“Mari Kita Mengunjungi Bait Suci,” Liahona, Maret/April 2022.
Suara Orang Suci Zaman Akhir: Wanita Beriman
Mari Kita Mengunjungi Bait Suci
Saat saya berdoa untuk mengetahui bagaimana saya dapat membantu ibu mertua saya, saya berpikir tentang bait suci.
Selama pandemi COVID-19, Bait Suci Bogotá Kolombia ditutup. Karena saya tidak bisa lagi menghadirinya, terkadang saya berangan-angan saya berjalan di bait suci, mengingat-ingat pelayanan yang telah saya berikan di sana sebagai pekerja bait suci.
Ibu mertua saya menjadi sakit parah segera setelah karantina COVID-19 mulai di Kolombia. Saat saya berdoa untuk mengetahui bagaimana saya dapat menolongnya, saya berpikir tentang bait suci.
Sewaktu saya berpikir tentang bait suci, saya merasa dibisiki oleh Roh Kudus untuk menanyakan kepada ibu mertua saya apakah dia mau dalam angan-angan mengunjungi “salah satu tempat terindah di bumi” bersama saya.
Dengan suara yang lemah, dia menjawab, “Ya.”
Kami membayangkan mulai dari rumahnya di Medellin, melakukan perjalanan ke rumah saya di Bogotá, dan kemudian tiba di bait suci. Kami membayangkan masuk dan melayani di dalam bait suci. Kami membayangkan duduk bersama dalam ruang selestial, sambil mengucapkan doa syukur kepada Tuhan.
Setelah itu, kami memohon kepada Bapa Surgawi agar ibu mertua saya, menurut kehendak-Nya, dapat memperoleh kembali kesehatannya dan akhirnya diperkenankan untuk kembali secara fisik ke bait suci. Itu merupakan pengalaman istimewa dan khusyuk baginya yang menguatkan dan menyemangatinya.
Salah satu kisah tentang Juruselamat yang paling menyentuh saya terjadi di kota Kapernaum. Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan dapat memberkati dan menyembuhkan orang lain melalui bantuan dari para anggota keluarga dan teman-teman.
Ketika orang-orang di Kapernaum mengetahui bahwa Yesus berada di sebuah rumah, mereka membawa kepada-Nya seorang pria yang menderita kelumpuhan.
“Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.”
Ketika Yesus melihat iman mereka, Dia berkata kepada pria itu, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu.” (Lihat Markus 2:1–11).
Seperti pria yang menderita lumpuh itu, ibu mertua saya disembuhkan oleh kuasa Juruselamat melalui berkat imamat dan melalui imannya serta iman keluarga dan teman-teman.
Di masa-masa yang tidak pasti ini, saya tahu kita dapat menerima bimbingan untuk menguatkan dan menyemangati mereka yang sedang berada dalam keadaan membutuhkan. Jika kita berpaling kepada Bapa Surgawi kita dan selalu mengingat Dia dan Putra-Nya, kita dapat memperoleh kedamaian, harapan, dan penyembuhan.