2020
Sakiusa dan Salote Maiwiriwiri
Oktober 2020


Potret Iman

Sakiusa dan Salote Maiwiriwiri

Suva, Fiji

Gambar
Sakiusa and Salote

Saya hampir tidak bisa memercayai kedamaian dan kebahagiaan yang saya temukan dalam rumah keluarga Maiwiriwiri. Meski dua dari anak-anak mereka telah tiada, mereka menjalani kehidupan dengan sukacita dan tujuan setiap hari.

Leslie Nilsson, Fotografer

Salote:

Dua tahun setelah putra kami Esa meninggal karena kanker paru-paru, putri kami Esalynn meninggal karena meningitis [radang selaput otak]. Di bait suci, saya merasakan dorongan yang kuat untuk berbicara dengan seorang sister misionaris senior yang juga kehilangan dua anaknya bertahun-tahun sebelumnya. Dia mengatakan kepada saya, “Jika Anda menjadikan rumah Anda sebuah tempat yang kudus, Anda dapat merasakan kehadiran anak-anak Anda di sana.”

Itu telah menjadi gol kami. Semua yang kami lakukan adalah untuk menjadikan rumah kami tempat yang kudus. Kami ingin merasakan mereka dekat.

Kami tidak tahu cara mengasuh anak-anak di balik tabir. Namun jika kami melakukan yang terbaik untuk hidup dengan saleh, kami percaya mereka akan merasakan upaya kami. Dalam kebaktian keluarga kami, kami menyambut Esa dan Esalynn dengan menyebut nama.

Di rumah kami, bahkan ketika kami ada silang pendapat, kami berusaha untuk segera menyelesaikannya. Kami ingin rumah kami tetap menjadi tempat yang kudus sebanyak mungkin. Sewaktu kami telah melakukannya, kami semua merasakan harapan dan penyembuhan serta kasih.

Sakiusa:

Pengalaman kehilangan Esa dan Esalynn akhirnya membawa keluarga kami lebih dekat bersama. Kami berembuk bersama dengan anak-anak kami yang lain. Kami menghadiri bait suci sebagai keluarga. Kami menjalani kehidupan kami sesederhana mungkin dan memilih rasa syukur setiap hari. Sewaktu kami membicarakan apa artinya dimeteraikan sebagai keluarga di bait suci, pemeteraian itu menjadi lebih nyata dalam diri kami. Dan melalui semua ini, kami sungguh merasakan kehadiran anak-anak kami.

Salah satu hal utama yang kami lakukan untuk menjadikan rumah kami lebih kudus adalah dengan mulai membaca Kitab Mormon setiap hari. Awalnya, kami berbagi kisah-kisah Kitab Mormon bergambar kepada anak-anak kami yang lebih kecil. Kemudian kami menambahkan video. Kini kami membaca lebih banyak dari Kitab Mormon. Saya dapat bersaksi akan kuasa Kitab Mormon.

Saya juga dapat bersaksi akan kuasa dalam rencana keselamatan. Ketika kami merencanakan pemakaman untuk Esa dan Esalynn, kami memutuskan menolak pemakaman umum yang rumit dalam budaya Fiji. Alih-alih, hanya istri saya dan sayalah yang berbicara, dan kami berbicara mengenai rencana keselamatan. Banyak dari anggota keluarga besar kami sejak itu telah bergabung dengan Gereja setelah mendengar kebenaran-kebenaran ini dari acara pemakaman itu.

Gambar
Sakiusa in the kitchen

Sakiusa mengajarkan kepada keluarganya bahwa tidak ada jalan mundur dalam kehidupan, hanya maju. “Setiap hari kami menjadi lebih dimurnikan,” tuturnya. Mereka menjalani kehidupan mereka sesederhana mungkin dan berfokus pada rasa syukur.

Gambar
Salote with a little girl

Salote menemukan sukacita besar dalam meluangkan waktu bersama anak-anaknya dan dalam mengajari mereka Injil.

Gambar
Little girl holding up photo

Keluarga Maiwiriwiri memiliki kesaksian yang kuat tentang dimeteraikan di bait suci. Mereka menyimpan kebenaran ini di lubuk hati mereka sewaktu mereka mengingat Esa dan Esalynn.

Gambar
Maiwiriwiri family smiling boys

Saat mereka berfokus pada hidup secara sederhana dan maju terus, keluarga Maiwiriwiri menemukan rasa syukur atas berkat-berkat mereka setiap hari. “Kami berterima kasih untuk apa yang kami miliki,” Sakiusa bertutur.

Cetak