Kesaksian Ethan
Penulis tinggal di Utah, AS.
Tampaknya semua orang kecuali Ethan memiliki kesaksian.
“Dengar, dengar. Roh Kudus yang berbisik. Dengar, dengar, suara yang lembut” (Buku Nyanyian Anak-Anak, 142).
Ethan duduk di kelas bersama dan memandang sahabat karibnya, Sam, memberikan kesaksiannya. Temannya, Sarah menunggu gilirannya. Sam berbicara tentang proyek pelayanan yang dia lakukan. Dia mengatakan dia memiliki kesaksian tentang pelayanan. Sarah memberikan kesaksiannya tentang keluarga. Guru Ethan juga memberikan kesaksiannya. Dia berbicara tentang pekerjaan bait suci. Mereka semua bersaksi bahwa Gereja adalah benar. Tampaknya semua orang kecuali Ethan memiliki kesaksian.
“Tentang apa kesaksian yang saya miliki?” Ethan bertanya-tanya.
Dia memikirkan kembali beberapa tahun lalu ketika dia dan teman-temannya dibaptiskan. Guru Pratamanya, Sister Calder, telah memberikan ceramah mengenai Roh Kudus.
“Roh Kudus dapat memberikan kepada Anda suatu perasaan yang membara di hati Anda. Dia dapat menolong Anda mengetahui apa yang benar,” dia telah bertutur. “Dan itulah caranya Anda memperoleh sebuah kesaksian tentang apa yang Anda percayai.”
Ethan berusaha untuk melakukan apa yang benar agar dia dapat merasakan Roh Kudus. Dia membaca tulisan suci dan berdoa. Namun dia tidak pernah memiliki perasaan yang membara seperti yang orang-orang bicarakan. Apakah itu berarti dia tidak memiliki kesaksian?
Pertanyaan ini bercokol di benak Ethan sepanjang hari berikutnya. Dia masih memikirkan mengenainya ketika dia dan Sam bermain papan seluncur seusai sekolah. Dia berpikir bagaimana dia dapat menanyakan kepada Sam mengenainya.
“Hai, Sam,” Ethan akhirnya bertanya, “Apakah kamu takut ketika kamu membagikan kesaksian kemarin?”
Sam melompat turun dari papannya dan berjalan ke rerumputan. “Tidak juga,” katanya, sembari duduk. “Saya telah membagikan kesaksian saya dalam malam keluarga sebelumnya.”
Ethan bergabung dengannya dan menaruh papan seluncurnya di pangkuannya. “Tetapi bagaimana kamu tahu kamu memiliki kesaksian?”
“Saya berdoa dan saya merasa nyaman mengenainya.”
Ethan perlahan mengangguk dan memutar roda dengan tangannya. Entah mengapa dia ingin merasakan seperti itu juga.
Malam itu, ketika rumah gelap dan sunyi, Ethan berlutut di sisi tempat tidurnya untuk berdoa.
“Bapa Surgawi,” dia bertutur, “Mohon bantulah saya memiliki kesaksian. Bantulah saya mengetahui bahwa Gereja adalah benar. Bahwa Joseph Smith adalah seorang nabi. Dan bahwa Kitab Mormon adalah benar.”
Di sela-sela doanya, Ethan berhenti. Dia berpikir sejenak. Kemudian dia bertanya kepada dirinya sendiri, “Ah, apakah saya sudah mengetahui apa pun?”
Kemudian sebuah perasaan yang lembut, penuh damai menyelimuti dia. Itu bukan perasan membara yang kuat. Namun Ethan tahu, itu adalah Roh Kudus.
Sebuah gagasan muncul di benak Ethan: “Saya tahu bahwa saya tahu.” Dan sewaktu dia memikirkan mengenainya, dia menyadari dia memiliki perasaan yang damai ini sebelumnya.
Kapan pun dia membaca Kitab Mormon, itu terasa nyaman dan benar. Sekarang dia tahu perasaan itu adalah Roh Kudus yang bersaksi kepadanya. Ketika dia pergi ke gereja dan rasanya nyaman dan benar untuk berada di sana, itu adalah juga Roh Kudus. Dia telah mendapatkan sebuah kesaksian!
Dia tidak perlu mengetahui segala hal saat ini. Namun dia tahu betul bahwa Roh Kudus adalah nyata dan dapat membantu dia terus membangun kesaksiannya.
Ethan mulai berdoa lagi. Namun kali ini saatnya untuk mengucap syukur.