2010–2019
Berkat-Berkat Sakramen
Oktober 2012


9:52

Berkat-Berkat Sakramen

Kita akan diberkati sewaktu kita merasakan syukur atas Pendamaian Yesus Kristus, memperbarui janji pembaptisan kita, merasakan pengampunan, dan menerima ilham dari Roh Kudus.

Saya tumbuh di Rexburg, Idaho, di mana saya dipengaruhi dan diajar oleh keluarga, teman, guru, dan pemimpin yang hebat. Ada pengalaman-pengalaman istimewa dalam kehidupan kita semua yang menyentuh jiwa kita dan membuat hal-hal berbeda untuk selamanya. Salah satu pengalaman terjadi saat masa muda saya. Pengalaman ini mengubah kehidupan saya.

Saya selalu aktif di Gereja dan berkembang melalui Imamat Harun. Semasa saya remaja, Brother Jacob, guru saya, meminta agar saya menuliskan di atas kertas apa yang saya telah pikirkan sepanjang sakramen. Saya mulai mengambil kartu saya dan mulai menulis. Pertama di daftar adalah permainan basket yang kami menangi malam sebelumnya. Dan kemudian berkencan setelah permainan, dan seterusnya di daftar. Jauh di urutan bawah dan tentunya tidak dalam huruf cetak adalah nama Yesus Kristus.

Setiap Minggu kartu itu diisi. Bagi pemegang Imamat Harun, sakramen dan pertemuan sakramen sekarang memiliki arti yang baru, berkembang, dan rohani. Saya dengan bersemangat menantikan hari Minggu dan untuk kesempatan mengambil sakramen, karena pemahaman Pendamaian Juruselamat mengubah saya. Setiap minggu sampai sekarang, sewaktu saya mengambil sakramen, saya dapat melihat kartu saya dan mengkaji ulang daftar saya. Selalu dalam daftar saya sekarang, yang pertama, adalah Juruselamat umat manusia.

Di Perjanjian Baru kita membaca tentang suatu saat Juruselamat dan para rasul-Nya bertemu di ruang atas untuk hari raya Roti Tidak Beragi.

“Lalu, Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya, dan memberikan-Nya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.1

Yesus juga melakukan tata cara sakramen selama kunjungan-Nya kepada orang-orang Nefi.2 Saya jadi mengetahui pentingnya kedua kejadian ini.

Presiden Daveid O. McKay berkata, “Saya merasa terkesan untuk menekankan bahwa Tuhan telah menetapkan sebagai pertemuan yang paling penting di Gereja, dan itu adalah pertemuan sakramen.”3 Jika kita dengan pantas mempersiapkan sakramen, kita dapat mengubah kehidupan kita. Saya ingin menyarankan lima asas yang dapat memberkati kehidupan kita sewaktu kita mengambil sakramen secara layak.

I. Memiliki Perasaan Syukur atas Pendamaian Yesus Kristus

Asas pertama adalah untuk memiliki perasaan syukur kepada Bapa Surgawi selama sakramen untuk Pendamaian Putra-Nya. Kisah berikut menceritakan mengenai mengedarkan sakramen:

“Sakramen tidak pernah sedemikian berarti bagi saya sampai Minggu saya ditahbiskan sebagai diaken. Siang itu saya membagikan sakramen untuk pertama kalinya. Sebelum pertemuan, salah satu diaken memperingatkan saya, ‘Perhatikan Brother Schimdt. Kamu mungkin harus membangunkannya!’ Akhirnya saatnya tiba bagi saya untuk berpartisipasi dalam membagikan sakramen. Saya menangani enam baris pertama dengan cukup baik. Anak-anak dan orang dewasa mengambil roti tanpa berpikir atau masalah yang tampak. Kemudian saya sampai ke baris ke-7, baris di mana Brother Schmidt selalu duduk. Namun saya terkejut. Alih-alih tertidur dia terbangun. Tidak seperti yang lainnya saya layani, dia mengambil roti dengan apa yang tampak seperti pemikiran dan kekhidmatan yang besar.

Beberapa menit kemudian saya menemukan diri saya lagi mendekati baris ke tujuh dengan air. Kali ini teman saya benar. Brother Schmidt duduk dengan kepala tertunduk dan mata besar Jermannya tertutup. Dia jelas tampak tertidur. Apa yang dapat saya lakukan atau katakan? Saya memandang sejenak di alis matanya, berkerut dan pudar dari bertahun-tahun kerja keras dan kesusahan. Dia telah bergabung dalam Gereja sejak remaja dan telah mengalami banyak penganiayaan di kota kecilnya di Jerman. Saya telah mendengar kisah itu berkali-kali dalam pertemuan kesaksian. Saya memutuskan akhirnya untuk dengan lembut menyentil pundaknya dengan harapan membangunkannya. Sewaktu saya menjangkau untuk melakukannya, kepalanya perlahan mendongak. Terdapat air mata menetes di pipi dan sewaktu saya memandang matanya saya melihat kasih dan sukacita. Dia dengan tenang mengulurkan dan mengambil air. Meskipun saya masih berusia dua belas tahun saat itu, saya dapat mengingat dengan jelas perasaan yang saya miliki sewaktu saya melihat orang tua renta ini mengambil sakramen. Saya tahu tanpa keraguan bahwa dia mengalami sesuatu mengenai sakramen yang tidak pernah saya alami. Saya bertekad saat itu bahwa saya ingin merasakan lagi perasaan yang sama itu.”4

Brother Schmidt telah berkomunikasi dengan surga, dan surga telah berkomunikasi dengannya.

II. Mengingat Bahwa Kita Memperbarui Perjanjian Pembaptisan

Asas kedua adalah mengingat bahwa kita memperbarui perjanjian pembaptisan kita sewaktu kita mengambil sakramen. Sebagian janji yang kita buat sebagaimana tercatat dalam tulisan suci, meliputi:

“Datang ke dalam kawanan Allah, dan untuk disebut umat-Nya, … untuk menanggung beban satu sama lain, … untuk berduka nestapa bersama mereka yang berduka nestapa … , dan untuk berdiri sebagai saksi bagi Allah.”5

“Tampil dengan hati yang hancur dan roh yang menyesal, … bersedia mengambil ke atas diri mereka nama Yesus Kristus, menunjukkan suatu kebulatan tekad untuk melayani-Nya sampai akhir,”6 dan untuk menaati perintah-perintah-Nya dan selalu mengingat-Nya.7

Doa sakramen adalah pengingat atas perjanjian-perjanjian ini. Ketika kita mengambil sakramen, kita memperbarui tekad kita untuk hidup menurut perjanjian-perjanjian ini. Saya percaya akan menjadi pantas untuk mengingat doa sakramen dalam pikiran kita dan dalam hati kita. Ini akan membantu kita fokus pada memperbarui janji-janji baptisan kita. Baik kita berusia 8 atau 80 tahun ketika kita dibaptiskan, saya berharap kita tidak pernah lupa hari tiu dan perjanjian-perjanjian yang kita buat.

III. Selama Sakramen Kita Dapat Merasa Diampuni atas Dosa-Dosa Kita

Ketiga, selama sakramen kita dapat merasa diampuni atas dosa-dosa kita. Jika kita meluangkan waktu kita sebelum pertemuan sakramen bertobat atas dosa-dosa kita, kita dapat meninggalkan pertemuan sakramen dengan merasa bersih dan murni. Presiden Boyd K. Packer bertutur, “Sakramen memperbarui proses pengampunan. Setiap Minggu ketika sakramen dibagikan, itu adalah tata cara untuk memperbarui proses pengampunan …. Setiap Minggu Anda membersihkan diri Anda sendiri agar, pada saatnya, ketika Anda meninggal roh Anda akan menjadi bersih.”8 Mengambil sakramen dengan layak dapat membantu kita merasakan seperti rakyat Raja Benyamin, yang “dipenuhi dengan sukacita, setelah menerima pengampunan akan dosa-dosa mereka, dan memperoleh kedamaian suara hati.9

IV. Kita Dapat Menerima Ilham untuk Pemecahan terhadap Masalah-Masalah Kita

Asas keempat adalah bahwa kita dapat menerima ilham untuk pemecahan terhadap masalah-masalah kita sepanjang pertemuan sakramen. Ketika saya menjadi presiden misi di Bolivia, istri saya, Marry Anne dan saya telah diberkati dengan menghadiri seminar presiden misi bersama Presiden Henry B. Eyring. Dalam pertemuan itu dia mengajarkan bahwa ada tiga cara yang penting untuk mempersiapkan diri untuk mengambil manfaat dari pertemuan. Kita hendaknya datang dengan masalah kita, rendah hati seperti anak-anak yang siap untuk belajar, dan dengan hasrat untuk membantu anak-anak Allah.

Sewaktu kita dengan rendah hati datang ke pertemuan sakramen, kita dapat diberkati untuk merasakan kesan-kesan untuk pemecahan permasalahan kita sehari-hari. Kita harus datang dengan siap, bersedia mendengar, dan tidak terganggu. Dalam tulisan suci kita membaca, “Tetapi, lihatlah, Aku berfirman kepadamu, bahwa kamu mesti menelaahnya dalam pikiranmu; kemudian kamu mesti bertanya kepada-Ku apakah itu benar, dan jika itu benar Aku akan menyebabkan bahwa dadamu akan membara di dalam dirimu; oleh karena itu kamu akan merasakan bahwa itu benar.10 Kita dapat mengetahui apa yang hendaknya kita lakukan untuk mengatasi masalah-masalah kita.

V. Mengambil Sakramen dengan Layak Akan Membantu Kita Dikenyangkan dengan Roh Kudus

Asas kelima, mengambil sakramen dengan layak, akan membantu kita dikenyangkan dengan Roh Kudus. Pada saat melaksanakan sakramen selama kunjungan-Nya kepada orang-orang Nefi, Yesus berfirman, “Dia yang makan roti ini makan dari tubuh-Ku untuk jiwanya; dan dia yang minum dari air anggur ini minum dari darah-Ku untuk jiwanya; dan jiwanya tidak akan pernah lapar tidak juga haus, tetapi akan kenyang.”11 Mereka telah dijanjikan bahwa jika mereka haus dan lapar akan kesalehan, mereka akan dikenyangkan dengan Roh Kudus. Doa sakramen juga menjanjikan bahwa jika kita hidup dalam perjanjian kita, kita akan selalu memiliki Roh-Nya bersama dengan kita.12

Penatua Melvin J. Ballard berkata, “Saya adalah saksi bahwa ada Roh menghadiri pelaksanaan sakramen yang menghangatkan jiwa dari kepala sampai kaki, Anda merasakan luka dari roh disembuhkan, dan beban diangkat. Penghiburan dan kebahagiaan datang kepada jiwa yang layak dan sungguh-sungguh berhasrat untuk mengambil makanan rohani ini.”13

Kita akan diberkati sewaktu kita merasakan syukur atas Pendamaian Yesus Kristus, memperbarui janji pembaptisan kita, merasakan pengampunan, dan menerima ilham dari Roh Kudus sewaktu kita mengambil sakramen setiap minggu. Itu akan selalu menjadi pertemuan sakramen yang hebat jika sakramen adalah pusat peribadatan kita. Saya mengucapkan rasa syukur saya atas Pendamaian Yesus Kristus. Saya tahu Dia hidup. Dalam nama Yesus Kristus, amin.