2022
Tim Baru Samuel
Mei/Juni 2022


Tim Baru Samuel

Akankah anak lelaki lainnya memberinya kesempatan?

Gambar
two boys in basketball uniforms; one boy has one hand

Saat itu hari Sabtu pagi. Samuel duduk di meja dapur dan menatap mangkuk serealnya. Dia benar-benar tidak merasa ingin makan.

“Ayah?” dia berkata perlahan. “Saya mengubah pikiran saya. Saya tidak ingin bertemu tim bola basket saya hari ini.”

“Saya tahu sulit untuk menjadi anak yang baru, tetapi kamu akan berteman,” ujar Ayah.

“Tidak, bukan itu … Saya hanya khawatir tentang apa yang akan mereka pikirkan.”

Ayah duduk di sebelahnya. “Maksud kamu apakah kamu bertanya-tanya apa yang tim kamu akan pikirkan tentang seorang pemain baru yang hanya memiliki satu tangan?”

Samuel lahir tanpa tangan kiri. Lengan kirinya berhenti di pergelangan tangan.

“Ya,” ujar Samuel. “Karena mereka tidak mengenal saya, mereka mungkin berpikir anak dengan satu tangan tidak bisa bermain bola basket.”

“Mereka mungkin berpikir demikian, tetapi kamu pemain yang hebat. Dan pergi berlatih akan menolong kamu bermain bahkan lebih baik,” ujar Ayah sambil tersenyum. “Ayolah. Ambillah kausmu dan botol airmu. Ayo temui timmu.”

Samuel mendesah. “Oke.”

Segera setelah mereka memasuki gedung olahraga, pelatih berjalan menghampiri.

“Hai! Saya Pelatih Monroe. Anda pasti pemain baru kami.”

“Ya, saya Samuel.”

“Kami senang Anda berada dalam tim kami,” Pelatih Monroe berkata. “Ayo temui anak lelaki lainnya.”

Ayah duduk di bangku. Samuel meraih bolanya dan mengikuti pelatih.

“Saya ingin memperkenalkan Samuel, pemain terbaru kita,” tutur Pelatih Monroe. Beberapa anak lelaki memberi Samuel lambaian kecil. “Kita beruntung memiliki dia pada waktunya untuk pertandingan pertama kita. Saya pikir kita akan memiliki tim yang hebat, pertandingan yang hebat, dan musim yang hebat!”

Pelatih Monroe meniup peluitnya, dan tim memulai beberapa gerakan latihan. Samuel melihat beberapa teman timnya menatap sewaktu dia memantulkan dan melemparkan bola hanya dengan tangan kanannya. Dia berusaha untuk tidak membiarkan itu mengalihkannya.

Selama istirahat untuk minum, seorang anak lelaki duduk di sebelah Samuel di bangku. “Hai, saya Jackson. Apa yang terjadi pada tanganmu?”

“Tidak ada. Itu apa adanya sewaktu saya dilahirkan,” tutur Samuel.

“Saya tidak pernah melihat siapa pun dengan satu tangan bermain bola sebelumnya,” ujar Jackson. “Kamu sungguh bagus.”

Samuel tersenyum. “Terima kasih.”

Pelatih Monroe meniup peluitnya lagi. “Selama 30 menit terakhir, kita akan memainkan pertandingan latihan.” Dia menempatkan anak-anak lelaki ke dalam dua tim. Samuel gembira Jackson berada dalam timnya.

Gambar
boys playing basketball together

Dengan satu menit tersisa dalam pertandingan, kedua tim memiliki jumlah poin yang sama. Salah satu rekan tim Samuel mendapatkan bola dan mencari seseorang untuk dioper. Samuel berada di dekat situ, siap untuk menangkap bola. Namun anak lelaki itu melemparnya kepada Jackson.

Jackson mengambil beberapa langkah. Kemudian dia melihat Samuel dan mengoper bola kepadanya. Samuel menangkap bola, berbalik, dan melemparkannya ke arah keranjang.

Swish! Bola masuk tepat ketika Pelatih Monroe meniup peluit. Tim Samuel bersorak.

“Operan yang bagus,” Samuel berkata kepada Jackson sewaktu mereka berjalan ke bangku.

“Tembakan hebat,” Jackson berkata. “Yang lainnya akan belajar bahwa satu tangan adalah cukup untuk bermain bola basket.”

Samuel tersenyum dan memberi tos kepada Jackson. Dia merasa Pelatih Monroe benar. Itu akan menjadi tim yang hebat, pertandingan yang hebat, dan musim yang hebat.

Gambar
Page from the May/June 2022 Friend Magazine.

Ilustrasi oleh Sandra Eide

Cetak