Ketidaknyamanan Busana

Saat saya di sekolah menengah, saya terpilih untuk berperan serta dalam sebuah peragaan busana untuk sebuah acara tahunan sekolah. Saya tahu bahwa koordinator akan memilih gaun yang tidak sopan, jadi saya memberi tahu dia bahwa saya tidak akan berperan serta jika gaun yang harus saya kenakan tidak sopan. Dia berkata itu tidak apa-apa.

Ketika teman-teman saya dan saya pergi untuk mencoba gaun kami, saya bingung. Terlepas dari apa yang telah diberitahukan koordinator kepada saya, semua gaun bertentangan dengan standar pakaian dan penampilan dalam buklet Untuk Kekuatan Remaja. Karena tampaknya tidak ada solusi, saya mencoba salah satu gaun yang tidak sopan tersebut. Saya ingin terlihat cantik, namun saat saya mengenakan gaun itu, saya tidak merasa itu seperti diri saya. Saya bertanya-tanya, “Bagaimana perasaan saya di hadirat Tuhan dengan gaun seperti ini?”

Kemudian saya berpikir tentang bagaimana saya dapat keluar dari situasi ini. Akhirnya, saya menemukan gaun pesta akhir tahun ajaran kakak perempuan saya, yang memenuhi standar-standar Tuhan. Ketika saya memberi tahu teman-teman saya bahwa saya akan mengenakan gaun saya sendiri, saya dapat mengetahui dari ekspresi wajah mereka bahwa saya akan terlihat lebih cantik dengan gaun yang tidak sopan itu. Untungnya, koordinatornya mengatakan bahwa tidak masalah mengenakan gaun yang sopan.

Saya lega, dan merasa yakin. Saya tidak peduli apa yang teman-teman saya pikirkan. Saya menemukan cara untuk berperan serta dengan gaun yang anggun dan sopan. Saya bersyukur bahwa saya memiliki keberanian untuk menjaga standar-standar saya tetap tinggi, terutama saat itu tidak mudah atau populer.

Jessika S., Indonesia