2. Dia diam tak bersuara,
Tampak menahan lapar-Nya;
Kuberi roti pada-Nya
Dan seg’ra diberkati-Nya.
Lalu dipecah-Nya roti,
Sebagian ’ku diberi,
Roti segera kumakan,
S’perti manna kurasakan.
3. ’Ku melihat-Nya berjalan,
Sumber air dicari-Nya;
Menderita kehausan,
Dan tiada lagi berdaya.
Kuhampiri dan kutopang,
Air segar kuberikan.
Cawanku pun diisi-Nya,
Kuminum, ’ku tak haus lagi.
4. Ketika badai mengamuk,
Kudengar suara-Nya sendu,
Aku mengundang-Nya masuk,
Dan berlindung di rumahku.
Kuhangatkan dan kujamu,
Kuberi tempat tidurku.
Serasa di Taman Eden
Meski kurebah di tanah.
5. Kupernah menemukan-Nya,
Terluka dianiaya.
Kurawat serta kujaga,
Hingga sembuhlah luka-Nya.
Saat itu kurasakan
Berlimpahnya kedamaian
Dan luka hatiku hilang,
Jiwaku t’lah disembuhkan.
6. Lalu dia dipenjara,
Akan diambil nyawa-Nya.
Segala fitnah kusanggah,
Kutetap setia pada-Nya.
Dia bertanya padaku:
“Kau rela mati bagiku?”
Tubuh lunglai mendengarnya,
Tetapi jiwaku rela.
7. Akhirnya Sang Pengembara,
Menyingkapkan samaran-Nya.
Tampak luka bekas paku,
Jurus’lamat di depanku.
Diucapkan-Nya namaku;
“Kau tak malu membela-Ku;
Segala pelayananmu
T’lah kaulakukan bagi-Ku.”