Melayani kepada Mereka yang Dipenjara
Nilai jiwa seseorang tidak berkurang oleh tindak kejahatan.
Saat ini, lebih dari 10 juta orang sedang ditahan di rumah-rumah tahanan atau penjara di seluruh dunia.1 Yesus Kristus, yang mengasihi setiap orang dan memahami setiap kesulitan, meminta kita untuk melayani kepada semua anak Bapa Surgawi—termasuk mereka yang dipenjara. “Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau … dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
Dan raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:36–40).
Bagaimana kita dapat melakukan apa yang Juruselamat minta dan melayani dengan aman kepada mereka yang dipenjara? Artikel ini menyediakan asas-asas dasar sebagai titik awal. Dengan penuh doa bahaslah bersama para pemimpin Gereja setempat apa yang pantas dan bijaksana untuk area Anda.
Sesama Anak-Anak Allah
Sementara sistem peradilan berbeda-beda, tantangan terkait pemenjaraan adalah sama di semua negara dan budaya. Doug Richens mengelola penjangkauan bagi para anggota Gereja yang dipenjara. Dia juga berkoordinasi dengan kelompok kepercayaan dan komunitas lainnya untuk membantu mereka yang terdampak oleh hukuman penjara, tanpa memandang latar belakang atau pandangan keagamaan mereka.
“Stereotip umum bagi mereka yang dipenjara adalah bahwa mereka semua tidak bisa dipercaya, bengis, dan berbahaya,” tutur Brother Richens. “Akan tetapi, saya telah menemukan bahwa kebanyakan tidak seperti itu. Kebanyakan merasakan penyesalan atas tindakan mereka. Mereka berusaha bangkit dari pilihan-pilihan buruk di masa lalu dan menjalani kehidupan yang baik.”
Di beberapa negara, sebanyak separuh dari seluruh warga negara mempunyai anggota keluarga langsung yang telah dipenjarakan.2 Saudara kandung, orangtua, dan anak-anak yang dipenjarakan ini—terlepas dari definisi hubungan duniawi apa pun—adalah sesama anak-anak Allah.
Penghakiman Fana dan Kekal
Meskipun kehidupan mengharuskan kita untuk melakukan penghakiman, Bapa Surgawi dan Yesus Kristus adalah satu-satunya yang dapat menghakimi seseorang secara sempurna berdasarkan keadaan, tindakan, dan hasrat mereka (lihat 1 Samuel 16:7). Penghakiman yang sempurna itu pasti akan mempertimbangkan keadaan yang ke dalamnya orang-orang dilahirkan yang membuat pemenjaraan lebih cenderung terjadi, seperti trauma keluarga, kemiskinan turun-temurun, budaya penggunaan obat-obatan terlarang, dan lain-lain. Banyak faktor lain yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat pilihan yang baik, termasuk kesehatan dan kesejahteraan mereka.3 Sementara penting bagi masyarakat untuk menegakkan hukum yang menjaga masyarakat tetap aman, kita dapat melakukannya dengan belas kasihan dan perspektif kekal, dengan menyadari ada banyak hal yang tidak kita pahami.
“Pikirkan tentang bagaimana perasaan Anda jika Anda dihukum selama sisa kehidupan Anda berdasarkan hal terburuk yang pernah Anda lakukan,” ungkap Tanja Schaffer, seorang anggota Gereja yang bekerja di sebuah kantor hukum sebelum membentuk sebuah kelompok advokasi narapidana. Terserah kepada Allah untuk mengampuni siapa yang akan Dia ampuni, namun Dia memerintahkan kita untuk mengampuni semua orang” (lihat Matius 18:21–22).
Asas penghakiman Allah yang sempurna dapat juga menjadi sumber penghiburan bagi korban tindak kejahatan. Terkadang orang yang melukai orang lain tidak pernah menghadapi hukuman di bumi. Korban mungkin menderita lama setelah masa hukuman penjara pelaku berakhir. Banyak orang yang terkena dampak pemenjaraan telah menjadi korban maupun pelaku pada waktu yang berbeda, mengingatkan kita bahwa kehidupan merupakan sebuah jejaring rumit dari hubungan dan keputusan yang berdampak bagi orang lain. Kita dapat menemukan penghiburan dalam meyakini bahwa Bapa Surgawi dan Yesus Kristus memahami itu semua. Penghakiman Mereka akan sempurna. Penyembuhan yang Mereka tawarkan—baik untuk orang yang tidak bersalah maupun orang bertobat—akan lengkap (lihat Wahyu 21:4).
Teladan Penuh Kasih dari Para Pemimpin
Penatua Gerrit W. Gong dari Kuorum Dua Belas Rasul menguraikan sebuah pertemuan di mana semua orang di sekelilingnya berpakaian putih. Ada nyanyian dan doa, serta kasih Allah melimpah.4 Berlawanan dengan apa yang kebanyakan dari kita mungkin bayangkan, ini bukan pertemuan bait suci. Ini adalah kunjungan pelayanan di sebuah penjara di mana baju terusan berwarna putih adalah seragam standar.
“Para pemimpin Gereja peduli kepada semua yang telah terdampak oleh tindak kejahatan dan pemenjaraan,” Brother Richens bersaksi, menguraikan bagaimana seorang pemimpin memberikan sejilid majalah Gereja miliknya sendiri kepada seseorang yang dia kunjungi di penjara setiap bulan. Mereka kerap mengunjungi orang-orang yang dipenjara, mendukung keluarga mereka, dan dengan lembut mengurus para korban.
Pelayanan ke lembaga pemasyarakatan adalah tanggung jawab presiden pasak, bekerja sama dengan para pemimpin lingkungan untuk menangani kebutuhan orang-orang di wilayah mereka. Apa yang dilakukan para pemimpin pasak Anda untuk melayani dan membagikan pesan-pesan meneguhkan kepada para anggota yang dipenjara? Di beberapa tempat, para anggota Gereja dapat dipanggil untuk mengunjungi dan mengajar orang-orang yang dipenjara. Brother Richens menuturkan bahwa sering kali para anggota tersebut yang dipanggil untuk memberikan dukungan merasa gugup pada awalnya, tetapi kemudian mereka mendapati pemanggilan tersebut begitu bermakna sehingga mereka tidak pernah ingin dibebastugaskan.
“Itu adalah agama yang murni,” ujarnya (lihat Yakobus 1:27).
Sementara kita hendaknya tidak merasa terpaksa untuk mengunjungi orang-orang yang dipenjara yang tidak kita kenal, ada cara-cara lainnya kita dapat melayani dengan aman. Berikut adalah beberapa contoh:
-
Sertakan orang-orang yang dipenjara dalam doa-doa Anda, terutama seseorang yang Anda tahu namanya. Doa adalah penuh kuasa!
-
Hubungi penjara atau rumah tahanan setempat untuk melihat apakah mereka membutuhkan barang-barang sumbangan. Kerajinan seperti merenda, membaca, proyek seni, dan penelitian sejarah keluarga diperbolehkan di banyak fasilitas.
-
Jika Anda mengenal seseorang yang dipenjarakan, tulislah surat yang meneguhkan kepada mereka. Buatlah pilihan yang aman dan bijaksana saat berkomunikasi. Ikuti Roh dan pertahankan batas-batas yang sepantasnya.
-
Perlakukan anggota keluarga dari mereka yang dipenjara—terutama anak-anak—dengan kasih sayang, rasa hormat, dan penyertaan. Ingatlah bahwa anggota keluarga secara umum adalah korban tak berdosa juga. Roh Kudus dapat membantu kita mengetahui cara terbaik untuk melayani kepada semua anggota dari keluarga itu.
Roh Kudus Tidak Terbatas
Pemenjaraan dapat menjadi waktu yang sangat sulit dalam kehidupan seseorang. Namun Roh Kudus tidak terhalang oleh tembok, palang, atau rantai. Doa, penelaahan tulisan suci, serta kerendahan hati dapat mengundang kehadiran-Nya yang menghiburkan sama cepatnya di dalam sel tahanan atau di luarnya. Karena hal ini, penjara dapat menjadi tempat mukjizat.
Portia Louder, seorang anggota Gereja yang menulis entri blog selama dipenjara, menyebutkan waktunya dalam penjara sebagai sebuah perjalanan iman dan penemuan-diri yang sulit. “Saya telah melalui beberapa pergumulan serius dalam kehidupan saya, namun saya dapat merasakan diri saya disembuhkan melalui kasih yang tak terlukiskan,” dia menulis. “Apa pun tantangan yang sedang Anda hadapi saat ini, di mana pun Anda dalam perjalanan Anda sendiri, mohon jangan menyerah!”
Garff Cannon, yang melayani sebagai presiden cabang di rumah tahanan, menguraikan bagaimana Roh membisikinya untuk berbicara dengan ramah kepada seorang pria tahanan keras hati yang telah menuntun pada kehidupan yang sulit. “Apa yang baru saja Anda katakan kepada saya adalah kata-kata paling ramah yang pernah diucapkan kepada saya dalam kehidupan saya,” tutur pria ini. “Saya tidak ingat apakah saya pernah diajak bicara dengan keramahan dan kepedulian. Terima kasih.” Mereka mengakhiri pertemuan mereka dengan doa pertama yang pria ini dengarkan selama bertahun-tahun.
“Ya, Roh Kudus benar-benar hadir dalam sarana pemasyarakatan itu,” Brother Cannon bersaksi. “Anak-anak Allah ada di sana, dan Dia ingin mereka kembali.”
Allah membuat janji-janji penuh kuasa kepada semua yang memilih untuk mengikuti Dia, entah kita pertama belajar tentang Dia di Sekolah Minggu atau di penjara. Seperti yang Yehezkiel 36:26 katakan, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu.”
Kembali ke Masyarakat Itu Sangat Menantang
Nilai jiwa seseorang tidak berkurang oleh tindak kejahatan (lihat Ajaran dan Perjanjian 18:10). Ketika seseorang berhasrat untuk berubah menjadi lebih baik, apakah kita memperkenankan mereka untuk tumbuh dan diampuni?
“Kasih karunia dan belas kasihan Allah itu luar biasa,” ujar Brother Richens. “Kadang-kadang individu yang dipenjara merasa diampuni oleh Tuhan jauh sebelum mereka diampuni oleh pemerintah, masyarakat, atau bahkan beberapa anggota Gereja.”
Kembali ke masyarakat setelah pemenjaraan itu sulit. Mereka yang telah dipenjarakan sering kali mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan atau rumah. Kita dapat membantu mereka menemukan keamanan di tempat yang sehat dan mengejar hobi yang sehat. Barangkali hal terpenting yang dapat kita lakukan adalah menjadi teman yang positif dan menguatkan. Ketika Joseph Smith berbicara tentang reformasi penjara saat mencalonkan diri menjadi presiden, dia mengajarkan bahwa “ketegasan dan keterasingan tidak akan pernah melakukan sebanyak mereformasi kecenderungan manusia sebagai alasan dan persahabatan.”5
Belas Kasihan Membuat Perbedaan
Yudas mengimbau para Orang Suci untuk “tunjukkanlah belas kasihan” (Yudas 1: 22). Perkataannya menggemakan permohonan Juruselamat untuk mengingat mereka yang berada dalam penjara. Bagaimana kita akan menanggapi ajakan ini? Mari berupaya untuk memelihara mereka yang mengalami pemenjaraan, serta keluarga mereka, dengan kebaikan Allah. Belas kasihan kita dapat membuat perbedaan.