Janji Itu Memberi Saya Pengharapan
Juliana Fayehun, Lagos, Nigeria
Segera setelah suami saya dan saya menikah, kami diberkati dengan seorang putra. Saat saya melihat senyumnya dan menatap matanya, saya merasa berutang kepada Bapa Surgawi. Putra kami tampak sempurna bagi saya. Suami saya dan saya bersyukur kepada Tuhan setiap hari untuk karunia yang sedemikian berharga.
Pada tanggal 19 Februari 2009, saya mengemas sebagai persiapan untuk kembali ke sekolah untuk tahun terakhir kelas saya. Suami saya dan saya tidak tahu bahwa esok harinya putra terkasih kami akan terserang demam dan meninggalkan kehidupan fana ini.
Itu pengalaman yang sulit bagi saya untuk ditanggung. Para anggota di lingkungan kami datang ke rumah kami untuk menghibur kami dengan tulisan suci dan nyanyian pujian serta berdoa bersama kami. Saya menghargai duka cita penuh belas kasih mereka, namun kepedihan saya bagi putra saya bertahan. Kapan pun saya memikirkan tentang dia, mata saya dipenuhi air mata.
Empat hari menyusul kematiannya, saya diilhami untuk menelaah Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith. Sewaktu saya memegang buku itu, buku itu terbuka di tangan saya dalam bab berjudul “Kata-Kata Harapan dan Penghiburan di Saat Kematian.” Saya mulai membaca dan sangat terpengaruh oleh kehilangan tragis yang Joseph dan Emma telah alami sewaktu mereka memulai keluarga mereka. Sewaktu saya mengambil sebuah kutipan dari ceramah yang Nabi berikan pada pemakaman putrinya yang berusia dua tahun, saya merasa seolah-olah air yang dingin telah disiramkan ke atas kepala saya, mendinginkan pikiran saya yang terpaku pada kepedihan.
Saya memanggil suami saya. Bersama-sama kami membaca: “Saya telah … mengajukan pertanyaan, mengapakah bayi-bayi, anak-anak tak bersalah, diambil dari kita .… Tuhan mengambil banyak, bahkan semasa bayi, agar mereka boleh luput dari keirihatian manusia, dan duka serta kejahatan dunia saat ini; mereka terlalu murni, terlalu rupawan, untuk hidup di bumi; karenanya, jika dipertimbangkan dengan benar, daripada berkabung kita memiliki alasan untuk bersukacita karena mereka dibebaskan dari kejahatan, dan kita akan segera memiliki mereka lagi.”
Nabi menambahkan: “Sebuah pertanyaan boleh diajukan—‘Akankah para ibu memiliki anak-anak mereka dalam kekekalan?’ Ya! Ya! Ibu-ibu, Anda akan memiliki anak-anak Anda; karena mereka akan memiliki kehidupan kekal, karena utang mereka telah dibayarkan.”1
Sejak membaca kata-kata indah tersebut, doa-doa keluarga kami sarat ucapan syukur untuk janji bahwa melalui Pendamaian Yesus Kristus kami akan dapat bersama putra kami lagi.
Saat ini kami memiliki dua anak yang luar biasa, saudara kandung dari putra kami yang telah tiada. Kami mengajari mereka Injil yang benar dan kekal, yang akan membimbing mereka kembali kepada Bapa Surgawi mereka dan kepada Juruselamat mereka, Yesus Kristus.
Saya tahu bahwa pesan Nabi Joseph Smith mengenai kehidupan setelah kematian benar adanya. Saya akan senantiasa bersyukur untuk pengharapan, kedamaian, sukacita, dan kebahagiaan yang dibawa dalam keluarga kami—pada kedua sisi tabir.