Menghargai Nasihat dari Mereka yang Telah Lanjut Usia
Semoga kita menambah wawasan dan penghargaan yang lebih besar kepada kuasa kesaksian, terutama sewaktu kesaksian itu diberikan oleh mereka [yang telah lanjut usia].
Brother dan sister yang terkasih, sewaktu kita mempersiapkan diri untuk mendengarkan kata-kata penutup dari Presiden Gordon B. Hinckley di penghujung konferensi umum yang luar biasa ini, saya sangat berharap semoga kita masing-masing akan merasakan betapa diberkatinya kita yang telah menerima dari para nabi dan rasul Tuhan berbagai kebijaksanaan dan nasihat yang, apabila diindahkan serta diikuti, akan membantu kita mengarahkan jalan kita lebih dekat kepada Juruselamat kita. Seyogyanya kita bersyukur dapat hidup di zaman dimana para pemimpin Gereja kita, meskipun banyak di antaranya telah lanjut usia, terus menerima wahyu dan ilham yang memajukan kerajaan dari hari ke hari.
Semasa muda, saya diberi nasihat tertulis yang sangat keras untuk membuktikan diri saya sendiri adalah putra yang setia dan patuh sehingga ketika saya bertambah dewasa dan kapan pun saya memerlukan nasihat dan wejangan, saya harus pergi kepada orang tua saya, meskipun mereka “telah lanjut usia,” untuk menerima nasihat, penghiburan, serta bimbingan dari mereka. Ayah saya meninggal dunia lebih dari 20 tahun yang silam, dan telah menjadi sumber kebijaksanaan dan suri teladan yang luar biasa bagi saya sepanjang kehidupan saya, dan kami baru saja menguburkan ibu saya yang berusia 101 tahun di sisi rekan kekalnya hari Minggu lalu. Pada hari ulang tahunnya yang ke-100, dia menegaskan kembali kesaksian seumur hidupnya dalam kata-kata ini: “Injil adalah sebuah cara hidup; Injil adalah bagian dari rencana untuk menolong kita menghindari kegetiran. Di atas segalanya, saya percaya bahwa kehidupan ini adalah baik namun kehidupan berikutnya lebih baik” (“Growing Old Graciously: Lessons from a Centenarian,” Religious Educator 5, no. 1 [2004]: 11).
Ibu saya sering mengatakan kepada saya bahwa dia berdoa bagi saya dan bagi keluarga kami setiap hari. Ketika dia semakin mendekati ajalnya, doa-doanya terutama sekali sangat khusuk dan bermakna bagi saya. Kedua orang tua saya, juga mertua saya, bertahan atau sedang bertahan sampai akhir di jalan kebenaran, dengan meninggalkan sebuah pusaka pengabdian yang penuh iman kepada semua keturunan mereka.
Presiden Ezra Taft Benson, dalam majalah Ensign bulan November 1989, dikutip sebagai berikut: “Tuhan mengetahui dan mengasihi orang-orang yang lanjut usia di antara umat-Nya. Senantiasa demikian, dan kepada mereka Dia telah menganugerahkan banyak tanggung jawab terbesar-Nya. Dalam berbagai masa kelegaan Dia telah membimbing umat-Nya melalui para nabi yang telah lanjut usia. Dia membutuhkan orang-orang yang bijaksana dan berpengalaman, arahan yang penuh ilham dari mereka yang kesetiaannya kepada Injil-Nya telah teruji selama bertahun-tahun” (“To the Elderly in the Church,” 4).
Pemikiran semacam ini sudah membuat saya berpikir mengenai khotbah-khotbah, berkat-berkat, kesaksian-kesaksian, serta nasihat-nasihat luar biasa yang telah ditinggalkan oleh para nabi dan rasul di sepanjang zaman, terutama sewaktu mereka merasa diri mereka sudah uzur atau mempersiapkan diri pergi ke alam baka. Beberapa pasal perpisahan berikut terdapat di antara tulisan suci kita yang paling berharga dan sering dikutip: dalam Musa 6:57, Henokh menyatakan dengan jelas, “Karena itu ajarkanlah kepada anak-anakmu, bahwa semua orang, di mana pun harus bertobat, sebab kalau tidak, mereka tidak dapat mewarisi kerajaan Allah, sebab tidak ada hal yang tidak bersih dapat tinggal … di hadirat-Nya.” Asas-asas dasar Injil ini diajarkan sejak zaman Adam dan Hawa, diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya, sebagaimana tulisan suci menegaskan, dari waktu ke waktu.
Jusuf yang dijual ke Mesir meninggalkan kata-kata nasihat ini kepada bangsa Israel: “Aku akan mati; tentu Allah akan memerhatikan kamu dan membawa kamu ke luar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub” (Kejadian 50:24).
Generasi berikutnya, sebagai penggenapan dari nubuat Yusuf hampir menjadi kenyataan, Musa meninggalkan berkat-berkatnya kepada semua suku Israel dan menyerahkan jubah kepemimpinan kepada Yosua, yang memimpin orang-orang kembali ke negeri yang dijanjikan. Sewaktu dia mendekati ajalnya, Yosua meninggalkan kata-kata abadi ini “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; … tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” (Yosua 24:15).
Para nabi setelahnya, seperti Yeremia, Yesaya, dan Maleakhi, meninggalkan kesaksian yang tidak dapat dihapuskan sepanjang pelayanan mereka, dengan menubuatkan tentang kedatangan Mesias serta Kurban Tebusan-Nya yang tak terbatas.
Kita menemukan pola yang sama di dalam Kitab Mormon dalam penekanan yang diberikan pada khotbah-khotbah Nefi, Yakub, dan Raja Benyamin—dimana khotbah mereka yang kuat mengubah hati seluruh bangsa—bukan untuk menyebutkan kata-kata yang luar biasa dari Abinadi, yang dengan berani berbicara, mengetahui dengan sangat baik bahwa hari-harinya semakin dekat: “Ajarkan kepada mereka bahwa penebusan datang melalui Kristus Tuhan, yaitu Bapa Yang Maha kekal” (Mosia 16:15). Daftar ini berlanjut dengan Alma dan putranya, Alma: juga Helaman, putra Helaman, yang memberikan nasihat berharga semacam itu kepada para putranya: “Maka putra-putraku, ingatlah, ingatlah bahwa kamu harus mendirikan dasarmu di atas batu karang Penebus kita, yaitu Kristus, Putra Allah …; yang merupakan dasar yang kukuh, suatu dasar, jika manusia membangun di atasnya, mereka tidak dapat roboh” (Helaman 5:12).
Para nabi tersebut dan para nabi Kitab Mormon lainnya, termasuk Moroni sendiri, menulis untuk zaman kita, mengetahui bahwa kita akan memerlukan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka untuk membantu kita pada zaman yang berbahaya ini. Kitab Mormon sendiri diakhiri dengan petunjuk Moroni yang luar biasa, putra Mormon, sewaktu dia mengatakan kepada kita, “Ya, datanglah kepada Kristus dan jadilah sempurna di dalam dia dan tolaklah segala hal yang tidak bertuhan; dan jika kamu akan menyangkal segala hal yang tertuhan dan mengasihi Allah dengan segala daya, pikiran dan kekuatanmu, maka karunia-Nya cukup untukmu” (Moroni 10:32).
Kita memiliki “kesaksian terakhir” yang sama dalam Perjanjian Baru, seperti pernyataan hebat Paulus: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Timotius 4:7), yang memperlihatkan dia bertahan sampai akhir.
Kita memperoleh wawasan besar mengenai pertumbuhan hebat Rasul senior, Petrus, dalam pernyataannya: “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (1 Petrus 5:5–6).
Dan sesungguhnya orang terhebat di segala zaman yang dapat kita teladani adalah Tuhan Sendiri yang telah bangkit, ketika Dia menugaskan kepada para Rasul serta pengikut-Nya “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19–20).
Sungguh merupakan keyakinan dan pengetahuan luar biasa yang diberikan berbagai tulisan suci ini kepada kita. Dapatkah kita menemukan kesamaan yang penuh ilham dalam pernyataan setiap orang ini? Saya percaya hal itu mudah sekali dikenali:
-
Bahwa Kristus, Putra Allah, hidup dan adalah Penebus dan Juruselamat kita.
-
Bahwa kita harus mengikuti Dia dan menunjukkan kasih kita bagi Dia melalui mengingat Dia dan dengan rendah hati mematuhi perintah-perintah-Nya
-
Bahwa melalui Kurban Tebusan-Nya, kita dapat bertobat dan dibersihkan
-
Bahwa kita adalah umat perjanjian-Nya dan hendaknya senantiasa menepati perjanjian-perjanjian yang telah kita buat
-
Bahwa kita perlu mengkhotbahkan Injil-Nya ke seluruh dunia
-
Bahwa kita hendaknya memiliki iman, bertobat, dibaptiskan, menerima Roh Kudus, serta bertahan sampai akhir
Pada masa kelegaan kita, para nabi Pemulihan zaman modern menyatakan berulang kali asas-asas yang sama tersebut. Dalam ajaran-ajaran Presiden John Taylor kita belajar bahwa “sebagai Anak Manusia, Dia menanggung semua yang mungkin ditanggung daging dan darah; sebagai Putra Allah, Dia menang atas semua hal, dan selamanya berada di sebelah kanan Allah” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: John Taylor [2001], 50).
Salah satu yang paling saya sukai, dari Presiden Spencer W. Kimball:
“Dari kesaksian-kesaksian dari orang-orang hebat dan para rasul di zaman dahulu ini—saudara-saudara kita dalam pelayanan terhadap Tuhan yang sama—saya menambahkan kesaksian saya sendiri. Saya tahu bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah yang hidup dan bahwa Dia disalibkan untuk dosa-dosa dunia.
“Dia adalah sahabat saya, Juruselamat saya, Tuhan saya, Allah saya.
“Dengan segenap hati saya, saya berdoa semoga Orang-orang Suci dapat … memperoleh sebuah warisan kekal dengan-Nya dalam kemuliaan selestial” (“An Eternal Hope in Christ,” Ensign, November 1978, 73).
Nabi modern kita, Presiden Gordon B. Hinckley, terus memimpin kita dengan keyakinannya yang kuat, sewaktu dia menyatakan dalam sebuah ceramah konferensi wilayah baru-baru ini: “Saya memiliki kesaksian, yang nyata, membara, dan penting, mengenai kebenaran pekerjaan ini. Saya tahu bahwa Allah Bapa Kekal kita hidup dan bahwa Yesus adalah Kristus, Juruselamat serta Penebus saya. Dialah yang bertindak sebagai kepala Gereja ini. Keinginan saya adalah agar saya dapat melanjutkan pekerjaan ini sebagaimana dia menghendaki pekerjaan ini berlanjut terus” (“Gagasan-gagasan yang Mengilhami,” Liahona, Oktober 2003, 5).
Meringkas kesaksian dari semua rasul dan nabi zaman dahulu dan zaman modern terdapat kata-kata abadi dari Nabi Joseph Smith, yang menyatakan:
“Maka, setelah banyak kesaksian yang telah diberikan mengenai Dia, inilah kesaksian yang terakhir dari semuanya yang kami berikan: Bahwa Dia hidup!
Karena kami melihat Dia, yaitu di sebelah kanan Allah dan kami mendengar suara yang memberikan kesaksian bahwa Dia adalah Putra Tunggal Bapa” (A&P 76:22–23).
Saya ingin menambahkan keyakinan saya yang rendah hati mengenai kebenaran kesaksian yang telah dinyatakan sebelumnya. Saya tahu bahwa Bapa Surgawi kita adalah sesungguhnya Bapa roh kita dan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat kita, Penebus kita, Tuhan kita, dan teman kita sewaktu kita mematuhi perintah-perintah-Nya. (lihat Yohanes 15:14). Sewaktu kita mempelajari tulisan suci, semoga kita menambah wawasan dan penghargaan yang lebih besar kepada kuasa kesaksian, terutama sewaktu kesaksian itu diberikan oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan besar dan berusia lanjut, adalah doa saya, dalam nama Yesus Kristus, amin.