Menerima Segala yang Bapa Miliki: Sebuah Perumpamaan Modern
Dari Penatua Carlos E. Asay (1926–1999) dari Tujuh Puluh, “The Oath and Covenant of the Priesthood,” Ensign, November 1985, 45.
Seorang pemuda sedang mempersiapkan diri untuk melayani misi. Orangtuanya setuju untuk membayar biaya misinya sepanjang dia bersedia menaati peraturan-peraturan misi dan bekerja keras. Dia setuju.
Setelah memasuki ladang misi, dia mendapati pekerjaan misionaris jauh lebih sulit daripada yang dia kira. Mempelajari sebuah bahasa yang baru, menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda, dan menghadapi penolakan membuat dia putus asa. Rekan dan presiden misinya berusaha memberikan dorongan kepadanya, tetapi dia masih merasa ingin menyerah.
Dia memberi tahu presiden misinya bahwa dia ingin pulang ke rumah. Presiden misinya menelepon ayah pemuda itu dan memberinya izin untuk menelepon putranya.
Misionaris itu memberi tahu ayahnya tentang keputusasaannya. Ayahnya berkata, “Selama bertahun-tahun Ayah dan ibumu telah menanti-nantikan hari ketika kamu akan melayani misi penuh waktu. Kami tahu betapa pentingnya untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada mereka yang tidak memilikinya.”
Putranya menjawab, “Ayah, saya tidak menyadari bahwa misi sangat berarti bagi Ayah.”
“Itu segalanya bagi Ayah,” ayahnya menyatakan. “Sepanjang hidup Ayah telah bekerja, membangun bisnis, dan menabung dengan hanya satu orang dalam benak: kamu. Gol Ayah adalah memberikan kepadamu warisan yang berkelimpahan.”
“Tetapi, Ayah,” putranya memotong pembicaraan, “itu tidak mengubah fakta bahwa saya tidak menikmati .…”
Ayahnya menyela, “Bagaimana Ayah dapat memercayakan bisnis dalam pengurusanmu jika kamu tidak dapat membuktikan kepada dirimu sendiri dengan melayani Tuhan selama dua tahun yang singkat?”
Ada keheningan sejenak sementara putranya merenungkan pertanyaan ayahnya.
Kemudian ayahnya berkata, “Nak, jika kamu akan setia dalam pemanggilan ini dan membuktikan dirimu layak, segala yang Ayah miliki akan menjadi milikmu.”
Tersentuh oleh janji ini, sang putra dengan berani mengatakan kepada ayahnya, “Saya akan tetap bertahan.”
Putranya tetap bertahan, dan dia melayani dengan setia. Dia mengikuti peraturan-peraturan misi dan bekerja keras. Dan ya, di suatu waktu setelah misinya, dia menerima dari ayahnya warisan yang telah dijanjikan, bahkan segala yang ayahnya miliki untuk dibagikan.