Minggu Ben
“Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Mosia 13:19).
Ben menyandarkan lengannya pada kopor yang ada di sebelahnya dalam mobil. Ayah dan Ibu membawanya ke rumah Kakek. Ben akan tinggal bersama kakeknya selama satu minggu penuh. Tidak ada saudara, tidak ada pengasuh anak—hanya Ben dan Kakek.
Ben telah berbicara dengan Kakek mengenai minggu bersama mereka. Kakek mengatakan itu adalah minggu Ben dan mereka dapat melakukan semua hal kesukaan Ben. Ben menatap keluar jendela. Apakah dia ingat untuk mengemas semuanya? Dia telah mengemas topi keberuntungan memancingnya, kacamata hitamnya, dan buku-buku favoritnya.
“Sekarang, ingat,” kata Ibu dari jok depan, “Kakek bukan anggota gereja. Dia orang yang baik dan kakek yang baik. Namun beberapa hal di rumahnya akan tampak berbeda bagimu.”
“Misalnya?” Ben tahu kakeknya tidak pergi ke gereja. Namun dia tidak berpikir mengenai bagaimana itu akan berbeda.
“Kamu mungkin perlu mengingatkan dia bahwa kamu tidak minum es teh,” tutur Ayah.
“Baik,” Ben menjawab.
“Kamu tidak akan dapat pergi ke gereja pada hari Minggu, namun kamu dapat menguduskan hari Sabat dengan cara lain,” Ibu bertutur.
“Baiklah,” Ben berkata.
Ketika mereka tiba di rumah Kakek, Kakek sedang duduk menanti mereka di beranda. Ben adalah yang pertama keluar dari mobil. “Kakek!”
“Bagaimana kabar cucu kesayangan Kakek yang berusia tujuh tahun?” Kakek memeluk Ben. “Apakah kamu siap untuk minggu istimewamu? Kamu boleh memilih apa yang kita lakukan bersama.”
“Bisakah kita pergi memancing?” Ben bertanya. “Saya membawa topi keberuntungan memancing saya.”
“Pasti,” kata Kakek.
“Bisakah kita pergi ke kebun binatang?” Tanya Ben. “Saya membawa kacamata hitam saya.”
“Pasti,” Kakek menjawab.
“Bisakah kita membaca bersama?” Tanya Ben. “Saya membawa buku-buku favorit saya.”
“Pasti bisa,” kata Kakek lagi. “Dan Kakek pikir kita perlu berbelanja agar kamu dapat memilih mainan di toko.”
“Wow,” Ben berkata. “Ini akan menjadi minggu yang menyenangkan!”
Pada hari Jumat, Kakek dan Ben pergi memancing.
Pada hari Sabtu, Kakek dan Ben pergi ke kebun binatang.
Keesokan harinya, Kakek membuat panekuk untuk sarapan. “Hari ini adalah hari berbelanja kita,” kata Kakek.
“Hore!” Ben berteriak. “Mainan apa yang harus saya pilih?”
Lalu Ben ingat—itu hari Minggu. Bagaimana dia dapat menjelaskan kepada Kakek mengenai tidak boleh berbelanja pada hari Minggu?
Setelah sarapan Ben berdoa di kamarnya. Dia memohon kepada Bapa Surgawi untuk membantunya menjelaskan kepada Kakek mengenai menguduskan hari Sabat?
Setelah berdoa Ben duduk di tempat tidurnya. Kakek memanggil Ben, “Saya pakai sepatu dulu, dan kita akan pergi.”
Ben menarik napas dalam-dalam dan berdiri. Dia mendapati Kakek sedang menali sepatunya.
“Kakek, terima kasih sudah mengajak saya memancing dan pergi ke kebun binatang. Tetapi saya pikir hari ini kita seharusnya beristirahat.”
“Apa maksudmu?” Kakek bertanya. “Kakek berjanji mengajakmu berbelanja.”
“Saya tahu, tetapi menurut Kakek apa kita bisa pergi di lain hari?”
“Apakah kamu baik-baik saja? Kamu sakit?”
“Tidak, Kek,” jawab Ben. “Hari ini adalah hari Minggu. Di rumah kami tidak pergi berbelanja di hari Minggu.”
Kakek tidak berkata apa-apa.
“Bisakah kita tetap di rumah hari ini?” Ben bertanya. “Kita dapat berjalan-jalan. Kita dapat membaca buku.”
Kakek tersenyum pada Ben. “Pasti,” Kakek menjawab. “Ini minggu kamu, jadi kamu boleh memilih.”
Ben memeluk Kakek. “Saya tahu ini akan menjadi minggu yang luar biasa,” Ben berujar.