Umat yang Termotivasi oleh Bait Suci
Pasanglah sebuah gambar bait suci di rumah Anda agar anak-anak Anda dapat melihatnya. Ajari mereka mengenai tujuan rumah Tuhan.
Bait suci merupakan lambang besar keanggotaan kita
Betapa mulianya bagi kita memiliki hak istimewa untuk pergi ke bait suci untuk berkat-berkat kita sendiri. Kemudian setelah pergi ke bait suci untuk berkat-berkat kita sendiri, betapa mulianya kesempatan istimewa untuk melakukan pekerjaan bagi mereka yang telah mendahului kita. Aspek dari pekerjaan bait suci ini merupakan pekerjaan yang tidak mementingkan diri. Namun kapan pun kita melakukan pekerjaan bait suci bagi orang lain, ada berkat yang berbalik kembali kepada kita. Karenanya seharusnya tidak mengherankan bagi kita bahwa Tuhan memang berhasrat agar umat-Nya menjadi umat yang termotivasi oleh bait suci.
Tuhan Sendirilah yang, dalam wahyu-Nya kepada kita, telah menjadikan bait suci lambang besar bagi anggota Gereja. Pikirkan sikap dan perilaku saleh yang padanya Tuhan arahkan kita dalam nasihat yang Dia berikan kepada Orang-Orang Suci Kirtland melalui Nabi Joseph Smith sewaktu mereka bersiap untuk membangun sebuah bait suci. Nasihat ini masih berlaku:
“Aturlah dirimu; persiapkanlah setiap hal yang dibutuhkan; dan tegakkanlah sebuah rumah, bahkan rumah doa, rumah puasa, rumah iman, rumah pembelajaran, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah” (Ajaran dan Perjanjian 88:119). Apakah sikap dan perilaku ini sungguh-sungguh mencerminkan apa yang diinginkan dan diupayakan oleh kita masing-masing?
Semua upaya kita dalam Gereja menuntun pada bait suci yang kudus
Semua upaya kita dalam mengabarkan injil, menyempurnakan Orang Suci, dan menebus orang-orang yang telah meninggal menuntun pada bait suci yang kudus. Ini adalah karena tata cara bait suci mutlak sangat penting; kita tidak dapat kembali ke hadirat Allah tanpanya.
Sungguh, Tuhan berhasrat agar umat-Nya menjadi umat yang termotivasi oleh bait suci. Merupakan hasrat hati saya yang terdalam agar setiap anggota Gereja menjadi layak memasuki bait suci. Saya berharap agar setiap anggota dewasa menjadi layak untuk menerima—dan membawa—rekomendasi bait suci yang berlaku, bahkan ketika jarak ke bait suci tidak memperkenankan penggunaannya yang segera atau sering.
Bait suci kudus bagi Tuhan; itu, hendaknya kudus bagi kita
Marilah kita menjadi umat yang menghadiri bait suci dan yang mengasihi bait suci. Marilah kita bergegas ke bait suci sesering waktu dan sarana dan keadaan pribadi kita mengizinkannya. Marilah kita pergi bukan hanya bagi para leluhur kita yang telah meninggal, tetapi marilah kita juga pergi untuk mendapatkan berkat pribadi dari ibadat bait suci, untuk kekudusan serta keamanan yang disediakan di balik dinding-dinding yang dikuduskan dan dipersucikan itu. Bait suci adalah tempat keindahan, itu adalah tempat wahyu, itu adalah tempat kedamaian. Itu adalah rumah Tuhan. Itu kudus bagi Tuhan. Itu hendaknya kudus bagi kita.
Marilah kita membagikan kepada anak-anak kita perasaan rohani yang kita miliki dalam bait suci. Dan marilah kita mengajari mereka dengan lebih sungguh-sungguh dan lebih leluasa apa yang dapat kita katakan dengan pantas mengenai tujuan rumah Tuhan. Pasanglah sebuah gambar bait suci di rumah Anda agar anak-anak Anda dapat melihatnya. Ajari mereka mengenai tujuan rumah Tuhan. Mintalah mereka merencanakan sejak usia dini mereka untuk pergi ke sana dan untuk tetap layak menerima berkat-berkat itu.
Adalah menyenangkan bagi Tuhan ketika kita secara layak pergi ke bait suci
Adalah menyenangkan bagi Tuhan bila kaum muda kita secara layak pergi ke bait suci dan melaksanakan pembaptisan perwakilan bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk dibaptiskan dalam kehidupan. Adalah menyenangkan bagi Tuhan bila kita secara layak pergi ke bait suci untuk secara pribadi membuat perjanjian-perjanjian kita sendiri dengan-Nya serta untuk dimeteraikan sebagai pasangan dan sebagai keluarga. Dan adalah menyenangkan bagi Tuhan bila kita secara layak pergi ke bait suci untuk melaksanakan tata cara penyelamatan yang sama ini bagi mereka yang telah meninggal, yang banyak di antaranya dengan penuh harap menunggu-nunggu penyelesaian tata cara-tata cara ini demi mereka.
Agar bait suci benar-benar menjadi lambang bagi kita, kita harus menghasratkannya demikian. Kita harus hidup layak untuk memasuki bait suci. Kita harus menaati perintah-perintah Tuhan kita. Jika kita dapat memolakan hidup kita mengikuti sang Guru, serta menempatkan ajaran dan teladan-Nya sebagai pola utama bagi kita sendiri, kita tidak akan kesulitan untuk menjadi layak memasuki bait suci, untuk menjadi konsisten dan setia dalam semua segi kehidupan, karena kita akan terkomit pada satu standar perilaku dan keyakinan yang kudus. Baik di rumah maupun di tempat berbelanja, baik di sekolah maupun lama setelah masa sekolah tinggal kenangannya saja, baik kita bertindak sama sekali sendirian maupun dalam keselarasan dengan serombongan orang lain, arah kita akan jelas dan standar-standar kita akan nyata.
Kemampuan untuk membela asas seseorang, untuk hidup dengan integritas dan iman sesuai dengan keyakinan seseorang—itulah yang terpenting. Pengabdian itu terhadap asas yang benar—dalam kehidupan pribadi kita, dalam rumah tangga dan keluarga kita, serta di semua tempat dimana kita bertemu dan memengaruhi orang lain—pengabdian itulah yang pada akhirnya Allah minta dari kita. Itu memerlukan komitmen—yang sepenuh jiwa, dipegang teguh, yang dihormati secara kekal terhadap asas-asas yang kita tahu adalah benar dalam perintah-perintah yang telah Allah berikan. Jika kita mau benar dan setia kepada asas-asas Tuhan, maka kita akan selalu layak bagi bait suci, dan Tuhan serta bait suci-bait suci-Nya yang kudus akan menjadi lambang besar dari kemuridan kita dengan-Nya.