2015
Selangkah Demi Selangkah
Januari 2015


Selangkah Demi Selangkah

Penulis tinggal di Utah, AS.

Remaja di Italia membagikan bagaimana mereka melayani Allah dengan segenap hati, daya, pikiran, dan kekuatan mereka.

illustration of young man climbing a cliff

Ilustrasi oleh Clayton Thompson

Sekarang Anda tahu bahwa tema Kebersamaan tahun ini adalah tentang pelayanan, apa yang akan Anda lakukan? Tuhan telah meminta Anda untuk melayani Dia dengan segenap hati, daya, pikiran, dan kekuatan Anda (lihat A&P 4:2). Itu banyak, dan itu dapat terasa membuat kewalahan. Namun tidaklah demikian.

“Itu seperti mendaki gunung,” tutur Marco D., dari Taranto, Italia. “Berpikir tentang mendaki seluruh gunung sekaligus adalah sukar, namun jika Anda melakukannya selangkah demi selangkah, itu jauh lebih mudah. Langkah satu kaki demi satu kaki, dan setelah Anda melangkah, pikirkan, ‘Saya berhasil!’ dan kemudian ambillah langkah berikutnya.”

Di tengah-tengah pizza, pasta, dan jalan bebatuan dari kehidupan Italia, para remaja di Italia selatan telah menemukan beberapa langkah yang berguna untuk berfokus sewaktu mereka berusaha untuk melayani dengan segenap hati, daya, pikiran, dan kekuatan mereka.

Carilah Bimbingan Rohani

Menerima bimbingan rohani merupakan langkah penting untuk melayani Tuhan, dan Davide C., 15, tahu bahwa itu tidak akan terjadi tanpa upaya di pihaknya. “Saya perlu menjadi alat dalam tangan Allah,” ujarnya. “Saya harus siap menerima dan mengikuti bisikan-bisikan Roh. Untuk melakukan itu, saya perlu terus-menerus mengelilingi diri saya dengan hal-hal dari Tuhan.”

Davide dan keluarganya adalah orang insaf di Gereja. Sebelum dia bahkan dibaptiskan, Davide belajar betapa pentingnya penelaahan tulisan suci itu. Saudara lelakinya yang terlebih dahulu dibaptiskan, dan orangtuanya segera menyusul. Davide tahu bahwa dia membutuhkan kesaksiannya sendiri. Sewaktu dia menelaah Kitab Mormon, dia merasakan Roh. Perasaan baik yang dia rasakan menolongnya membuat keputusan untuk bergabung dengan Gereja.

Empat tahun kemudian, Davide masih bersandar pada bimbingan dari Roh. “Kita harus menjadi konstan. Kita tidak boleh kendur dalam penelaahan tulisan suci dan doa kita,” dia bertutur.

Tetaplah Murni

Marco D., 17, menjelaskan pentingnya mematuhi perintah-perintah, terutama hukum kesucian. “Musuh menggoda kita dalam setiap cara, berupaya untuk mengacaukan kita,” ujar Marco. “Teman-teman juga dapat menjadi pengaruh yang buruk.” Beberapa tahun lalu Marco harus mengubah teman-teman dengan siapa dia meluangkan waktu karena dia mengenali pengaruh-pengaruh negatif yang mereka buat dalam pilihan-pilihannya. “Saya harus menemukan teman-teman yang menerima saya apa adanya dan bukan yang dunia harapkan saya untuk menjadi.”

Terkadang dalam pendakian kita ke gunung, kita tersandung. Sewaktu ini terjadi, “pergilah temui uskup dan berbicaralah secara terbuka dengannya,” Marco menasihati. “Uskup adalah kakak kita. Kita dapat memercayai dia.”

Upaya-upayanya untuk menjadi patuh dan tetap murni memberi Marco kesempatan untuk melayani Allah saat ini, dan itu juga mempersiapkan dia layak untuk kelak melayani misi penuh waktu.

photo of four young men

Sediakan Waktu

Manuel M., 17, mengetahui bahwa tidaklah selalu mudah untuk melayani Allah. “Kita sering diuji,” papar Manuel. “Terkadang kita lebih suka melakukan hal-hal lain. Terkadang saya lebih suka tidur, pergi ke pertandingan sepak bola, atau berkumpul dengan teman-teman saya. Namun ibu saya senantiasa mengajari saya bahwa kita harus memilih untuk melayani Tuhan. Juga tidak menjadi soal untuk melakukan hal-hal lain, namun melayani Tuhan perlu menjadi prioritas kita.”

Miriam D., 14, tahu bahwa satu-satunya cara baginya untuk memastikan penelaahan tulisan suci dan doa terjadi setiap hari adalah dengan menetapkan waktu tertentu untuk melakukannya. “Saya merasa seolah saya dapat menyelesaikan sangat banyak ketika saya menetapkan waktu,” ujar Miriam. “Selain itu, ketika kita mendedikasikan lebih banyak waktu bagi Tuhan, kita tidak dapat dicobai sebanyak—yang membuat kita menjadi lebih kuat.”

Layanilah dengan Sukarela

Bagi Sabrina D., 15, melayani dengan segenap hati, daya, pikiran, dan kekuatannya berarti melayani dengan buona volontà. Itu berarti melakukan segala sesuatu dengan sikap yang rela dan ceria.

Alessio I., 12, setuju: “Tidaklah masuk akal untuk melakukannya hanya karena uskup atau orangtua Anda memerintahkan Anda untuk melakukannya. Anda seharusnya tidak merasa berkewajiban. Tuhan ingin kita melayani untuk alasan yang benar.”

Bagaimana kita dapat memiliki lebih banyak buona volontà sewaktu kita melayani? “Membaca tulisan suci menolong saya, karena itu mengajarkan kepada kita bahwa melayani adalah hal yang benar untuk dilakukan,” tutur Sabrina.

Menelaah dan memahami Pendamaian dengan lebih baik juga dapat menolong kita melayani dengan sukarela dan penuh ceria. Elvisa D.,17, mengatakan, “Sama seperti Bapa Surgawi mengutus Putra-Nya, yang mengurbankan segalanya bagi kita, kita perlu bersedia untuk mendedikasikan semua semampu kita untuk melayani Tuhan.”

Fokuslah pada Sesama

Sister Giulia, 16, dan Veronica D., 14, tahu adalah penting untuk berfokus pada sesama. “Pelayanan menolong kita melihat orang secara berbeda. Ketika Anda melayani seseorang, Anda berdua diberkati,” Giulia berkata.

Veronica memaparkan, “Suatu saat saya benar-benar ingin membagikan Injil, namun saya tidak merasa siap. Saya takut. Namun ketika saya berfokus pada orang yang saya layani, saya merasa lebih yakin karena saya tahu bahwa Tuhan akan menolong saya.”

Giulia dan Veronica dapat melayani teman mereka, Virginia, dalam cara yang mengubah kehidupan. Mereka mulai mengundangnya untuk datang ke kegiatan Gereja bersama mereka. Mereka juga mengundang keluarga Virginia untuk melakukan hal-hal bersama keluarga mereka. Segera keluarga Virginia mulai bertemu dengan para misionaris. Satu tahun kemudian, Virginia dan adik perempuannya dibaptiskan.

Sekarang dia adalah anggota Gereja, Virginia mencari cara-cara untuk melayani orang lain di sekelilingnya. Dia benar-benar ingin membagikan Injil kepada orang lain. Terkadang teman-temannya di sekolah mengejek dia karena kepercayaan barunya, maka dia berdoa untuk mengetahui siapa yang hendaknya dia ajak bicara. Suatu hari Roh membisikinya untuk berbicara dengan seorang gadis yang dikenalnya. “Saya memberikan kepadanya sejilid Kitab Mormon dan mengundang dia untuk datang ke gereja bersama saya. Dia datang! Dan sekarang dia tengah membaca Kitab Mormon.”

Samuele D., 14, mencari kesempatan untuk memperkuat para anggota kuorumnya: “Saya berusaha untuk menolong anak-anak lelaki lainnya di kuorum saya dengan mendorong mereka di kelas. Terkadang mereka merasa malu atau gugup untuk berperan serta.” Samuele menuturkan bahwa menolong orang lain merasa yakin adalah sebuah cara dia dapat melayani Allah dan mempersiapkan diri bagi tanggung jawab-tanggung jawab di masa datang.

Mulailah Sekarang

Jadi, apa yang akan Anda lakukan? Alessio I. menuturkan, “Saya tidak harus menunggu sampai saya besar untuk membuat perbedaan. Saya perlu melakukannya sekarang.”

Langkah-langkah ini juga akan menolong Anda sewaktu Anda menyadari bahwa Anda adalah bagian berharga dari pekerjaan Tuhan. Lakukan selangkah demi selangkah. Anda akan membuat perbedaan penting sewaktu Anda belajar untuk memberikan segalanya dalam pelayanan Tuhan.

photo of youth