Menjadi Orang Tua yang Baik
Ada banyak cara agar orang tua yang baik dapat mengakses bantuan dan dukungan yang mereka perlukan untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada anak-anak mereka.
Saya mencapai tonggak sejarah musim panas ini—Saya merayakan ulang tahun saya yang ke-90. Sewaktu Anda mencapai tonggak sejarah tertentu dalam kehidupan Anda, adalah bermanfaat dan instruktif untuk merenungkan peristiwa dan pengalaman masa lalu. Anda, orang-orang muda yang sedang mendengarkan atau membaca ceramah ini mungkin tidak terlalu terkesan dengan kehidupan usia 90 tahun, tetapi pada waktu saya lahir, usia panjang seperti ini dianggap suatu pencapaian besar. Setiap hari saya bersyukur kepada Bapa Surgawi karena memberkati saya dengan usia panjang.
Banyak yang telah berubah sepanjang hidup saya. Saya telah menyaksikan perkembangan zaman industri dan zaman informasi. Mobil-mobil yang diproduksi secara massal dan telepon, serta pesawat terbang adalah inovasi hebat pada masa awal hidup saya. Dewasa ini cara kita menemukan, membagikan, dan menggunakan informasi berubah hampir setiap hari. Di usia saya, saya takjub dengan dunia di mana kita semua tinggal yang berubah secara cepat. Begitu banyak terobosan dewasa ini membangkitkan imajinasi dengan potensinya untuk kehidupan yang lebih baik.
Melalui segala perubahan cepat yang terjadi di sekitar kita, kita dengan sungguh-sungguh berdoa dan bekerja untuk memastikan bahwa nilai-nilai Injil Yesus Kristus tetap bertahan. Beberapa darinya telah berada dalam bahaya menjadi hilang. Oleh karena itu, pada puncak daftar dari nilai-nilai ini, target utama musuh, adalah kekudusan pernikahan dan kepentingan pokok keluarga. Itu menyediakan sauh dan pelabuhan yang aman bagi sebuah rumah di mana setiap anak Bapa Surgawi yang penuh kasih dapat dipengaruhi untuk kebaikan serta memperoleh nilai-nilai kekal.
Keluarga saya, mengantisipasi perayaan tonggak sejarah 90 tahun dalam hidup saya, mulai membantu saya mengingat dan menghargai pengalaman-pengalaman hidup saya yang panjang. Misalnya, keponakan perempuan saya mengumpulkan dan berbagi bersama saya beberapa surat yang telah saya tulis kepada orang tua saya hampir 70 tahun yang lalu sejak dinas marinir pertama saya di Pulau Saipan di Pasifik selama Perang Dunia II.
Salah satu surat ini secara khusus menarik perhatian saya. Itu adalah sepucuk surat yang saya tulis kepada ibu saya untuk dibuka dan dibaca olehnya pada Hari Ibu 1945. Saya ingin membagikan beberapa kutipan kepada Anda dengan harapan Anda akan melihat mengapa saya akan selalu bersyukur kepada ayah dan ibu saya yang penuh kasih atas pelajaran-pelajaran yang saya pelajari dari ajaran mereka di rumah. Orang tua saya adalah teladan bermakna yang saya pertahankan tentang orang tua yang baik yang menempatkan pernikahan mereka dan membesarkan anak-anak dengan benar sebagai prioritas tertinggi mereka.
Surat Hari Ibu 1945 saya dimulai,
“Ibu tersayang,
Selama empat tahun terakhir ini saya kurang mujur dalam melewatkan Hari Ibu, jauh dari ibu. Setiap tahun saya ingin bersama ibu dan memberi tahu ibu betapa saya mengasihi ibu dan betapa sering saya memikirkan ibu, tetapi karena sekali lagi itu tidak mungkin, saya harus melakukan hal terbaik berikutnya dan mengirimkan pemikiran saya melalui surat ini.
Tahun ini lebih daripada tahun-tahun lain mana pun yang dapat saya lihat apa yang telah dilakukan seorang ibu yang mengagumkan bagi saya. Pertama-tama, saya merindukan hal-hal kecil yang dahulu ibu lakukan bagi saya. Kapan pun saya bangun tidur di pagi hari, saya tidak pernah harus khawatir tentang apakah saya akan menemukan baju dan kaus kaki yang bersih. Segala yang harus saya lakukan hanyalah membuka lemari pakaian, dan saya akan menemukannya. Pada waktu makan, saya selalu tahu bahwa saya akan menemukan sesuatu yang saya suka, dipersiapkan dengan cara sebaik mungkin. Pada malam hari saya selalu tahu bahwa saya akan menemukan seprai bersih di atas tempat tidur saya dan jumlah kain penutup yang tepat untuk membuat saya sangat nyaman. Tinggal di rumah merupakan kesenangan yang amat besar.”
Ketika saya membaca dua paragraf pertama dari surat itu, saya terkejut pada mulanya dengan betapa hal-hal itu terdengar sentimentil. Barangkali tinggal di sebuah tenda dan tidur di bawah jala nyamuk di tempat tidur lipat di perkemahan membuat pikiran saya kembali ke rumah saya yang sangat istimewa.”
Surat saya kepada ibu saya berlanjut,
Namun yang lebih dalam adalah perasaan bagi ibu karena teladan yang ibu berikan bagi saya. Kehidupan menjadi begitu menyenangkan bagi kami sebagai sebuah keluarga bahwa kami ingin mengikuti langkah-langkah kaki ibu, untuk melanjutkan melalui mengalami sukacita yang sama yang telah menjadi milik kami pada masa-masa muda kami. Ibu selalu menemukan waktu untuk membawa keluarga ke ngarai, dan kami dapat mengandalkan Ibu dalam melakukan segala hal dari mendaki gunung sampai bermain bola bersama kami. Ibu dan Ayah tidak pernah pergi berlibur sendiri. Keluarga selalu bersama ibu. Sekarang ketika saya jauh dari rumah, saya selalu suka untuk berbicara tentang kehidupan di rumah karena itu begitu menyenangkan. Saya tidak dapat berpaling dari ajaran-ajaran ibu sekarang karena tindakan-tindakan saya akan merefleksikan karakter ibu. Kehidupan merupakan tantangan besar bagi saya untuk menjadi layak disebut putra Nora Sonne Perry. Saya sangat bangga atas sebutan ini, dan saya harap bahwa saya akan selalu menjadi layak untuk itu.
Saya harap bahwa tahun depan saya dapat bersama ibu untuk memperlihatkan kepada ibu waktu yang menyenangkan yang telah saya rencanakan untuk perlihatkan kepada ibu pada Hari Ibu selama empat tahun terakhir ini.
Semoga Tuhan memberkati ibu atas hal-hal mengagumkan yang telah ibu lakukan bagi dunia yang bermasalah ini.
Dengan segenap kasih saya, Tom”1
Sewaktu saya membaca kembali surat saya, saya juga merenungkan budaya keluarga, lingkungan, pasak, dan komunitas di mana saya dibesarkan.
Budaya didefinisikan sebagai cara hidup sekelompok orang. Ada budaya Injil yang unik, serangkaian nilai dan pengharapan serta praktik yang umum bagi semua anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Budaya Injil, atau cara hidup ini, datang dari rencana keselamatan, perintah-perintah Allah, dan ajaran-ajaran para nabi yang hidup. Itulah ungkapan yang diberikan dalam cara kita memelihara keluarga kita dan menjalani kehidupan individu kita.
Instruksi pertama kepada Adam atas tanggung jawab fananya ditemukan dalam Kejadian 2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Kebersamaan dari seorang pria dan wanita yang menikah secara sah dan secara hukum bukan hanya merupakan persiapan bagi generasi-generasi masa depan untuk mewarisi bumi, tetapi itu juga membawa sukacita dan kepuasan terbesar yang dapat ditemukan dalam pengalaman fana ini. Ini secara khusus adalah benar ketika kuasa imamat mempermaklumkan pernikahan adalah untuk waktu fana dan untuk segala kekekalan. Anak-anak yang lahir dalam pernikahan seperti ini memiliki keamanan yang tidak ditemukan di tempat lain mana pun.
Pelajaran-pelajaran yang diajarkan di rumah oleh orang tua yang baik akan menjadi semakin penting di dunia dewasa ini, di mana pengaruh musuh begitu meluas. Seperti yang kita ketahui, dia berusaha mengikis dan menghancurkan bahkan landasan masyarakat kita—keluarga. Dengan cara yang cerdik dan tersamar secara cermat, dia menyerang komitmen kehidupan keluarga seluruh dunia serta merusak budaya dan perjanjian para Orang Suci Zaman Akhir yang setia. Orang tua harus menentukan bahwa ajaran di rumah adalah tanggung jawab yang paling sakral dan penting. Sementara lembaga-lembaga lain, seperti Gereja dan sekolah dapat membantu orang tua untuk “[mendidik] orang muda menurut jalan yang patut baginya” (Amsal 22:6), tanggung jawab ini pada akhirnya berada pada orang tua. Menurut rencana kebahagiaan yang agung, orang tua yang baiklah yang dipercayai dengan pengurusan dan pengembangan anak-anak Bapa Surgawi.
Dalam tugas pengawasan kita yang luar biasa sebagai orang tua, ada banyak cara agar orang tua yang baik dapat mengakses bantuan dan dukungan yang mereka perlukan untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada anak-anak mereka. Izinkan saya menyarankan lima hal yang orang tua dapat lakukan untuk menciptakan budaya keluarga yang lebih kuat:
Pertama, orang tua dapat berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon kepada Bapa kita Yang Kekal untuk menolong mereka mengasihi, memahami, dan membimbing anak-anak yang telah Dia kirimkan kepada mereka.
Kedua, mereka dapat mengadakan doa keluarga, penelaahan tulisan suci, dan malam keluarga serta makan bersama sesering mungkin, menjadikan makan malam sebagai waktu untuk komunikasi dan pengajaran nilai-nilai.
Ketiga, orang tua dapat sepenuhnya menyediakan diri mereka untuk jaringan pendukung Gereja, dengan berkomunikasi dengan para guru Pratama anak-anak mereka, para pemimpin kaum remaja, serta presidensi kelas dan kuorum. Dengan berkomunikasi bersama mereka yang dipanggil serta ditetapkan untuk bekerja dengan anak-anak mereka, orang tua dapat memberikan pemahaman penting atas kebutuhan khusus dan spesifik anak.
Keempat, orang tua dapat sering membagikan kesaksian mereka kepada anak-anak mereka, membuat mereka bertekad untuk menaati perintah-perintah Allah, dan menjanjikan berkat-berkat yang Bapa Surgawi kita janjikan kepada anak-anak-Nya yang setia.
Kelima, kita dapat mengatur keluarga kita berdasarkan pada peraturan serta pengharapan keluarga yang jelas dan sederhana, tradisi dan ritual keluarga yang sehat, serta “ekonomi keluarga,” dimana anak-anak memiliki tanggung jawab rumah tangga dan dapat memperoleh upah sehingga mereka dapat belajar untuk menyusun anggaran, menabung, serta membayar persepuluhan atas uang yang mereka peroleh.
Saran-saran ini untuk menciptakan budaya keluarga yang lebih kuat yang bekerja bersama dengan budaya Gereja. Budaya keluarga kita yang diperkuat akan menjadi perlindungan bagi anak-anak kita dari “anak panah berapi lawan” (1 Nefi 15:24) yang ditanamkan dalam budaya teman sebaya mereka, budaya hiburan dan selebriti, budaya penghargaan dan pemberian gelar, serta kultur Internet dan media di mana itu secara terus-menerus diekspos. Budaya keluarga yang kuat akan menolong anak-anak kita hidup di dunia dan tidak menjadi “dari dunia” (lihat Yohanes 15;19).
Presiden Joseph Fielding Smith mengajarkan, “Adalah tugas orang tua untuk mengajarkan anak-anak mereka asas-asas penyelamatan dari Injil Yesus Kristus ini, sehingga mereka akan mengetahui mengapa mereka harus dibaptis dan agar mereka boleh menjadi terkesan dalam hati mereka dengan hasrat untuk terus menaati perintah-perintah Allah setelah mereka dibaptis, agar mereka boleh kembali ke hadirat-Nya. Para brother dan sister yang baik, apakah Anda menginginkan keluarga Anda, anak-anak Anda; apakah Anda ingin dimeteraikan kepada ayah Anda dan ibu Anda di hadapan Anda …? Jika demikian, maka Anda harus memulai dengan mengajar mereka sejak bayi. Anda harus mengajarkan melalui teladan dan ajaran.”2
Maklumat tentang keluarga mengatakan,
“Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain dan anak-anak mereka. ‘Anak-anak … adalah milik pusaka daripada Tuhan’ (Mazmur 127:3). Orang tua memiliki kewajiban kudus untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran, menyediakan kebutuhan fisik dan rohani mereka, mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, untuk mematuhi perintah-perintah Allah dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal ….
“… Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya. Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara.”3
Saya percaya adalah berdasarkan rancangan ilahi bahwa peran sebagai ibu menekankan pengasuhan dan pengajaran kepada generasi yang akan datang. Tetapi adalah mengagumkan melihat para suami dan istri yang telah mengerjakan kerekanan nyata di mana mereka menggabungkan bersama pengaruh mereka dan berkomunikasi secara efektif baik tentang anak-anak mereka maupun kepada anak-anak mereka.
Serangan kejahatan yang gencar terhadap anak-anak kita adalah lebih licik dan berani daripada sebelumnya. Membangun budaya keluarga yang kuat menambah lapisan perlindungan tambahan bagi anak-anak kita, mengisolasi mereka dari pengaruh duniawi.
Semoga Allah memberkati Anda para ibu dan ayah yang baik di Sion. Dia telah memercayakan anak-anak-Nya yang kekal pada pengawasan Anda. Sebagai orang tua, kita adalah rekan, bahkan bekerja sama dengan Allah, dalam melaksanakan pekerjaan dan kemuliaan-Nya di antara anak-anak-Nya. Adalah tugas sakral kita untuk melakukan yang terbaik. Saya bersaksi tentang ini dalam nama Yesus Kristus, amin.