Bab 8
Berkat-Berkat Bait Suci bagi Diri Kita dan Leluhur Kita
Tujuan bait suci adalah untuk menyediakan sebuah tempat di mana tata cara-tata cara kudus dilaksanakan bagi yang hidup dan bagi yang mati.
Dari Kehidupan George Albert Smith
Pada 1905, sebagai Rasul baru, George Albert Smith melakukan perjalanan ke beberapa tempat penting dalam sejarah Gereja bersama Presiden Joseph F. Smith dan para anggota lainnya dari Kuorum Dua Belas. Satu tempat yang mereka kunjungi adalah Kirtland, Ohio, di mana para Orang Suci masa awal telah membangun bait suci pertama dalam dispensasi ini. “Mendekati kota itu,” Penatua Smith mengingat, “hal pertama yang menyambut pandangan kami adalah Bait Suci Kirtland nan indah .… Di sanalah ketika Nabi Joseph Smith dan [Oliver Cowdery] melihat Juruselamat di atas sandaran mimbar. Di sanalah ketika Musa memercayakan kepada mereka kunci-kunci pengumpulan Israel; dan ketika Elias dan Elia datang dalam kuasa dan keagungan dari pemanggilan besar mereka, dan menyerahkan kunci-kunci yang telah dipercayakan pada pengurusan mereka pada masa pelayanan mereka di bumi.”
Sewaktu kelompok itu berjalan melalui bait suci, Penatua Smith berpikir tentang para Orang Suci yang berbakti yang membangunnya. “Ketika kita sadar bahwa bangunan itu dibangun oleh orang-orang yang amat miskin, betapa orang-orang yang berani bekerja pada saat siang hari untuk meletakkan landasan dan membangun tembok-tembok bangunan itu, dan kemudian pada malam hari bertahan dan mempertahankannya dengan senjata terhadap mereka yang telah bersumpah bahwa bangunan itu tidak akan pernah dirampungkan, kita tidak dapat membantu namun merasakan bahwa tidaklah heran Tuhan menerima persembahan mereka dan memberkati mereka sementara sedikit orang telah diberkati di atas bumi.”1
Bertahun-tahun kemudian, setelah ditetapkan sebagai Presiden Gereja, Presiden Smith mendedikasikan Bait Suci Idaho Falls, Idaho. Dalam doa pendedikasian itu, dia berterima kasih atas pekerjaan penyelamatan yang dilaksanakan dalam bait suci bagi mereka yang hidup dan yang mati:
“Kami berterima kasih kepada-Mu, Ya Allah, yang mengutus Elia, Nabi zaman dahulu, yang kepadanya ‘… dipercayakan kunci-kunci kuasa memalingkan hati leluhur kepada anak-anak, dan hati anak-anak kepada leluhur, agar seluruh bumi boleh tidak dihantam dengan kutukan’ [A&P 27:9]. Kami berterima kasih kepada-Mu bahwa dia diutus kepada hamba-Mu, Joseph Smith, untuk menganugerahkan kunci-kunci dan wewenang untuk pekerjaan bagi yang mati, dan untuk mengungkapkan bahwa rencana keselamatan mencakup seluruh keluarga manusia, bahwa Injil adalah universal dalam jangkauan, dan bahwa Engkau bukanlah orang yang pilih kasih, telah menyediakan untuk pengkhotbahan Injil keselamatan bagi baik yang hidup maupun yang mati. Kami sangat bersyukur kepada-Mu bahwa keselamatan disediakan bagi semua orang yang berhasrat untuk diselamatkan dalam kerajaan-Mu.
Semoga menyenangkan bagi umat-Mu untuk menyelidiki silsilah nenek moyang mereka sehingga mereka boleh menjadi penyelamat di Gunung Sion dengan bertugas dalam bait suci-Mu bagi kaum kerabat mereka yang telah mati. Kami juga berdoa agar roh Elia boleh berdiam dengan kuat ke atas semua khalayak di mana pun agar mereka boleh digerakkan untuk berkumpul dan menjadikan silsilah leluhur mereka tersedia; dan bahwa anak-anak-Mu yang setia boleh memanfaatkan bait suci-Mu yang kudus untuk melaksanakan segala tata cara atas nama yang meninggal berkaitan dengan permuliaan kekal mereka.”
Dalam doanya Presiden Smith juga mengakui bahwa bait suci sungguh-sungguh rumah Tuhan dan tempat di mana kehadiran Allah dapat dirasakan:
“Hari ini kami di sini dan sekarang mendedikasikan Bait Suci kepada-Mu bersama semua orang terkait agar itu boleh menjadi kudus dalam pandangan-Mu; agar itu boleh menjadi sebuah rumah doa, rumah pujian dan ibadat, agar kemuliaan-Mu boleh berdiam di dalamnya dan kehadiran-Mu yang kudus secara berkelanjutan berada di dalamnya; dan agar itu boleh menjadi tempat tinggal yang dapat diterima bagi Putra-Mu yang Sangat Terkasih, Yesus Kristus, Juruselamat kami; agar itu boleh menjadi dikuduskan dan dipersucikan dalam seluruh bagiannya yang sakral bagi-Mu, dan kami berdoa agar mereka semua yang melewati ambang pintu Rumah-Mu ini boleh terkesan dengan kekudusannya ….
Maukah Engkau, Bapa Surgawi kami, membiarkan kehadiran-Mu selalu terasa di sini, agar semua orang yang berhimpun di sini boleh menyadari bahwa mereka adalah tamu-Mu dan bahwa ini adalah rumah-Mu.”2 [Lihat saran 1 di halaman 101].
Ajaran-Ajaran George Albert Smith
Dalam bait suci kita menerima tata cara-tata cara sakral, termasuk tata cara-tata cara yang mengikat keluarga untuk kekekalan.
Agar kita boleh siap untuk kerajaan [selestial], Tuhan, dalam belas kasihan-Nya, pada zaman akhir ini memulihkan Injil Yesus Kristus, dan menempatkan di dalamnya wewenang ilahi, dan kemudian memberikan pemahaman kepada anak-anak-Nya bahwa tata cara-tata cara khusus boleh diterima dan dilaksanakan. Untuk tujuan ini bait suci dibangun dan ke dalam bait suci itu mereka yang menghasratkan tempat di Kerajaan Selestial memiliki kesempatan untuk pergi dan menerima berkat-berkat mereka, untuk memperkaya kehidupan mereka dan mempersiapkan diri mereka bagi kerajaan itu.3
Kita adalah satu-satunya umat di dunia yang mengetahui untuk apa bait suci itu.4
Setiap [bait suci] telah dibangun untuk satu tujuan kekal yang besar: melayani sebagai Rumah Tuhan, menyediakan tempat yang sakral dan sesuai untuk pelaksanaan tata cara-tata cara kudus yang mengikat di bumi seperti di surga—tata cara-tata cara bagi yang mati dan bagi yang hidup yang memastikan mereka yang menerimanya dan yang setia pada perjanjian-perjanjian mereka, kepemilikan dan persatuan keluarga mereka, dunia-dunia tanpa akhir, serta permuliaan bersama mereka di kerajaan selestial Bapa kita.5
Kita hendaknya bersyukur atas pengetahuan mengenai kekekalan perjanjian pernikahan. Jika dalam kehidupan ini kita hanya berharap, kita akan sungguh-sungguh menjadi semua orang yang paling sengsara [lihat 1 Korintus 15:19]. Jaminan bahwa hubungan kita di sini sebagai orang tua dan anak-anak, sebagai suami dan istri akan berlanjut di surga, dan itu bukanlah segalanya namun awal dari kerajaan yang agung dan mulia yang telah ditakdirkan Bapa kita yang akan kita warisi dalam kehidupan yang akan datang, yang memenuhi diri kita dengan harapan dan sukacita.6
Jika saya berpikir, berpikir keras, bahwa sekarang istri saya terkasih dan orang tua saya terkasih meninggal, bahwa mereka telah pergi dari kehidupan saya selamanya dan bahwa saya tidak akan pernah melihat mereka lagi, itu akan merampas dari saya salah satu sukacita terbesar yang saya miliki dalam kehidupan: perenungan untuk bertemu mereka lagi, dan menerima sambutan mereka dan kasih sayang mereka, serta berterima kasih kepada mereka dari kedalaman hati yang penuh syukur atas segala yang telah mereka lakukan terhadap saya.
Namun ada banyak orang, jutaan dari anak-anak Bapa kita yang tidak mengetahui bahwa dengan mengambil bagian dalam tata cara-tata cara khusus yang ditetapkan oleh Bapa Surgawi kita, suami dan istri boleh dipersatukan untuk waktu ini dan kekekalan serta menikmati kerekanan dari anak-anak mereka selamanya. Betapa kita hendaknya berterima kasih untuk pengetahuan itu.7
Hanya ada sedikit tempat di dunia di mana kita dapat dinikahkan untuk kekekalan, dan itu adalah dalam bait suci Allah .… Juga ada banyak dari saudara lelaki dan saudara perempuan kita, semua anak Bapa Surgawi kita, yang ditolak hak istimewa ini karena … alasan-alasan yang tak terhindarkan. Namun jika mereka hidup dengan layak dan jika mereka telah berfaedah bagi diri mereka sendiri atas hak istimewa ini jika mereka telah sanggup untuk melakukannya, mereka tidak kehilangan apa pun dengan keadaan yang tak terhindarkan untuk sementara waktu. Namun pikirkan jika begitu betapa lebih besarnya tanggung jawab dari mereka yang hidup yang mana para pria dan wanita dapat dipersatukan untuk kekekalan, dan ke mana mereka dapat pergi dan melakukan pekerjaan bagi orang mati mereka! Orang-orang di dunia tidak memiliki berkat ini. Saya bertanya-tanya apakah kita menghargainya ….
Marilah kita memberikan petunjuk kepada anak-anak muda kita dalam masalah ini sejak usia dini, sehingga ketika mereka mendekati waktu pernikahan, tidak akan ada pertanyaan dalam benak mereka sehubungan dengan di mana atau bagaimana atau oleh siapa tata cara sakral itu hendaknya dilaksanakan—dan satu-satunya tempat yang di dalamnya itu boleh dilaksanakan untuk waktu ini dan untuk kekekalan adalah dalam bait suci.8
Saya berterima kasih kepada [Tuhan] untuk semua tata cara Rumah Tuhan yang telah saya terima, yang masing-masing darinya telah dimaksudkan bukan untuk saya semata, namun saya telah diizinkan untuk menerima bagian dari yang telah dimaksudkan bagi semua anak-Nya, di mana pun mereka mungkin berada, jika mereka bersedia menerima apa yang Dia tawarkan kepada mereka, tanpa uang dan tanpa harga.9
Semua … bait suci yang telah dibangun atau masih akan didedikasikan, akan membuktikan menjadi berkat yang melampaui ukuran bagi mereka semua yang secara layak berfaedah bagi diri mereka sendiri atas hak istimewa untuk menggunakan, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi kaum kerabat mereka yang telah meninggal.10 [Lihat saran 2 di halaman 101].
Melalui pekerjaan bait suci kita menjadikan berkat-berkat kekal tersedia bagi leluhur kita yang telah meninggal.
Lembaga silsilah telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengumpulkan informasi [sejarah keluarga], dan orang-orang lain menghabiskan waktu bertahun-tahun pergi ke Rumah Tuhan untuk dibaptis bagi mereka yang telah meninggal, yang memungkinkan suami dan istri serta anak-anak dimeteraikan satu sama lain, yang mempersatukan keluarga sebagaimana Bapa Surgawi kita telah memberi petunjuk agar hendaknya kita lakukan. Akanlah baik-baik saja jika kita masing-masing mau mengajukan kepada diri sendiri pertanyaan berikut: Apa yang saya lakukan tentang hal itu? Apakah saya melakukan bagian saya? Bapa Surgawi kita memberi tahu orang-orang melalui Joseph Smith bahwa, kecuali kita melaksanakan pekerjaan bagi orang mati kita, kita akan kehilangan berkat-berkat kita sendiri, dan kita akan disingkirkan, dan salah satu hal terakhir yang Nabi usahakan untuk dilakukan adalah merampungkan sebuah bait suci yang di dalamnya orang-orang dapat pergi dan melaksanakan pekerjaan bagi orang mati mereka. Itulah betapa pentingnya hal ini. Itu haruslah dilakukan oleh seseorang.11
Saya saat ini diingatkan oleh sebuah cerita mengenai dua lelaki bersaudara yang tinggal di sebuah kota di Utah bagian utara: Saudara yang lebih tua, Henry, adalah seorang bankir dan saudagar, serta memiliki cukup sarana. Saudara lainnya, George, adalah seorang petani, dan tidak memiliki banyak uang melebihi kebutuhannya, namun dia memiliki hasrat untuk melakukan pekerjaan bait suci bagi orang mati mereka. Dia menyelidiki silsilah mereka dan pergi ke bait suci serta bekerja bagi mereka yang telah meninggal.
Suatu hari George berkata kepada Henry, “Saya pikir hendaknya kamu pergi ke bait suci dan membantu.”
Namun Henry berkata, “Saya tidak punya waktu untuk melakukan apa pun seperti itu. Itu akan menyita seluruh waktu saya untuk mengurusi bisnis saya” .…
Kira-kira setahun berlalu setelah itu, Henry menelpon rumah George dan berkata, “George, saya telah bermimpi, dan itu menggelisahkan saya. Saya bertanya-tanya apakah kamu dapat memberi tahu saya apa itu maknanya?”
George bertanya, “Kamu mimpi apa, Henry?”
Henry berkata, “Saya bermimpi bahwa saya dan kamu telah pergi dari kehidupan ini dan berada di sisi lain tabir. Sewaktu kita berjalan bersama, kita tiba di sebuah kota yang indah. Orang-orang dikumpulkan bersama dalam kelompok-kelompok di banyak tempat, dan di setiap tempat yang kita datangi mereka menjabat tanganmu dan melingkarkan lengan mereka kepadamu dan memberkatimu serta mengatakan betapa mereka berterima kasih melihatmu, namun,” dia berkata, “mereka sedikit pun tidak memberikan perhatian kepada saya; mereka tidak begitu ramah. Apa itu maknanya?”
George bertanya, “Kamu pikir kita berada di sisi lain tabir?”
“Ya.”
“Baik, apa yang telah saya katakan kepadamu adalah mengenai hal ini. Saya telah berusaha untuk memintamu melakukan pekerjaan bagi orang-orang yang berada di sana. Saya telah melakukan pekerjaan bagi banyak dari mereka, namun pekerjaan untuk lebih banyak orang masih belum dilakukan .… Kamu lebih baik segera menyibukkan diri, karena kamu telah merasakan pengalaman kecil yang mungkin kamu harapkan ketika kamu sampai di sana jika kamu tidak melakukan bagianmu untuk melaksanakan pekerjaan ini bagi mereka” [lihat saran 3 di halaman 101].
Saya telah berpikir berkali-kali mengenai cerita dari kehidupan dua bersaudara ini. Banyak orang tidak memahami keseriusan dan kesakralan kehidupan; mereka tidak memahami kesakralan pernikahan kekal. Ada sebagian dari umat kita yang tidak memiliki minat pada silsilah mereka. Mereka tidak peduli tentang nenek moyang mereka; setidaknya Anda akan berpikir begitu dengan melihat cara mereka berperilaku. Mereka tidak pergi ke bait suci untuk melakukan pekerjaan bagi orang mati mereka ….
… Setelah kita berada di Rumah Tuhan untuk berkat-berkat kita sendiri, marilah kita berpikir mengenai tanggung jawab kita terhadap nenek moyang kita. Apakah yang akan menjadi penerimaan Anda ketika Anda pergi ke sisi lain tabir? Akankah Anda menjadi satu-satunya yang akan mereka rangkul dan berkati sepanjang masa kekekalan, atau akankah Anda menjadi seperti saudara lelaki yang mementingkan diri mengerjakan masalah-masalahnya di sini dan membiarkan mereka yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri hidup tanpa pertolongannya?12
Anda tahu kita semua diikat bersama melalui pekerjaan besar yang sedang dilakukan dalam bait suci Bapa kita, di mana keluarga yang belum dipersatukan sebelumnya dibawa bersama melalui kuasa Imamat Kudus. Tuhan ingin agar setiap orang dari para putra dan putri-Nya hendaknya memiliki kesempatan untuk diberkati, bukan hanya di sini di atas bumi, namun menikmati berkat-berkat kekal.
Pikirkan mengenai pengabdian dan kesetiaan mereka yang hari demi hari pergi ke bait suci ini dan bertugas bagi mereka yang telah pergi ke sisi lain tabir, dan mengetahui hal ini bahwa mereka yang berada di sisi lain tabir sama bersemangatnya tentang kita. Mereka berdoa untuk kita dan untuk keberhasilan kita. Mereka memohon, dengan cara mereka sendiri, kepada keturunan mereka, kepada anak cucu mereka yang tinggal di bumi.13
Tuhan akan membantu kita dalam menyelidiki kaum kerabat kita yang telah meninggal.
Di Chicago bertahun-tahun yang lalu, selama Century of Progress Exposition (Pameran Abad Kemajuan), suatu hari saya pergi ke stan Gereja dan bertanya kepada para misionaris sehubungan dengan siapa yang bertanggung jawab atas pekan raya budaya dan ilmu yang hebat itu.
Mereka memberi tahu saya orang itu namanya Dawes, dan saya bertanya, “Apakah dia saudara lelaki Charles G. Dawes, yang adalah wakil presiden Amerika Serikat dan juga duta besar untuk Britania Raya?”
Dan mereka menjawab, “Ya.”
“Baiklah,” saya berkata, “Saya senang mengetahui itu. Saya kebetulan saja mengenalnya.”
Saya membatin, “Saya pikir saya akan pergi meneleponnya. Dia pastilah Henry Dawes.” Saya kenal Henry Dawes, sehingga saya pergi menuju telepon dan menelepon kantornya. Sekretarisnya … memberi tahu Tuan Dawes bahwa George Albert Smith dari Salt Lake City ada di sana dan ingin menemuinya, dan dia memberi tahu sekretarisnya untuk mempersilakan saya datang. Demikianlah, alih-alih meminta saya antre di belakang seratus orang dan menunggu giliran saya, sekretaris itu membawa saya ke pintu samping, dan di sana berdiri di hadapan saya seorang pria tinggi yang belum pernah saya lihat sebelumnya dalam hidup saya.
Dia berkata, “Saya Tuan Dawes.”
Dia sangat menyenangkan, namun Anda dapat membayangkan betapa malunya saya. Dia adalah Tuan Dawes, dan dia adalah saudara lelaki Duta Besar Dawes, namun dia adalah Rufus Dawes. Saya tidak tahu ada seorang Rufus Dawes di dunia.
“Baiklah,” saya berkata, “Saya telah datang untuk memberi tahu Anda bahwa ini adalah sebuah pekan raya yang mengagumkan, dan mengungkapkan kepada Anda perhargaan saya atas apa yang telah Anda lakukan dalam mengorganisasi dan memahaminya. Adalah menakjubkan apa yang telah dicapai, dan betapa sebuah pendidikan bagi begitu banyak orang. Nah, saya paham bahwa Anda orang sibuk, dan itulah semua tujuan saya datang dan yang ingin saya katakan, serta untuk mengucapkan selamat dan terima kasih kepada Anda.”
“Itu baik sekali,” katanya. “Silakan masuk.”
“Tidak, itulah yang ingin saya katakan,” saya menjawab.
Dia berkata, “Mari masuk.”
Saya berkata, “Tidak, ada seratus orang sedang menunggu untuk menemui Anda.”
“Tak seorang pun dari mereka akan mengatakan seindah seperti apa yang telah Anda katakan.”
Demikianlah saya masuk, di luar gagasan dan hampir kehilangan napas. Dia bersikeras mempersilakan saya duduk, dan hal berikutnya yang saya katakan adalah, “Omong-omong, Tuan Dawes, dari manakah orang-orang Anda berasal?”
“Yang Anda maksud di Amerika?” katanya.
“Maksud saya di mana pun.”
Dia berkata, “Anda berminat pada silsilah?”
“Tentu saja.” jawab saya. “Kami memiliki salah satu perpustakaan silsilah terbaik di Salt Lake City.”
Dia berkata, “Permisi sebentar,” dan dia berjalan keluar kantornya serta kembali dengan sebuah karton kira-kira seukuran dengan Alkitab kuno keluarga. Dia mengambil pisaunya, membuka karton itu, dan mengeluarkan sebuah paket yang terbungkus dengan kertas tisu putih. Dia menyingkirkan kertas tisunya dan menaruh di atas meja salah satu jilid buku yang paling indah yang pernah saya lihat. Itu tercetak dengan bagus dan penuh ilustrasi, dan sampulnya sangat elok bersulam timbul warna emas.
Sewaktu saya mengamatinya, saya berkata, “Tuan Dawes, ini adalah sebuah karya yang sangat indah.”
“Seharusnya begitu. Itu berharga dua puluh lima ribu dolar.”
“Ya,” jawab saya, “itu sebanding.”
Dia berkata, “Apakah itu berharga bagi Anda?”
Saya berkata, “Tentu, jika saya memilikinya.”
Dia berkata, “Baiklah, Anda boleh memilikinya!”—silsilah berharga dua puluh lima ribu dolar ditaruh di tangan saya oleh seorang pria yang saya temui hanya lima menit sebelumnya! Ya, itu mengagumkan. Kunjungan kami yang pertama berlanjut hanya sedikit lebih lama. Saya memberi tahu dia betapa senang saya memilikinya dan bahwa saya akan menempatkannya di perpustakaan silsilah di Salt Lake City.
Sebelum saya meninggalkan ruangan itu, dia berkata, “Tuan Smith, ini adalah silsilah ibu saya, silsilah keluarga Gate. Kami juga sedang mempersiapkan silsilah ayah saya—keluarga Dawes. Itu akan persis seperti ini. Jika sudah selesai, saya juga ingin mengirimkan satu jilid kepada Anda.”
Silsilah lima puluh ribu dolar!—dan hanya karena saya berusaha untuk bersikap sopan kepada seseorang. Saya tidak beranggapan bahwa itu hanya sebuah kebetulan ….
Tuhan sedang membantu kita; adalah menakjubkan bagaimana jalan dibuka dan bagaimana orang-orang lain sering kali didorong untuk mempersiapkan silsilah mereka. Namun terkadang kita gagal memanfaatkan kesempatan kita untuk mempersiapkan silsilah kita, sekalipun Tuhan telah berfiman dengan sangat tajam bahwa kecuali kita mengurusi pekerjaan bait suci kita, kita akan ditolak bersama orang mati kita [lihat A&P 124:32]. Ini hal yang sangat serius. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat kita ubah, jika kita telah menyia-nyiakan kesempatan kita sampai kehidupan berlalu .… Kita tidak dapat berharap orang lain melakukan pekerjaan ini bagi kita.
Demikianlah, Tuhan, dalam satu cara atau cara lainnya, mendorong, menganjurkan, dan menasihati kita untuk melakukan pekerjaan kita. Beberapa keluarga yang tidak dapat melakukan pekerjaan mereka sendiri memiliki orang lain yang bekerja setiap waktu untuk silsilah bait suci mereka, dan catatan.
Jika kita melakukan bagian kita, silsilah kita akan dikuakkan kepada kita—terkadang dengan satu cara, terkadang dengan cara yang lain. Jadi saya ingin menyarankan kepada Anda, saudara-saudara sekalian: marilah kita melakukan bagian kita.14 [Lihat saran 4 di halaman 101].
Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran
Pertimbangkanlah gagasan-gagasan ini sewaktu Anda menelaah bab ini atau sewaktu Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–viii.
-
Bacalah cuplikan dari doa pendedikasian Bait Suci Idaho Falls, Idaho di halaman 91–92, dan bacalah A&P 109:1–5, 10–13 (dari doa pendedikasian Bait Suci Kirtland). Renungkan perasaan yang Anda miliki ketika menghadiri bait suci, dan pikirkan tentang pengalaman-pengalaman yang telah memperkuat kesaksian Anda bahwa bait suci adalah rumah Tuhan.
-
Apakah alasan yang diberikan Presiden Smith untuk membangun bait suci? (lihat halaman 93–94). Apakah yang dapat kita lakukan untuk mendorong anak-anak muda mempersiapkan diri menikah di bait suci?
-
Bacalah cerita di halaman 95 yang dimulai dari alinea terakhir. Apakah beberapa cara sederhana bagi seseorang dengan banyak tanggung jawab lainnya untuk berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga? Apakah yang dapat dilakukan kuorum imamat dan Lembaga Pertolongan untuk berperan serta?
-
Ulaslah bagian yang dimulai di halaman 98. Bagaimana Tuhan telah membantu Anda sewaktu Anda berusaha untuk menemukan informasi tentang leluhur Anda? Apa berkat-berkat lain yang telah Anda terima sewaktu Anda berperan serta dalam pekerjaan sejarah keluarga?
Tulisan Suci Terkait: Maleakhi 4:5–6; Ajaran dan Perjanjian 97:15–16; 110; 124:39–41; 128:9, 15–24.
Bantuan pengajaran: Ketika satu orang membaca dengan keras dari ajaran-ajaran Presiden Smith, undanglah anggota kelas lainnya untuk “mendengarkan dan mencari asas-asas atau gagasan tertentu. Jika sebuah bagian berisi kata-kata atau kalimat yang tidak lazim atau sulit, jelaskan itu sebelum bagian itu dibaca. Jika siapa pun dalam kelompok memiliki kesulitan membaca, mintalah sukarelawan alih-alih meminta mereka membaca secara bergiliran” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia, 56).