Angkatan Muda Kita
Angkatan muda kita layak bagi upaya terbaik kita untuk mendukung serta memperkuat mereka dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan.
Selamat malam para pemegang imamat yang terkasih. Malam ini di seluruh dunia kita berkumpul lebih dekat dengan bait suci Tuhan daripada saat mana pun sebelumnya dalam sejarah umat manusia. Melalui kebaikan yang penuh kasih dari Juruselamat kita dalam mengarahkan para nabi-Nya, 122 bait suci saat ini tersedia bagi umat perjanjian Tuhan untuk memperoleh berkat-berkat bait suci mereka sendiri dan melaksanakan tata cara-tata cara penting bagi leluhur mereka yang telah mendahului mereka. Dan lebih banyak lagi telah diumumkan dan akan hadir! Kita berterima kasih kepada Anda, Presiden Hinckley, untuk kepemimpinan Anda yang terilhami dalam upaya yang luar biasa ini.
Pada zaman Kitab Mormon dahulu, para anggota Gereja juga berkumpul dekat bait suci untuk menerima petunjuk dari nabi dan pemimpin mereka. Di masa akhir hidupnya, Raja Benyamin memanggil para ayah untuk mengumpulkan keluarga mereka, untuk memberi mereka nasihat serta wejangan. Dari Mosia kita membaca:
“Maka terjadilah bahwa ketika mereka tiba di Bait Allah, mereka memasang kemah mereka di sekelilingnya, masing-masing menurut keluarganya ….
… Dengan pintu kemah mereka masing-masing diarahkan ke Bait Allah, supaya mereka dapat tetap tinggal di dalam kemah mereka dan mendengarkan perkataan yang akan diucapkan Raja Benyamin kepada mereka” (Mosia 2:5–6).
Saya menyukai uraian ayat-ayat ini. Ibaratnya, brother sekalian, apakah pintu rumah-rumah kita diarahkan ke bait suci yang sangat kita kasihi? Apakah kita menghadiri sesering mungkin, dengan menunjukkan kepada anak-anak kita melalui teladan kita pentingnya tempat yang kudus dan istimewa ini?
Sebagaimana dicatat dalam Mosia, keluarga-keluarga menerima firman Tuhan melalui nabi mereka dengan antusiasme dan komitmen. Orang-orang sangat tergerak dengan ajaran-ajaran Raja Benyamin sehingga mereka mengikat suatu perjanjian baru untuk mengikuti Tuhan Yesus Kristus.
Meskipun demikian, ada bagian memilukan dalam kisah ini. Kita belajar kemudian dalam Mosia mengenai mereka yang masih anak-anak kecil di dalam tenda pada saat khotbah Raja Benyamin:
“Maka terjadilah bahwa banyak daripada angkatan muda tidak dapat memahami perkataan Raja Benyamin karena mereka masih anak-anak kecil pada waktu ia berbicara kepada rakyatnya dan mereka tidak memercayai adat istiadat leluhur mereka” (Mosia 26:1).
Apa yang terjadi terhadap angkatan muda tersebut brother sekalian? Mengapa anak-anak kecil tidak menerima adat istiadat yang benar dari leluhur mereka? Yang lebih penting lagi, di sini kita beberapa abad kemudian, di zaman banyak bait suci dan arahan kenabian yang terus-menerus, seperti apa angkatan muda kita? Apakah kita memiliki alasan untuk menjadi khawatir? Tentu saja!
Para remaja putra yang ada di sini dan di seluruh dunia, serta rekan mereka remaja putri, adalah sangat istimewa. Presiden Hinckley telah mengatakan mengenai mereka:
“Saya telah berulang kali mengatakan bahwa saya percaya kita memiliki generasi terbaik dari kaum muda yang pernah Gereja miliki …. Mereka berusaha melakukan hal-hal yang benar. Mereka pandai dan tangkas, bersih dan segar, cakap, serta cerdas …. Mereka tahu apakah Injil itu, dan berusaha menjalankannya, dengan berpaling kepada Tuhan untuk memperoleh bimbingan dan bantuan-Nya” (“Tantangan Terbesar Anda, Ibu,” Liahona, Januari 2001, 113).
Kita semua yang terlibat dengan kaum muda ini mengetahui kebenaran perkataan Presiden Hinckley.
Meskipun demikian, Penatua Henry B. Eyring dari Kuorum Dua Belas Rasul menyediakan bagi kita peringatan serius, dalam berbicara kepada para remaja:
“Banyak di antara mereka yang luar biasa dalam kematangan rohani mereka dan dalam iman mereka. Namun bahkan yang terbaik dari mereka telah diuji dengan sedemikian berat. Dan ujian itu akan menjadi semakin hebat” (“We Must Raise Our Sights,” Ensign, September 2004, 14).
Peringatan ini bahwa “ujian itu akan menjadi semakin hebat” menarik perhatian saya. Angkatan muda kita layak bagi upaya terbaik kita untuk mendukung serta memperkuat mereka dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan.
Pada masa yang sukar ini, sewaktu para remaja kita dihadapkan pada kesulitan yang semakin meningkat, kita dapat belajar dari orang lain. Dalam angkatan bersenjata, terutama dalam semua Angkatan Laut di seluruh dunia, setiap pelaut memahami satu kalimat yang merupakan panggilan keras untuk bantuan segera, tidak peduli apa yang sedang dia lakukan atau di mana dia berada di kapal itu. Panggilan itu “Seluruh awak kapal berkumpul.” Banyak pertempuran di laut telah menang atau kalah karena tanggapan terhadap panggilan ini.
Kita—sebagai para anggota Gereja, pemimpin remaja, ayah yang cemas, dan kakek yang khawatir—semuanya perlu menanggapi panggilan “seluruh awak kapal berkumpul” karena itu berkenaan dengan kaum remaja dan remaja dewasa lajang kita. Kita semua harus mencari kesempatan untuk memberkati kaum remaja, baik kita saat ini berhubungan dekat dengan mereka atau tidak. Kita harus terus mengajar serta menguatkan para ayah dan ibu dalam peranan ilahi mereka yang telah dinyatakan bersama anak-anak mereka di rumah. Kita harus terus-menerus bertanya kepada diri sendiri apakah peristiwa olahraga ekstra, kegiatan ekstra, atau urusan di luar rumah lebih penting daripada keluarga yang berkumpul bersama di rumah.
Sekaranglah saatnya, saudara- saudara, ketika dalam setiap tindakan yang kita ambil, di setiap tempat yang kita tuju, dengan setiap remaja Orang Suci Zaman Akhir yang kita temui, kita perlu memiliki suatu kewaspadaan yang meningkat akan perlunya memperkuat, memelihara, serta menjadi pengaruh bagi kebahagiaan dalam kehidupan mereka.
Dalam keluarga kita sendiri, kita memiliki pengalaman semacam itu dengan para pemimpin imamat yang luar biasa dan penuh kewaspadaan. Ketika pertama kali saya dipanggil dalam Tujuh Puluh beberapa tahun lalu, kami ditugasi untuk pindah ke Solihul, Inggris untuk melayani dalam Presidensi Area. Sister Rasband dan saya membawa serta dua anak terkecil kami dalam tugas ini. Putri kami adalah seorang remaja dewasa lajang dan putra kami berusia 17 tahun yang menyukai football gaya Amerika dan bermain dengan sangat baik. Kami sangat mengkhawatirkan mereka. Tidak ada teman, tidak ada kerabat dekat, dan tidak ada football Amerika. Saya bertanya-tanya, “Akankah pengalaman baru yang mengesankan ini ternyata suatu tantangan yang serius bagi keluarga kami?”
Jawabannya datang dalam penugasan awal yang saya terima. Saya telah diminta untuk berbicara kepada para misionaris di Pusat Pelatihan Misionaris di Preston, Inggris. Saya menelepon Presiden White yang bertugas di sana, dan senang mendengar bahwa dia mengetahui situasi keluarga kami. Dia menyarankan agar kami menyertakan anak-anak kami dalam kunjungan kami ke Preston. Ketika kami di sana, dia bahkan mengundang anak perempuan dan lelaki kami untuk berbicara kepada para misionaris! Sungguh menggetarkan hati bagi mereka untuk dapat menjadi dan merasa disertakan juga membagikan kesaksian mereka tentang pekerjaan Tuhan!
Ketika selesai dan setelah perpisahan yang menyenangkan dengan para misionaris tersebut, kami mengunjungi Bait Suci Preston yang indah, yang letaknya dekat dengan Pusat Pelatihan Misionaris. Sewaktu kami berjalan dekat pintu depan, di situ berdiri Presiden dan Sister Swanney, presiden dan matron bait suci. Mereka menyapa kami dan menyambut kami masuk ke bait suci dengan, “Elder Rasband, maukah Anda dan keluarga Anda melaksanakan pembaptisan bagi orang-orang yang telah meninggal?” Betapa gagasan yang luar biasa! Kami saling memandang dan dengan rasa syukur menerimanya. Setelah melaksanakan tata cara tersebut, dan ketika anak lelaki saya dan saya masih berada di kolam dengan air mata sukacita di mata kami, dia meletakkan tangannya di bahu saya dan bertanya, “Ayah, mengapa kita tidak pernah melakukan ini sebelumnya?”
Saya memikirkan semua permainan football, semua film yang telah kami tonton bersama, semua saat-saat bahagia yang kami nikmati bersama—sesungguhnya kenangan dan adat istiadat yang membahagiakan sangat penting untuk dibangun.
Tetapi, saya menyadari kami memiliki kesempatan untuk ditambahkan pada pengalaman yang lebih berarti dan rohani bersama anak-anak kami seperti apa yang telah kami alami di Preston hari itu. Terima kasih kepada para pemimpin imamat yang penuh kepedulian dan perhatian. Betapa bersyukurnya kami kepada banyak pemimpin imamat dan Remaja Putri yang senantiasa memerhatikan dan mengasihi anak-anak kami dan anak-anak Anda.
Melihat ke zaman lainnya dalam Kitab Mormon: Nefi hidup dalam sebuah situasi dimana para anggota keluarganya berjuang dengan kepatuhan, keharmonisan, dan kesetiaan. Dia sungguh-sungguh memahami pentingnya komitmen yang penuh perhatian kepada anak-anak dari angkatan muda. Di akhir masa hidupnya dia mengatakan:
“Dan kita berbicara tentang Kristus, kita bersukacita dalam Kristus, kita berkhotbah tentang Kristus, kita bernubuat tentang Kristus dan kita menulis sesuai dengan nubuat-nubuat kita, supaya anak-anak kita dapat mengetahui kepada sumber mana mereka dapat mencari untuk pengampunan dosa-dosa mereka” (2 Nefi 25:26).
Saya berdoa semoga sebagai pemegang imamat Allah kita masing-masing dapat melakukan semua hal yang terbentang dalam kekuatan kita untuk mengajar kaum remaja kita pada sumber mana mereka dapat mencari untuk pengampunan dosa-dosa mereka, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Semoga kita masing-masing menanggapi dengan upaya kita yang paling sungguh-sungguh terhadap seruan “semua awak kapal berkumpul” karena itu berkenaan dengan penyelamatan angkatan muda kita sendiri—mereka sungguh-sungguh layak bagi upaya terbaik kita.
Saya bersaksi bahwa inilah Gereja Tuhan yang benar, yang dipimpin oleh Dia melalui Nabi terkasih kita, yaitu Gordon B. Hinckley yang saya kasihi dan dukung. Dalam nama Yesus Kristus, amin.