kepada Tuhan apakah itu betul; dan selaraskan diri kita kepada jawaban rohani—baik itu dengan memiliki dada yang membara di dalam diri kita untuk mengetahui bahwa kesimpulan kita benar, atau memiliki ketumpulan pikiran yang akan membuat kita melupakannya apakah hal itu salah lihat A&P 9:7–9]. Kemudian, seperti yang dijanjikan Tuhan, “ … roh akan diberikan kepada [ kita ] oleh doa yang lahir dari iman.” (A&P 42:14) ….
Jika kita mencari dengan sungguh-sungguh, kita dapat mencapai dunia roh untuk memperoleh jawaban yang akan memastikan kita memperoleh tidak saja berkat-berkat besar, tetapi juga kesaksian mulia di dalam hati kita bahwa tindakan-tindakan kita, kehidupan kita, dan pekerjaan-pekerjaan kita memiliki meterai persetujuan dari Tuhan dan Pencipta kita semua.10
Apakah yang dapat kita lakukan untuk menerima wahyu pribadi dari Tuhan?
Hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah belajar berbicara kepada Allah. Berbicaralah kepada-Nya sebagaimana yang akan Anda lakukan kepada ayah Anda, karena Dia adalah Bapa Anda, dan Dia ingin agar Anda berbicara kepada-Nya. Dia ingin Anda membuka telinga untuk mendengar, ketika Dia memberi Anda pengaruh Roh untuk memberitahukan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan. Jika Anda belajar untuk mengindahkan gagasan-gagasan yang datang secara tiba-tiba di dalam pikiran Anda, Anda akan menemukan hal-hal tersebut datang pada saat Anda membutuhkannya. Jika Anda membuka telinga untuk mendengarkan bisikan-bisikan ini, Anda akan belajar berjalan dengan roh wahyu.11
Bagaimanakah kita mengembangkan kualitas rohani di dalam sifat-sifat kita agar dapat memenuhi misi duniawi kita lebih penuh lagi dan dengan demikian menjadi selaras dengan kuasa tak terbatas [Allah ] … ?
Amon menjawab pertanyaan tersebut sebagian: “Ya, dia yang bertobat dan menjalankan iman serta menghasilkan perbuatan yang baik dan berdoa terus menerus tanpa berhenti—kepada yang demikian akan dianugerahi untuk mengetahui rahasia-rahasia Allah ….” (Alma 26:22) ….
Daud, pemazmur, belajar bahkan ketika dia masih remaja mengenai sumber kekuatan rohani. Roh berbisik, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah …. Kota benteng kita ialah Allah Yakub” (Mazmur 46:11–12).
Para nabi zaman dahulu telah belajar, seperti halnya yang harus diketahui semua orang, cara berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa, berbicara dan kemudian menerima jawaban dengan cara Tuhan ….
Tuhan mengatakan kepada nabi Elia: “Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan Tuhan! Maka Tuhan lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului Tuhan. Tetapi tidak ada Tuhan dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada Tuhan dalam gempa itu:
“Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada Tuhan dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.
“Segera sesudah Elia mendengarnya, dia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu …. “ (1 Raja-raja 19:11–13).
Allah begitu sering berbicara dengan suara yang halus, seperti yang Dia lakukan kepada Elia di dalam gua, suara itu mungkin tidak terdengar bagi pendengaran fisik kita karena, seperti radio yang rusak, kehidupan kita mungkin tidak selaras dengan yang Mahakuasa.
…. Begitu sering di zaman sekarang, pria dan wanita hidup terpisah jauh dari hal-hal rohani sehingga ketika Tuhan berbicara kepada telinga kita, kepada pikiran mereka tanpa suara, atau kepada mereka melalui para hamba-Nya yang telah diberi wewenang yang, ketika digerakkan oleh Roh, sama saja dengan suara-Nya sendiri, mereka hanya mendengar suara ribut seperti yang didengar oleh mereka di Yerusalem. Demikian pula, mereka tidak menerima kebijaksanaan yang diilhami, kepastian nurani, bahwa pikiran Tuhan telah berbicara melalui nabi dan pemimpin mereka.
…. Enos, cucu Lehi, memberikan kita pemahaman mengapa ada orang yang dapat menerima pengetahuan mengenai hal-hal dari Allah sementara yang lainnya tidak dapat. Enos menceritakan pergumulannya untuk memperoleh pengampunan atas dosa-dosanya agar dia layak menerima pemanggilannya yang tinggi.
Dia lalu menyimpulkan: “Dan, ketika rohku sedang berjuang sedemikian itu, lihatlah, suara Tuhan datang kembali di dalam hatiku, memfirmankan: Aku akan mengunjungi saudara-saudaramu sesuai dengan ketekunan mereka dalam mematuhi perintah-perintah-Ku …. “ [Enos 1:10].
Nah, di situ Anda memiliki suatu asas yang besar dalam bahasa yang sederhana: Bukan Tuhan yang menahan diri-Nya dari kita. Justru kita sendiri yang menahan diri kita dari-Nya karena kegagalan kita mematuhi perintah-perintah-Nya.12
Ketika kita mendekati Tuhan untuk memohon berkat kita ingin memastikan agar kita meletakkan diri kita dalam keadaan layak untuk menerima berkat yang kita doakan itu.13
Tidak maukah Anda hidup sedemikian rupa sehingga ketika Allah berbicara Anda dapat mendengarnya, atau layak untuk menerima kunjungan dari makhluk malaikat, atau mungkin siap pergi ke hadirat Tuhan? Tuhan mengatakan kepada kita bagaimana kita dapat menjadi siap. Di sini Dia mengatakan dalam sebuah wahyu besar sebagai berikut: “Sesungguhnya, demikian firman Tuhan: Akan terjadi bahwa setiap jiwa yang meninggalkan dosa-dosanya dan datang kepada-Ku, dan menyerukan nama-Ku dan mentaati suara-Ku, dan mematuhi perintah-perintah-Ku, akan melihat muka-Ku dan mengetahui bahwa Aku ada” (A&P 93:1).
Ketika suara datang dari surga kepada orang-orang di negeri Kelimpahan mereka tidak mendengarnya. Suara tersebut bagi mereka hanyalah suara kebisingan, dan ketika mereka menyelaraskan hati mereka, mereka dapat mendengar kata-kata tersebut, tetapi mereka tidak dapat memahaminya; namun ketika mereka dengan segenap hati dan pikiran mereka memusatkan diri kepadanya, barulah suara tersebut dapat dipahami (lihat 3 Nefi 11:3–5).14
Semoga Allah menganugerahi kita agar setiap dari kita dapat hidup sedemikian rupa sehingga kita dapat menikmati hubungan dengan Tuhan melalui Roh Kudus, dan mengetahui tanpa keraguan bahwa Dia hidup, dan siap pada suatu hari kelak untuk masuk ke hadirat-Nya.15
Saran-saran untuk Pembelajaran dan Pembahasan
-
Mengenai hal-hal apakah kita dapat menerima wahyu? Bagaimanakah kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk mendengar suara Tuhan dan “tumbuh dalam asas wahyu”?
-
Dengan beberapa cara apakah kita menerima wahyu melalui suara halus Roh?
-
Apakah perbedaan antara memanjatkan doa dan berbicara kepada Allah? Apakah yang dimaksud dengan berdoa “dengan maksud yang sungguh-sungguh”? (Moroni 10:4).
-
Bagaimanakah mengetahui bahwa Anda adalah putra atau putri Allah mempengaruhi cara Anda mendekati Dia dalam doa? Bagaimanakah pengetahuan tersebut dapat membuat Anda percaya kepada-Nya?
-
Ketika Anda menghadapi keputusan-keputusan penting, apakah yang hendaknya Anda lakukan untuk menerima pengarahan dari Tuhan? Mengapa diperlukan keberanian untuk bertindak atas dorongan-dorongan Roh?
-
Bagaimakah kita kadang-kadang “menahan diri” dari Bapa di Surga? Bagaimanakah caranya agar kita dapat senantiasa lebih dekat kepada-Nya dalam kehidupan kita dan dalam keluarga kita?