Sering Berembuk Bersama: Dewan Keluarga bagi Pasangan-Pasangan
Penulis tinggal di Utah, AS.
Pasangan-pasangan menghadapi banyak masalah dan keputusan. Enam asas berikut tentang dewan keluarga dapat menolong.
Dewan-dewan dalam Gereja mengikuti sebuah pola ilahi di setiap tingkat, dari Dewan Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul hingga dewan-dewan pasak, lingkungan, cabang, kuorum, dan kepemimpinan lainnya. “Dewan paling dasar dari Gereja,” tutur Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985), adalah dewan keluarga.1
Penatua M. Russell Ballard dari Kuorum Dua Belas Rasul telah mengajarkan bahwa “dewan keluarga adalah forum ideal bagi komunikasi yang efektif untuk terjadi.”2 Itu adalah, dia menjelaskan, waktu untuk “berbicara tentang kebutuhan keluarga dan kebutuhan anggota keluarga secara individu, … memecahkan masalah, membuat keputusan keluarga, [dan] merencanakan kegiatan dan gol-gol keluarga sehari-hari dan jangka panjang.”3
Jika Anda tidak memiliki dewan keluarga, Anda dapat memulainya hari ini. Jika anak-anak Anda tinggal bersama Anda, Anda dapat menyertakan mereka. Meskipun demikian, adalah juga penting bahwa suami dan istri memiliki dewan keluarga terpisah di mana mereka dapat membahas masalah-masalah keluarga dan pribadi secara pribadi.
Berikut adalah sejumlah asas dan saran praktis yang dapat Anda terapkan dalam dewan keluarga Anda antara suami dan istri.
Mulailah dengan Doa
“Ketika komunikasi dengan Bapa Surgawi rusak, komunikasi antara pasangan juga rusak.”4
Tuhan dapat menjadi partisipan penting dalam pernikahan Anda. Dalam doa-doa Anda, Anda dapat berterima kasih kepada Bapa Surgawi Anda untuk banyak berkat Anda, termasuk pasangan Anda, dan memohon Roh-Nya untuk menerangi percakapan Anda. Roh-Nya dapat membimbing pembahasan Anda dan menolong memupuk perasaan yang baik dan komunikasi yang baik.
Putuskan Bersama
“Konsensus dari anggota dewan haruslah diperoleh, melalui doa dan pembahasan, untuk mencapai persatuan itu yang merupakan prasyarat bagi bantuan Tuhan.”5
Anda dan pasangan Anda harus membuat keputusan-keputusan penting, misalnya apakah akan mengambil tawaran pekerjaan, ke mana mendaftar sekolah, kapan memiliki anak, atau bagaimana membagi tugas rumah tangga. Suami dan istri dapat mengajukan solusi-solusi yang mungkin terhadap masalah dan membahasnya. Dengan rendah hati dengarkan masukan pasangan Anda. Ini dapat menolong Anda belajar untuk memahami pendapat orang lain dan akan mengingatkan pasangan Anda bahwa Anda menghargai opininya.
Dalam dewan keluarga, kita harus mencapai keputusan penting kita “melalui konsensus ilahi, bukan kompromisasi.”6 Anda mungkin tidak dapat mencapai persatuan ini pada setiap masalah dengan segera. Itu mungkin memerlukan beberapa dewan dan doa yang tulus—baik secara individu maupun dengan pasangan Anda—untuk menyetujui suatu keputusan. Namun, “jika Anda akan menyampaikan dalam dewan sebagaimana Anda diharapkan untuk melakukannya, Allah akan memberi Anda solusi terhadap masalah-masalah yang menghadang Anda.”7
Itu mungkin juga menolong untuk memutuskan sebelumnya mengenai sebuah topik bagi dewan keluarga. Ini akan memberi Anda waktu untuk merenungkan pokok bahasan agar Anda dan pasangan Anda dapat merasa lebih siap untuk menyuarakan gagasan-gagasan Anda.
Evaluasilah Diri Anda Sendiri
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3).
Anda memiliki kuasa untuk mengubah hanya satu orang: Diri Anda sendiri. Anda mungkin tergoda untuk menggunakan dewan keluarga untuk menyajikan daftar kritikan tentang pasangan Anda. Sebaliknya, jalankan dewan ini dengan sebuah hasrat untuk meningkatkan diri Anda sendiri. Tanyakan kepada pasangan Anda apakah ada sesuatu yang bermasalah atau kekhawatiran yang dia lihat dalam tutur kata atau perilaku Anda. Buatlah gol-gol untuk peningkatan pribadi dan mintalah dukungan pasangan Anda sewaktu Anda berupaya untuk berubah. Dukunglah pasangan Anda dalam gol-gol pribadi yang dia ingin buat.
Berbicaralah tentang Masalah-Masalah Sulit
“Setiap keluarga memiliki masalah dan tantangan. Tetapi keluarga yang berhasil berusaha bekerja bersama untuk mencapai solusi alih-alih menggunakan kritikan dan perselisihan.”8
Pernikahan yang kuat dibangun dengan mengatasi tantangan, bukan dengan mengabaikan atau menghindarinya. Akan ada saat ketika masalah-masalah serius yang perlu dibahas muncul. Anda mungkin berjuang untuk mengatasi masalah dosa dan pertobatan atau beban keuangan, misalnya, namun komunikasi yang terbuka dan jujur dari sebuah dewan keluarga dapat menolong melembutkan perasaan yang kuat. Sebuah dewan keluarga dapat berfungsi sebagai forum yang pantas dan nyaman untuk mengemukakan masalah atau untuk meminta bantuan.
Fokuskan energi Anda pada solusi yang mungkin terhadap masalah dan hindari pertengkaran atau kritikan. Jadilah rendah hati. Bagikan kasih bagi pasangan Anda dan saling ingatkan bahwa Anda tengah bekerja bersama untuk membangun sebuah pernikahan dan keluarga yang bahagia dan kekal.
Pertahankan Itu Positif
Jika Anda mengadakan dewan keluarga hanya “pada saat-saat sulit … dan tidak pernah mengenali … pencapaian atau untuk memuji [anggota keluarga Anda] dan memperlihatkan kasih Anda bagi mereka, maka mereka akan belajar untuk takut pada dewan keluarga.”9
Tidak semua pertemuan dewan keluarga perlu berfokus pada masalah atau keputusan. Anda dapat mengambil kesempatan untuk membagikan sesuatu yang positif mengenai pasangan Anda atau membagikan berkat-berkat dalam kehidupan Anda. Anda dapat merayakan pencapaian individu, membahas cara-cara untuk secara rohani memperkuat pernikahan dan keluarga Anda, membuat gol bersama, atau menyatakan rasa syukur atas kekuatan atau tindakan pelayanan pasangan Anda. Gunakan dewan keluarga untuk “membangun kebiasaan komunikasi dan respek bersama yang di atasnya … [Anda dan pasangan Anda] dapat bersandar ketika masalah serius dan sulit muncul.”10
Bertekunlah
“Marilah kita melakukan yang terbaik semampu kita dan mencoba untuk meningkat setiap hari. Ketika ketidaksempurnaan kita muncul, kita dapat terus berupaya untuk mengoreksinya. Kita dapat menjadi lebih mengampuni atas kelemahan dalam diri kita sendiri dan di antara mereka yang kita kasihi.”11
Akhirnya, ingatlah bahwa mengubah kebiasaan komunikasi yang buruk dengan pola-pola yang positif memerlukan waktu dan praktik. Dewan keluarga pertama Anda mungkin tampak aneh atau menakutkan, namun sewaktu Anda dengan rendah hati berusaha untuk saling berkomunikasi dan menyertakan Tuhan dalam keputusan-keputusan Anda, Anda akan dengan lebih baik memahami berkat-berkat dari dewan keluarga.
Tuhan menghendaki kita untuk memiliki kedamaian dalam rumah tangga kita dan dalam komunikasi kita. Dia menolong kita ketika kita gagal dan memberkati upaya-upaya kita. Dengan bantuan-Nya, kita dapat memelihara “sebuah suasana respek, memahami, dan harmonis”12 yang akan menjadikan rumah tangga kita, sebagaimana Presiden Thomas S. Monson janjikan, “sedikit surga di bumi ini.”13