Renungkan: Bagaimana kita belajar untuk terus bekerja dalam suatu tugas sampai selesai?
Saksikan: “Hanya Seorang Pemahat Batu” (Tidak ada video? Baca halaman berikutnya ).
Bahas: Bagaimana kita belajar untuk terus maju bahkan meskipun sulit? Bagaimana percaya kepada Tuhan memengaruhi kemampuan kita untuk bertahan?
Baca: Pernyataan oleh Presiden Faust; Ibrani 12:1 ; Ajaran dan Perjanjian 58:4 (sebelah kanan)
“Sifat bertahan ditunjukkan oleh mereka yang … tidak menyerah bahkan ketika orang lain berkata, “Ini tidak dapat dilakukan’”
James E. Faust, Sifat Bertahan,” Ensign atau Liahona, Mei 2005, 51
“Karena setelah banyak kesukaran datanglah berkat.”
Praktik: Bekerjalah bersama untuk mempelajari pola ini untuk bertahan dan mengatasi tantangan-tantangan:
Sebagai kelompok, bacalah setiap langkah dalam pola di bawah.
Berpalinglah kepada seseorang dalam kelompok. Bertanyalah terhadap satu sama lain apakah ada kewajiban atau tugas yang sangat sulit bagi mereka.
Bantulah satu sama lain memeriksa empat langkah di bawah, membicarakan mengenai kewajiban atau tugas yang sulit.
Buatlah komitmen terhadap satu sama lain bahwa Anda akan bertahan—bahwa Anda akan terus maju sampai kewajiban atau tugas diselesaikan dengan baik.
Buatlah daftar berkat-berkat Anda.
Mintalah teman, teman sebaya, anggota kelompok, dan orang lain untuk bantuan.
Hindari keraguan. Ingatlah Tuhan memiliki segala kuasa. Berserulah kepada-Nya dan terimalah kehendak-Nya.
Jangan pernah menyerah; bertahanlah dengan iman.
“Jangan terjatuh ke dalam godaan yang menjerat Laman dan Lemuel. Ketika mereka menerima tugas yang luar biasa untuk mengambil lempengan-lempengan Laban, laporan menunjukkan bahwa mereka menggerutu, mengatakan bahwa hal yang telah diperintahkan untuk mereka lakukan adalah sulit. Dan mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh berkat mereka. Sebaliknya, biarkanlah sikap Anda menjadi seperti yang dimiliki adik mereka, Nefi: ‘Aku akan pergi dan melakukan apa yang telah Tuhan perintahkan’ (lihat 1 Nefi 3:5–7 ).”
Thomas S. Monson, Teachings of Thomas S. Monson (2011), 54
Praktik: Pilihlah sebuah tantangan yang dihadapi keluarga Anda. Gunakan pola di atas dan identifikasi dua atau tiga cara Anda dapat maju terus dengan iman, percaya bahwa Allah akan menyediakan:
Buat Catatan
Komitmen: Buatlah komitmen untuk melakukan tindakan-tindakan berikut selama minggu ini. Berilah tanda centang pada kotak setelah Anda menyelesaikan setiap tugas:
Praktikkan untuk bertahan dengan cara-cara yang Anda identifikasi di atas.
Ajarkan asas ini kepada keluarga Anda.
Lanjutkan mempraktikkan asas landasan sebelumnya.
“Tanggung jawab kita adalah untuk meningkat dari biasa saja menjadi kompeten, dari kegagalan menjadi prestasi. Tugas kita adalah untuk berusaha menjadi diri sendiri yang terbaik. Salah satu karunia terbesar Allah untuk kita adalah sukacita dari mencoba lagi, karena tidak ada kegagalan yang sifatnya final.”
Thomas S. Monson, “The Will Within,” Ensign, Mei 1987, 68
Jika Anda tidak bisa menyaksikan video, baca naskah berikut.
PENATUA HOLLAND: John R. Moyle adalah seorang pionir dari Inggris yang melintasi Amerika Serikat menarik kereta tangan. Dia menetap di Alpine, Utah, kira-kira 22 mil (35 kilometer) dari Bait Suci Salt Lake.
Brigham Young memanggil Brother Moyle untuk menjadi ketua pengawas dalam pekerjaan tukang batu selama pembangunan Bait Suci Salt Lake.
Untuk memastikan dia selalu di tempat kerja pukul 8.00 pagi setiap Senin, Brother Moyle mulai berjalan 22 mil kira-kira pukul 2.00 pagi. Dia menyelesaikan pekerjaan mingguannya pukul 5.00 sore pada hari Jumat dan kemudian mulai berjalan pulang, tiba di rumah hampir tengah malam. Setiap minggu dia mengulangi jadwal tersebut selama hampir 20 tahun selama pembangunan bait suci.
Pernah pada saat dia berada di rumah di suatu akhir pekan ketika, salah satu dari sapinya tiba-tiba berlari saat dia sedang memerah susu dan menendang kaki Brother Moyle, sehingga membuat tulang tepat di bawah lututnya patah.
Di tanah pertanian mereka tidak memiliki bantuan medis yang baik, sehingga keluarga dan teman-temannya membuka daun pintu dari engsel dan mengikat dia di atasnya, meja operasi sementara itu. Lalu mereka mengambil gergaji yang mereka gunakan untuk memotong cabang kayu sebuah pohon di dekat rumah dan mengamputasi kakinya tepat beberapa inci di bawah lutut.
Ketika kakinya akhir mulai sembuh, Brother Moyle mengambil sepotong kayu dan membuat sebuah kaki buatan. Pertama dia berjalan di dalam rumah. Lalu dia berjalan di sekeliling pekarangan rumah. Akhirnya dia berjalan ke luar mengelilingi tanah pertaniannya.
Ketika dia merasa bahwa dia bisa tahan terhadap rasa sakit, dia mengikat kaki kayunya pada kakinya, berjalan 22 mil ke Bait Suci Salt Lake, naik ke perancah, dan dengan sebuah pahat di tangannya mengukir pernyataan yang berbunyi “Holiness to the Lord [Kekudusan bagi Tuhan].”
(Lihat juga Jeffrey R. Holland, “Bagaikan Merpati di Jendela Kita,” Liahona, Juli 2000, 93).