Perpustakaan
Pelajaran 20: Pernikahan Jamak


Pelajaran 20

Pernikahan Jamak

Pendahuluan

Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita merupakan hukum Tuhan kecuali Dia memerintahkan lain (lihat Yakub 2:27–30). Nabi Joseph Smith diperintahkan untuk memulihkan praktik pernikahan jamak, yang dipraktikkan di Gereja selama lebih dari setengah abad sampai Presiden Wilford Woodruff diilhami oleh Tuhan untuk menghentikan praktik tersebut. Pernikahan jamak merupakan ujian iman yang signifikan bagi Joseph Smith dan kebanyakan dari mereka yang mempraktikkannya. Sewaktu siswa beriman, mereka dapat tiba pada pengetahuan bahwa praktik pernikahan jamak di zaman akhir merupakan bagian dari Pemulihan segala sesuatu.

Bacaan Latar Belakang

  • “Plural Marriage in The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints [Pernikahan Jamak dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics.

  • “Plural Marriage in Kirtland and Nauvoo [Pernikahan Jamak di Kirtland dan Nauvoo],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics.

  • “Plural Marriage and Families in Early Utah [Pernikahan Jamak dan Keluarga di Utah di Masa Awal],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics.

  • “The Manifesto and the End of Plural Marriage [Manifesto dan Akhir dari Pernikahan Jamak],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics.

Catatan: Uraian-uraian Topik Injil akan menyediakan bagi Anda materi yang jauh lebih banyak daripada yang dapat Anda ajarkan dalam waktu yang tersedia. Mohon sadari hal ini dalam persiapan dan petunjuk pelajaran Anda.

Saran untuk Pengajaran

Yakub 2:27–30; Ajaran dan Perjanjian 132:1–2, 34–48, 54, 63

Tuhan mengungkapkan praktik pernikahan jamak

Jelaskan bahwa pada tahun 1831, sementara Joseph Smith sedang mengerjakan penerjemahan yang diilhami dari Perjanjian Lama, dikenal sebagai Terjemahan Joseph Smith, dia membaca bahwa sebagian nabi zaman dahulu mempraktikkan pernikahan jamak (juga disebut poligami). Para nabi ini mencakup antara lain Abraham, Yakub, Musa, dan Daud. Joseph Smith menelaah dan merenungkan tulisan suci untuk mengetahui bagaimana para nabi ini dibenarkan dalam praktik ini (lihat A&P 132:1–2). Tuhan mengungkapkan jawaban atas pertanyaannya dalam sebuah wahyu yang sekarang dikenal sebagai Ajaran dan Perjanjian 132. Meskipun tanggal wahyu ini tertera 12 Juli 1843, kemungkinan besar Joseph Smith menerima wahyu mengenai asas-asas yang dicatat dalam bagian ini dengan berjalannya waktu, dimulai sedini tahun 1831.

Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang dari Ajaran dan Perjanjian 132:34–36. Mintalah kelas untuk mengikuti, mencari mengapa Abraham dan Sara mulai mempraktikkan pernikahan jamak.

  • Menurut ayat 34, mengapa Sara memberi Abraham istri lain? Apa yang ini ajarkan kepada kita mengenai praktik pernikahan jamak? (Sewaktu siswa menanggapi, tulislah asas berikut di papan tulis: Pernikahan jamak adalah praktik yang dapat diterima hanya ketika Tuhan memerintahkannya).

Undanglah seorang siswa untuk membacakan Yakub 2:27, 30 dengan lantang. Tekankan asas berikut: Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita merupakan hukum Tuhan kecuali Dia memerintahkan lain. Tandaskan bahwa ayat-ayat ini juga menyertakan alasan yang diberikan oleh Tuhan untuk praktik pernikahan jamak—untuk “membangkitkan benih keturunan bagi [Tuhan]” dengan meningkatkan jumlah anak yang dilahirkan orangtua yang setia (lihat juga A&P 132:63).

Jelaskan bahwa Tuhan mengungkapkan kepada Joseph Smith, sebagaimana dicatat dalam Ajaran dan Perjanjian 132:37–43, bahwa ketika umat-Nya mempraktikkan pernikahan jamak karena Dia telah memerintahkan mereka untuk melakukannya, mereka tidak bersalah akan dosa perzinaan. Meskipun demikian, siapa pun yang mempraktikkan pernikahan jamak tanpa menerima perintah dari Tuhan melalui nabi-Nya bersalah akan perzinaan. Tandaskan kepada siswa bahwa kata dihancurkan dalam ayat 41 dan 54 berarti bahwa mereka yang melanggar perjanjian sakral mereka, termasuk perjanjian pernikahan mereka, akan dipisahkan dari Allah dan dari umat perjanjian-Nya (lihat juga Kisah para Rasul 3:22–23; 1 Nefi 22:20).

Undanglah siswa untuk membaca dalam hati Ajaran dan Perjanjian 132:40 dan mengidentifikasi alasan lain yang diberikan Tuhan untuk praktik pernikahan jamak.

  • Menurut ayat 40, apa yang akan Tuhan lakukan dalam dispensasi terakhir? (“Memulihkan segala sesuatu”).

Jelaskan bahwa kata “segala sesuatu” merujuk pada hukum dan tata cara Injil yang telah diungkapkan pada dispensasi-dispensasi sebelumnya. Tuliskan kebenaran berikut di papan tulis: Perintah untuk menjalankan hukum pernikahan jamak di zaman akhir merupakan bagian dari Pemulihan segala sesuatu (lihat juga Kisah para Rasul 3:20–21).

Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang Ajaran dan Perjanjian 132:45, 48. Mintalah kelas untuk mengikuti, mencari apa yang memungkinkan bagi Joseph Smith untuk berperan serta dalam mendatangkan Pemulihan segala sesuatu. Bantulah siswa memahami asas berikut: Pernikahan jamak dapat diwenangkan hanya melalui melalui kunci-kunci imamat yang diberikan kepada Presiden Gereja.

Distribusikan salinan dari selebaran yang terdapat di akhir pelajaran kepada setiap siswa. Undanglah seorang siswa untuk membacakan dengan lantang bagian pertama, berjudul “Pernikahan Jamak.”

Gambar
selebaran, Memahami Pernikahan Jamak
  • Bagaimana mengetahui bahwa praktik pernikahan jamak diberikan melalui wahyu kepada Nabi Joseph Smith membantu Anda lebih memahami praktiknya di masa awal Gereja?

Praktik pernikahan jamak merupakan ujian iman

Undanglah separuh kelas untuk membaca dalam hati bagian selebaran berjudul “Sebuah Perintah yang Sulit.” Suruhlah separuh kelas yang lain untuk membaca bagian berjudul “Sebuah Ujian Iman.” Kemudian bahaslah pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apa saja alasan mengapa Nabi Joseph Smith dan yang lainnya mungkin ragu untuk mengimplementasikan praktik pernikahan jamak?

  • Apa yang Joseph Smith, Lucy Walker, dan orang lainnya alami yang pada akhirnya membantu mereka mengatasi kesulitan-kesulitan besar sehingga mereka dapat menerima dan menjalankan hukum pernikahan jamak?

Mintalah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang bagian selebaran berjudul “Joseph Smith dan Pernikahan Jamak.”

Jelaskan kepada siswa bahwa ada banyak yang tidak kita ketahui mengenai praktik pernikahan jamak dalam Gereja di masa awal. Misalnya, pemahaman terkini kita akan istilah pemeteraian tidaklah persis sama seperti pemahaman akan istilah ini di tahun 1840-an, ketika praktik pemeteraian masih baru dan beberapa aspek dari praktik tersebut belum sepenuhnya dipahami. Kita mendengar istilah pemeteraian dan otomatis berpikir tentang pernikahan, tetapi bagi Joseph Smith dan Orang Suci di masa awal, pemeteraian tidak selalu berarti pernikahan dalam pengertian yang penuh, yang berarti hidup bersama sebagai suami dan istri. Banyak rincian dari praktik pernikahan jamak dahulu dijaga kerahasiaannya, dan catatan sejarah memang tidak menjawab semua pertanyaan kita. Imbaulah siswa untuk menelaah Bacaan Siswa yang tercantum di akhir pelajaran untuk tambahan informasi mengenai praktik pernikahan jamak.

Anda mungkin ingin mengingatkan siswa bahwa sewaktu mereka menelaah tentang pernikahan jamak, mereka hendaknya mengingat pola yang Nabi Joseph Smith ikuti dalam pembelajaran Injil-Nya. Dia menelaah, merenungkan, dan berdoa untuk memperoleh pengetahuan. Mereka hendaknya mengingat bahwa banyak informasi yang tidak dapat diandalkan mengenai pernikahan jamak terdapat di Internet dan dalam banyak sumber cetakan. Beberapa penulis yang menulis tentang Gereja dan sejarahnya menyajikan informasi di luar konteks, atau mereka menyertakan sebagian kebenaran yang dapat menyesatkan. Niat dari sebagian tulisan ini adalah untuk menghancurkan iman.

Maklumat Resmi 1

Tuhan mengungkapkan bahwa Orang Suci Zaman Akhir hendaknya menghentikan praktik pernikahan jamak

Jelaskan bahwa praktik pernikahan jamak meluas setelah Orang Suci tiba di area Utah dan kemudian belakangan dihentikan sesuai dengan wahyu. Mintalah siswa bergiliran membacakan dengan lantang bagian selebaran berjudul “Penentangan terhadap Pernikahan Jamak” dan “Manifesto Kedua.”

  • Konsekuensi apa yang Orang Suci Zaman Akhir di masa awal hadapi karena mereka mematuhi perintah Tuhan untuk mempraktikkan pernikahan jamak?

Undanglah beberapa siswa untuk bergiliran membacakan dengan lantang dua paragraf terakhir dari Maklumat Resmi 1 dalam Ajaran dan Perjanjian serta paragraf pertama dan ketujuh dari “Cuplikan dari Tiga Ceramah oleh Presiden Wilford Woodruff Perihal Manifesto,” yang mengikuti Maklumat Resmi 1. Kemudian tanyakan:

  • Apa yang Presiden Woodruff ajarkan kepada Orang Suci? (Beberapa dari asas yang dia ajarkan mencakup yang berikut: Tuhan tidak akan pernah membiarkan Presiden Gereja menyesatkan Gereja. Tuhan mengarahkan Gereja-Nya melalui wahyu kepada Presiden Gereja.

Yang berikut mungkin bermanfaat dalam menjelaskan lebih lanjut keputusan untuk mengakhiri praktik pernikahan jamak:

Gambar
Presiden George Q. Cannon

“Presiden George Q. Cannon memikirkan proses pengungkapan yang mendatangkan Manifesto: ‘Presidensi Gereja harus berjalan sama seperti Anda berjalan,’ katanya. Merek harus melangkah sama seperti Anda melangkah. Mereka harus bersandar pada wahyu Allah sewaktu itu datang kepada mereka. Mereka tidak dapat melihat akhir dari awal, seperti Tuhan melihatnya.’ ‘Yang dapat kita lakukan,’ kata Cannon, berbicara mengenai Presidensi Utama, ‘adalah mengupayakan pikiran dan kehendak Allah, dan ketika itu datang kepada kita, meskipun itu mungkin bersentuhan dengan setiap perasaan yang sebelum telah kita bina, kita tidak memiliki pilihan kecuali untuk mengambil langkah yang Allah tandaskan, dan untuk percaya kepada-Nya’” (“The Manifesto and the End of Plural Marriage [Manifesto dan Akhir dari Pernikahan Jamak],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Akhiri pelajaran dengan bertanya kepada siswa:

  • Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari, bagaimana Anda akan menanggapi jika seseorang bertanya kepada Anda apakah Orang Suci Zaman Akhir mempraktikkan pernikahan jamak?

Pertimbangkan untuk berbagi pernyataan berikut oleh Presiden Gordon B. Hinckley (1910–2008):

Gambar
Presiden Gordon B. Hinckley

“Jika ada anggota kita yang ditemukan mempraktikkan pernikahan jamak, mereka diekskomunikasi, penalti paling serius yang dapat Gereja kenakan. … Lebih dari seabad lalu Allah dengan jelas mengungkapkan kepada Nabi-Nya Wilford Woodruff bahwa praktik pernikahan jamak hendaknya dihentikan yang berarti bahwa itu sekarang menentang hukum Allah. Bahkan di negara-negara di mana hukum sipil atau agama memperkenankan poligami, Gereja mengajarkan bahwa pernikahan haruslah monogami dan tidak menerimake dalam keanggotaannya mereka yang mempraktikkan pernikahan jamak” (“What Are People Asking about Us?” Ensign, November 1998, 71–72).

Paragraf berikut juga mungkin bermanfaat sewaktu Anda membahas praktik Gereja terkini:

“Konsisten dengan ajaran Joseph Smith, Gereja mengizinkan seorang pria yang istrinya telah meninggal untuk dimeteraikan kepada wanita lain ketika dia menikah kembali. Terlebih lagi, anggota diizinkan untuk melakukan tata cara demi pria dan wanita yang telah meninggal yang menikah lebih dari sekali di bumi, memeteraikan mereka kepada semua pasangan mereka kepada siapa mereka menikah secara resmi. Keadaan persisnya dari hubungan-hubungan ini di kehidupan mendatang tidaklah diketahui, dan banyak hubungan keluarga akan dibereskan dalam kehidupan mendatang. Orang Suci diimbau untuk percaya kepada Bapa Surgawi kita yang bijak, yang mengasihi anak-anak-Nya serta melakukan segala sesuatu bagi pertumbuhan dan keselamatan mereka” (“Plural Marriage in Kirtland and Nauvoo [Pernikahan Jamak di Kirtland dan Nauvoo],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Sebelum mengakhiri pelajaran, mungkin bijak untuk memberi tahu siswa bahwa beberapa orang yang telah murtad dari Gereja mempraktikkan pernikahan jamak dewasa ini. Mereka mendorong orang untuk berdoa dan merenungkan apakah benar untuk mempraktikkan pernikahan jamak dewasa ini. Kita hendaknya tidak mengupayakan untuk menerima wahyu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan ungkapkan melalui para nabi-Nya. Tuhan telah mengungkapkan melalui nabi-Nya bahwa praktik pernikahan jamak telah dihentikan dalam Gereja. Siapa pun yang mendukung praktik pernikahan jamak dewasa ini bukanlah hamba Tuhan.

Bagikan kesaksian Anda mengenai Nabi Joseph Smith Anda mungkin ingin bersaksi bahwa dia menerima dan mematuhi wahyu dari Allah, sama seperti para nabi zaman dahulu Abraham, Ishak, dan Yakub (lihat A&P 132:37).

Bacaan Siswa

Memahami Pernikahan Jamak

Landasan Pemulihan—Pelajaran 20

Pernikahan Jamak

“Orang Suci Zaman Akhir percaya bahwa pernikahan seorang pria dan seorang wanita merupakan hukum tetap Tuhan mengenai pernikahan. Di zaman Alkitab, Tuhan memerintahkan beberapa orang untuk mempraktikkan pernikahan jamak—pernikahan seorang pria dengan lebih dari seorang wanita. Melalui wahyu, Tuhan memerintahkan Joseph Smith untuk memberlakukan pernikahan jamak di antara anggota Gereja di awal tahun 1840-an. Selama lebih dari setengah abad, pernikahan jamak dipraktikkan oleh sebagian Orang Suci Zaman Akhir di bawah arahan Presiden Gereja” (“Plural Marriage in The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints [Pernikahan Jamak dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Sebuah Perintah yang Sulit

Eliza R. Snow (1804–1887), presiden umum Lembaga Pertolongan yang kedua, dimeteraikan kepada Nabi Joseph Smith. Dia mencatat pengalaman berikut di mana Nabi Joseph mengajarkan asas pernikahan jamak kepada saudara lelaki Eliza, Lorenzo Snow.

“Nabi Joseph mencurahkan isi hatinya [kepada Lorenzo Snow], dan menggambarkan cobaan mental berat yang dia alami dalam mengatasi perasaan jijiknya, akibat alami dari pendidikan dan kebiasaan sosial, sehubungan dengan pengenalan akan pernikahan jamak. Dia mengenal suara Allah—dia mengetahui perintah dari yang Mahakuasa kepadanya adalah untuk terus maju—untuk memberikan teladan, dan menegakkan pernikahan kekal Selestial. Dia tahu bahwa dia harus memerangi dan mengatasi bukan saja prasangka dan keinginan pribadinya sendiri, tetapi juga yang berasal dari seluruh dunia Kristen akan menatap wajahnya; tetapi Allah, yang adalah di atas segalanya, telah memberikan perintah tersebut, dan Dia harus dipatuhi. Namun Nabi ragu dan menangguhkan dari waktu ke waktu, sampai seorang malaikat Allah berdiri di sisinya dengan pedang terhunus, dan memberi tahu dia bahwa, kecuali dia bergerak maju dan menegakkan pernikahan jamak, Imamatnya akan diambil dari dirinya dan dia akan dihancurkan! Kesaksian ini bukan saja dia berikan kepada saudara lelaki saya, tetapi juga kepada orang lain—kesaksian yang tidak dapat disangkal [dikontradiksi]” (Biography and Family Record of Lorenzo Snow [1884], 69–70).

Sebuah Ujian Iman

Banyak yang bergumul dengan asas pernikahan jamak diberkati dengan kesaksian rohani yang mengukuhkan akan kebenaran asas tersebut.

“Menurut Helen Mar Kimball, Joseph Smith menyatakan bahwa ‘praktik dari asas ini akan merupakan pencobaan terberat yang pernah Orang Suci hadapi untuk menguji iman mereka.’ Meskipun itu merupakan salah satu pencobaan ‘terberat’ dari kehidupannya, dia bersaksi bahwa itu juga telah merupakan ‘salah satu berkat terbesar.’ …

Lucy Walker mengenang kegalauan batinnya ketika Joseph Smith mengundang dia untuk menjadi istrinya. ‘Segenap perasaan jiwa saya memberontak melawannya,’ tulisnya. Namun, setelah beberapa malam yang gelisah di mana dia berlutut dalam doa, dia menemukan kelegaan sewaktu kamarnya ‘dipenuhi dengan pengaruh kudus’ serupa dengan ‘cahaya matahari yang cemerlang.’ Dia berkata, ‘Jiwa saya dipenuhi dengan kedamaian manis yang tenang yang belum pernah saya ketahui,’ dan ‘kebahagiaan hebat mengambil alih seluruh diri saya’” (“Plural Marriage in Kirtland and Nauvoo [Pernikahan Jamak di Kirtland dan Nauvoo],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Joseph Smith dan Pernikahan Jamak

Banyak wanita dimeteraikan kepada Joseph Smith, tetapi jumlah persisnya tidak diketahui.

“Sepanjang era di mana pernikahan jamak dipraktikkan, Orang Suci Zaman Akhir membedakan antara pemeteraian untuk waktu ini dan kekekalan dengan pemeteraian untuk kekekalan saja. Pemeteraian untuk waktu dan kekekalan mencakup komitmen dan hubungan selama kehidupan ini, umumnya dengan kemungkinan hubungan seksual. Pemeteraian kekekalan-semata mengindikasikan hubungan dalam kehidupan berikutnya semata.

… Beberapa wanita yang dimeteraikan kepada Joseph Smith kemudian bersaksi bahwa pernikahan mereka adalah untuk waktu ini dan kekekalan, sementara yang lainnya mengindikasikan bahwa hubungan mereka adalah untuk kekekalan semata.

Kebanyakan dari mereka yang dimeteraikan kepada Joseph Smith berusia antara 20 dan 40 tahun pada waktu pemeteraian mereka kepadanya. Yang tertua, Fanny Young, berusia 56 tahun. Yang termuda adalah Helen Mar Kimball, … yang dimeteraikan kepada Joseph beberapa bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-15. Pernikahan pada usia seperti itu, tidak pantas menurut standar dewasa ini, adalah legal di era itu, dan sebagian wanita menikah di pertengahan masa remaja mereka. Helen Mar Kimball berbicara mengenai pemeteraiannya kepada Joseph sebagai ‘untuk kekekalan semata,’ menyarankan bahwa hubungan itu tidak mencakup hubungan seksual …

… Joseph Smith dimeteraikan kepada sejumlah wanita yang telah menikah. Baik para wanita ini maupun Joseph menjelaskan banyak mengenai pemeteraian ini, meskipun beberapa wanita mengatakan itu untuk kekekalan semata. Wanita lainnya tidak meninggalkan catatan, yang menjadikannya tidak jelas apakah pemeteraian mereka untuk waktu fana dan kekekalan atau untuk kekekalan semata.

Ada beberapa kemungkinan penjelasan untuk praktik ini. Pemeteraian-pemeteraian ini mungkin telah menyediakan cara untuk menciptakan ikatan atau mata rantai kekal antara keluarga Joseph dengan keluarga lainnya di dalam Gereja. Ikatan ini terentang baik secara vertikal, dari orangtua kepada anak, maupun secara horizontal, dari satu keluarga ke yang lainnya. Dewasa ini ikatan kekal semacam itu dicapai melalui pernikahan bait suci dari individu yang juga dimeteraikan kepada keluarga kelahiran mereka sendiri, dengan cara demikian menautkan keluarga-keluarga bersama” (“Plural Marriage in Kirtland and Nauvoo [Pernikahan Jamak di Kirtland dan Nauvoo],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Setelah kematian Nabi, banyak wanita dimeteraikan kepadanya yang tidak memiliki hubungan fana dengan dirinya.

Penentangan terhadap Pernikahan Kekal

Banyak pemimpin keagamaan dan politik di Amerika Serikat menentang sistem pernikahan jamak, yang mereka anggap amoral dan tidak beradab. Orang Suci Zaman Akhir diolok-olok dalam pidato publik, buku, majalah, dan surat kabar. Kongres Amerika Serikat menerbitkan undang-undang yang membatasi kebebasan anggota Gereja dan merugikan Gereja secara ekonomi dengan membatasi jumlah properti yang dapat Gereja miliki. “Undang-undang itu akhirnya menyebabkan polisi menangkap dan menahan orang-orang yang mempunyai istri lebih dari seorang dan mencabut hak pilih mereka, hak privasi di rumah mereka, dan kebebasan-kebebasan umum lainnya” (Pusaka Kita: Sejarah Singkat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir [1996], 109). Hingga tahun 1890, ratusan Orang Suci Zaman Akhir telah mengalami dipenjara. Yang lainnya pergi bersembunyi untuk menghindari penangkapan dan pemenjaraan. Dalam situasi seperti ini, banyak keluarga menderita karena stres, kesedihan, kemiskinan, dan kelaparan.

Meskipun dunia mengolok-olok mereka karena mempraktikkan pernikahan jamak, banyak Orang Suci Zaman Akhir mempertahankan praktik tersebut dan bersaksi bahwa mereka tahu itu telah diwahyukan oleh Allah melalui Nabi Joseph Smith.

Keadaan sulit ini menuntun Presiden Wilford Woodruff untuk dengan penuh doa mencari bimbingan Tuhan mengenai praktik pernikahan jamak Orang Suci. Pada tahun 1889, Presiden Woodruff menginstruksikan para pemimpin Gereja untuk berhenti mengajarkan asas pernikahan jamak. Di tahun 1890, sangat sedikit pernikahan jamak yang dilakukan, dan ini dilakukan bertentangan dengan nasihat Presiden Woodruff. Meskipun demikian, beberapa orang menerbitkan laporan bahwa Gereja masih mempromosikan praktik pernikahan jamak. Laporan-laporan ini mendatangkan lebih banyak pertentangan bagi Gereja. Bulan September 1890, Presiden Woodruff menerbitkan sebuah Manifesto, yang sekarang dikenal Maklumat Resmi 1 dalam Ajaran dan Perjanjian.

Manifesto Kedua

“Manifesto [Maklumat Resmi 1] tersebut memaklumkan niat Presiden [Wilford] Woodruff untuk tunduk pada hukum Amerika Serikat. Itu tidak mengatakan apa pun mengenai hukum dari negara lain. Sejak pembukaan koloni di Meksiko dan Kanada, pemimpin Gereja telah melangsungkan pernikahan jamak di negeri-negeri itu, dan setelah Oktober 1890, pernikahan jamak terus dilakukan dengan diam-diam di sana. … Dalam keadaan yang luar biasa, jumlah yang lebih sedikit lagi pernikahan jamak dilangsungkan di Amerika Serikat antara tahun 1890 dan 1904, meskipun apakah pernikahan-pernikahan tersebut diwenangkan untuk dilangsungkan dalam negara bagian terkait tidaklah jelas” (“The Manifesto and the End of Plural Marriage [Manifesto dan Akhir dari Pernikahan Jamak],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Pada konferensi umum April 1904, Presiden [Joseph F.] Smith menerbitkan pernyataan yang kuat, dikenal sebagai Manifesto Kedua, yang menjadikan pernikahan jamak yang baru dapat dihukum dengan ekskomunikasi” (“Plural Marriage in The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints [Pernikahan Jamak dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir],” Gospel Topics [Topik Injil], lds.org/topics).

Cetak