Tes Keyakinan Dari Ketakutan menjadi Beriman dalam Keputusan Pernikahan
Dari sebuah kebaktian di Universitas Brigham Young–Idaho yang diberikan pada tanggal 25 September 2007.
Setelah lulus dari perguruan tinggi tahun 1964, saya adalah opsir dalam Angkatan Darat A.S. Saya menyediakan diri untuk pelatihan sebagai Agen Khusus Angkatan Darat A.S. Pelatihan anggota keamanan adalah sebuah kursus yang sulit dalam taktik berperang dan infanteri terbaik. Golnya adalah menghasilkan opsir dan bintara yang sangat terampil.
Pelatihan khusus saya mencakup serangkaian “tes keyakinan,” sebagaimana kader Agen Khusus menyebutnya, yang dimaksudkan sebagai tantangan terhadap kekuatan fisik, stamina, dan keberanian. Jalan-jalan penuh tantangan yang menyulitkan, naik dan turun dengan tali di atas permukaan cadas terjal yang tertutup es setinggi 100 kaki (30 meter) atau lebih, berjalan melewati rawa-rawa di malam hari di tengah-tengah buaya dan ular berbisa, dan berjalan di tengah malam menempuh 10 mil (16 km) dengan medan yang sulit—ini hanyalah beberapa dari tes yang kami jalani. Satu tujuan dari tes keyakinan ini adalah untuk mengajarkan kepada para Agen Khusus bahwa dalam situasi perang yang sulit dan menantang, kami dapat melakukan lebih dari sekadar yang kami pikir dapat kami lakukan. Pemimpin kami mengajarkan kepada kami untuk memiliki keyakinan kepada diri sendiri dan kepada pelatihan kami sendiri. Lebih dari sekali selama ujian yang sulit dari pengalaman perang saya, saya mendapat kepastian dari pelajaran-pelajaran dalam tes keyakinan Agen Khusus tersebut.
Di sepanjang kehidupan kita, kita menghadapi tes keyakinan lain yang lebih penting daripada yang saya hadapi dalam pelatihan saya. Ini bukanlah sedemikian banyak tes keyakinan dalam diri seseorang namun tentang keyakinan dalam apa yang kita terima melalui Roh Allah. Nabi demi nabi telah menasihati kita apa yang kita ketahui—untuk mempertahankan keyakinan kepada Tuhan. Sewaktu dia berusaha untuk menghidupkan kembali iman dalam diri rakyatnya, Yakub berulang kali menyatakan kepada mereka, “Aku tahu bahwa kamu tahu” (2 Nefi 9:4, 5; penekanan ditambahkan). Paulus bahkan lebih langsung: “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya” (Ibrani 10:35; penekanan ditambahkan). Kita masing-masing menghadapi masa depan yang tak pasti. Namun ketika kita menghadapinya, ingatlah apa yang telah kita ketahui, kita menghadapinya dengan iman. Kita menghadapinya dengan ceria. Kita menghadapinya dengan keyakinan.
Salah satu tes keyakinan yang paling signifikan dari kefanaan biasanya dialami dalam masa-masa kehidupan dewasa muda. Itu adalah keputusan untuk menikah. Tidak ada keputusan yang dihadapi dengan rasa takut yang lebih besar oleh generasi dewasa muda ini. Itu adalah masalah yang menimbulkan banyak kecemasan.
Ketakutan mengenai Pernikahan
Saya tidak yakin mengenai semua alasan dalam hal ini, namun ini, saya percaya, adalah beberapa diantaranya:
-
Kesenangan kumpul-kumpul. Banyak kaum muda “menarik diri” mereka dalam menemukan rekan yang tepat dengan melakukan terlalu banyak dari pergaulan mereka dalam kelompok-kelompok. Karena kegiatan kumpul-kumpul ini terjadi dalam kelompok-kelompok campuran dengan para pria dan wanita, beberapa orang secara keliru mengira bahwa mereka dengan benar terlibat dalam proses penyaringan yang sedemikian penting untuk menemukan seorang rekan kekal. Namun tidaklah demikian. Sosialisasi dalam kelompok dapat menghambat kesempatan bagi seseorang untuk mengamati secara seksama karakter dan kepribadian seseorang yang istimewa tersebut yang sedemikian penting untuk membuat pilihan yang bijak.
-
Ketakutan dalam membuat kesalahan. Statistik perceraian sedemikian dikenal. Beberapa kaum remaja telah hidup dalam kepedihan melihat pernikahan orang tua atau teman mereka gagal atau telah menjalani perceraian mereka sendiri. Mereka telah mengalami trauma hebat yang terkait dengan perpisahan itu. Kadang-kadang, dampaknya membuat mereka takut untuk memulai pernikahan kalau mereka memilih orang yang salah.
-
Remaja yang lari dari tanggung jawab. Setidaknya bagi beberapa orang, ada keengganan untuk mencairkan hasrat dan minat seseorang terhadap orang lain. Sifat mementingkan diri semacam itu telah mendorong beberapa orang untuk menunda keputusan pernikahan.
Gagasan yang Keliru
Apa pun alasannya untuk takut akan keputusan pernikahan, itu menuntun pada sejumlah gagasan yang keliru, “menyingkirkan” keyakinan seseorang. Ini, sebaliknya, menyebabkan kegagalan orang itu untuk memahami secara mendalam tanggung jawabnya dalam membuat keputusan tersebut. Bahkan jika ketakutan semacam itu tidak berakibat dalam penundaan atau bahkan dalam menghindari pernikahan, itu dapat menuntun pada kesalahan-kesalahan lain. Misalnya, beberapa cenderung untuk mengambil keputusan yang benar-benar rohani. Gagal untuk memenuhi kewajiban mereka dalam proses, mereka menunggu sesuatu seperti jari ilahi yang menuliskan jawaban di dinding atau laut dibelah atau beberapa fenomena metafisik lain yang memberi tahu mereka secara benar bahwa si dia adalah “orangnya.”
Yang lain bergantung kepada orang lain untuk memutuskan bagi mereka. Seorang presiden wilayah Universitas Brigham Young memberi tahu saya bahwa tidaklah lazim bagi beberapa wanita untuk menerima gagasan tentang teman prianya saat ini yang mengatakan kepadanya bahwa dialah “orangnya.” Yang lain menerima penilaian dari salah satu orang tua—sering kali ayah—yang telah membuat keputusan bagi mereka di masa lalu. Dalam salah satu contoh itu, ada pelepasan tanggung jawab bagi pilihan yang paling penting yang seseorang buat dalam kehidupan ini.
Nasihat dari orang tua, uskup, dan orang-orang yang layak lainnya dapatlah berharga. Namun di penghujung hari, tidak ada orang lain yang dapat—atau hendaknya— memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan. Keputusan tentang siapa yang akan dinikahi merupakan keputusan pribadi yang sangat penting.
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya!” Ingatlah bahwa kita datang ke dalam kehidupan ini dengan dorongan biologis alami, jadi sebagaimana dikatakan, untuk jatuh cinta. Jangan membuatnya lebih sulit daripada itu! Ingatlah apa yang Anda tahu, dan majulah dengan keyakinan kepada Bapa Surgawi dan status yang Anda nikmati sebagai putra dan putri-Nya.
Nasihat untuk Berpacaran
Pacaran adalah waktu bagi dua orang untuk saling mengenal. Itu adalah saat untuk mengetahui seseorang, minat, kebiasaan, dan perspektifnya mengenai kehidupan dan Injil. Itu adalah saat untuk berbagi ambisi dan impian, harapan dan ketakutan. Itu adalah saat untuk menguji komitmen seseorang untuk menjalankan Injil.
Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul menceritakan tentang seorang purnamisionaris yang telah berkencan dengan seorang remaja putri yang istimewa. Dia sedemikian peduli terhadap gadis itu dan secara serius mempertimbangkan untuk melamarnya. Ini setelah Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008) menasihati para wanita agar memakai satu set saja anting-anting. Remaja putra ini menunggu dengan sabar selama beberapa saat, ungkap Penatua Bednar, agar si remaja putri itu melepaskan set anting-anting lainnya yang dia pakai. Namun tidak terjadi. Untuk alasan ini dan yang lain, dengan berat hati, dia berhenti mengencaninya.
Dalam menceritakan pengalaman ini, Penatua Bednar mengatakan: “Saya mengira bahwa beberapa dari Anda … mungkin percaya remaja putra itu terlalu menghakimi atau itu mendasari sebuah keputusan yang penting secara kekal, bahkan sebagian, terhadap sebuah masalah yang mungkin kecil adalah bodoh atau fanatik. Mungkin Anda terganggu karena contoh berfokus pada seorang remaja putri yang gagal untuk menanggapi nasihat kenabian ketimbang si remaja putra. [Tetapi izinkan saya menegaskan kepada Anda bahwa] masalahnya bukanlah anting-anting!”1
Ini adalah tip lain. Sebagai bagian dari pengalaman berpacaran ini, berhati-hatilah agar tidak mendasarkan penilaian Anda hanya pada apa yang dapat diuraikan sebagai “melihat kulit luarnya.” Dengan demikian, yang saya maksud jangan mendasarkan keputusan Anda semata pada apakah seseorang telah melayani misi penuh-waktu atau memegang pemanggilan khusus di lingkungan Anda. Hal-hal ini dapatlah, hendaknya, dan biasanya merupakan indikasi dari pengabdian, kesetiaan, dan integritas. Namun tidak selalu demikian. Itulah alasannya Anda perlu saling mengenal. Kenali seseorang dengan cukup baik untuk memahami hati dan sifatnya terlebih dahulu dan bukan sekadar “resume Injilnya.”
Sebuah gagasan serupa adalah: hindari menilai seseorang sampai Anda mengenalnya. Penilaian negatif yang tergesa-gesa dapatlah keliru dan menyesatkan sama seperti penilaian positif yang tergesa-gesa. Berhati-hatilah terhadap apa yang tampak tak berharga sebagaimana Anda berhati-hati terhadap apa yang tampaknya berharga.
Berdoa mengenai Hal Itu
Hanya setelah menerapkan penilaian dan kearifan Anda sendiri terhadap hubungan itu setelah kurun waktu yang memadai hendaknya Anda berdoa memohon peneguhan. Ingatlah, seperti setiap keputusan penting lainnya, pernikahan adalah pilihan Anda. Tuhan akan mengharapkan Anda untuk menjalankan penilaian Anda. Sebagaimana Dia berkata kepada Oliver Cowdery, “Lihatlah, engkau belum mengerti, engkau telah menyangka bahwa Aku akan mengaruniakannya kepadamu sewaktu engkau tidak memikirkan lain kecuali untuk memintanya dari-Ku” (A&P 9:7). Sekali Anda melakukan bagian Anda melalui masa berpacaran yang pantas dan membuat keputusan sementara, milikilah keyakinan bahwa Bapa Surgawi akan menjawab permohonan Anda.
Tuhan mengharapkan Anda menggunakan kearifan Anda sendiri. Dia mengharapkan Anda untuk bersandar pada perasaan alami Anda tentang ketertarikan pria-wanita yang tertanam dalam diri Anda sejak lahir. Sekali Anda telah mendekati seseorang yang berlawanan jenis, nikmatilah masa-masa pertemanan yang signifikan—berpacaran—dengannya, dan puaskan diri Anda bahwa dia berbagi nilai-nilai Anda dan merupakan seseorang yang kepadanya Anda dapat dengan bahagia berbagi hubungan yang paling intim—kemudian serahkan masalahnya kepada Bapa Surgawi. Ketiadaan kesan yang berlawanan dengan perasaan Anda mungkin menjadi cara-Nya dalam memberi tahu Anda bahwa Dia tidak keberatan terhadap pilihan Anda.
Milikilah Keyakinan kepada Tuhan
Tahun-tahun telah berlalu sekarang sejak saat-saat yang sulit dalam pelatihan Agen Khusus saya. Saya telah memiliki banyak pengalaman dalam kehidupan saya sejak tes keyakinan dalam masa-masa kemiliteran saya. Namun kenangan dan pelajaran pelajarannya terus melekat. Kita mampu mengatasi badai kehidupan dan melakukan dengan lebih efektif daripada yang kita pikirkan. Itu hanyalah masalah tentang selalu mengingat apa yang kita tahu.
“Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.” Milikilah keyakinan dalam apa yang Anda tahu! Kemudian Anda akan menghadapi tes keyakinan Anda dengan keberanian dan elegan, dan Tuhan pastinya akan memimpin jalan Anda.