Dewasa Muda
Meninggalkan yang Lalu di Masa Lalu
Ketika saya berusia 16 tahun, saya sama sekali tidak dapat bergaul dengan baik dengan saudara kembar saya. Kami bertengkar tentang segala hal. Suatu hari dia mempermalukan saya di sekolah dengan kritikan yang pedas dan serangan pribadi di depan sekelompok teman. Tindakan dan perkataannya yang menyakitkan membuat saya syok sehingga sepertinya jiwa remaja saya tidak dapat menanggungnya. Bahkan ketika orang tua kami mengungkapkan kepadanya tentang insiden itu, dia tidak pernah mengatakan bahwa dia menyesal. Selama bertahun-tahun saya menahan rasa sakit itu.
Dia masih menjalankan misi ketika saya menerima panggilan misi saya. Saya mempersiapkan diri memasuki bait suci dan mulai memikirkan kehidupan saya untuk menemukan hal yang perlu saya ubah supaya siap untuk pergi ke bait suci. Saya menyadari bahwa meskipun saya tidak lagi sering memikirkan tentang apa yang dilakukan oleh saudara saya, saya masih perlu mengampuninya.
Saudara saya telah menyakiti saya lebih daripada orang lain mana pun, dan saya tahu tidaklah akan mudah untuk mengampuninya. Demikianlah saya berdoa memohon bantuan dari Bapa Surgawi.
Dengan bantuan-Nya, saya memutuskan untuk mulai menulis surat kepada saudara saya di misi secara teratur. Sebelumnya, saya sedih mengakui, saya hampir tidak pernah menulis surat sama sekali. Kemudian saya mengirim kepadanya sebuah paket. Ketika saya berangkat misi, dia datang bersama orang tua saya ke MTC (pusat pelatihan misionaris) dan merangkul saya. Dia bahkan menulis surat beberapa kali. Saya tahu bahwa meskipun itu mungkin perlu waktu, dengan bantuan Bapa Surgawi, kita dapat membiarkan yang lalu tinggal di masa lalu.