Tiga Handuk dan Koran Seharga 25 Sen
Jika kita setia pada asas kudus kejujuran dan integritas, kita setia pada iman kita dan kita setia pada diri sendiri.
Di depan banyak hadirin yang mendunia ini dan dengan agak berat, saya membuat pengakuan pribadi. Saya melakukan hal ini sebagai pengantar untuk tema yang sangat membebani pikiran saya selama beberapa saat. Pada tahun 1955, setelah tahun pertama kuliah saya, saya menghabiskan musim panas saya dengan bekerja di Jackson Lake Lodge yang baru dibuka yang berlokasi di Moran, Wyoming. Alat transportasi saya adalah mobil Hudson tua berumur 14 tahun yang seharusnya sudah menjadi barang rongsokan 10 tahun lalu. Di antara ciri-ciri lainnya dari mobil itu, plat lantai mobil yang telah berkarat yang, jika saya tidak menutupnya dengan selembar tripleks, maka saya dapat mengeluarkan kaki saya ke jalan raya. Hal yang baik tentang mobil itu adalah tidak seperti kebanyakan mobil umur 14 tahunan di zaman ini, mobil itu tidak menggunakan oli— banyak air dalam radiator, namun bukan oli. Saya tidak pernah dapat membayangkan ke mana perginya air itu dan mengapa oli itu semakin encer dan bening.
Dalam persiapan berkendara sejauh 185 mil (298 km) untuk pulang ke rumah di akhir musim panas, saya membawa mobil itu ke satu-satunya mekanik di Moran. Setelah pemeriksaan cepat, mekanik itu menjelaskan bahwa blok mesin rusak dan air yang bocor masuk ke oli. Itu menjelaskan misteri air dan oli. Jika air masuk ke tangki bensin; maka mobil tidak akan berjalan.
Sekarang pengakuannya: setelah dengan keajaiban tiba di rumah, ayah saya keluar dan menyambut saya. Setelah memeluk dan berbasa-basi, dia memeriksa bangku belakang mobil dan melihat tiga handuk Jackson Lake Lodge—handuk seperti itu tidak bisa Anda beli. Dengan pandangan kecewa dia berkata, “Ayah mengharapkan yang lebih baik dari kamu.” Saya tidak mengira apa yang telah saya lakukan semuanya salah. Bagi saya handuk ini hanyalah simbol dari kerja keras di musim panas di sebuah hotel mewah, “cara yang tepat.” Meskipun demikian, dengan membawa pulang handuk itu saya merasa telah kehilangan kepercayaan dan keyakinan dari ayah saya, dan saya merasa kecewa.
Pada akhir pekan berikutnya saya membetulkan plat lantai tripleks di mobil saya, mengisi radiator dengan air, dan memulai perjalanan sejauh 370 mil (595 km) kembali ke Jackson Lake Lodge untuk mengembalikan tiga handuk itu. Ayah saya tidak pernah menanyakan mengapa saya kembali ke penginapan, dan saya tidak pernah menjelaskannya. Itu tidak perlu diutarakan. Ini merupakan pelajaran yang mahal dan menyakitkan tentang kejujuran yang terus menghantui sepanjang hidup saya.
Yang menyedihkan, beberapa di antara nilai luhur yang hilang dalam dunia zaman sekarang adalah kejujuran dan integritas. Dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak jumlah pemimpin perusahaan yang dibeberkan ketidakjujurannya dan bentuk perilaku buruk lainnya. Sebagai akibatnya, puluhan ribu pegawai lama dan yang setia telah kehilangan mata pencaharian dan pensiunnya. Bagi beberapa orang hal ini telah mengakibatkan kehilangan rumah, perubahan pendidikan, dan rencana hidup lainnya. Kita membaca dan mendengar desas-desus di sekolah kita, dengan keprihatinan tentang penerimaan nilai atau kenaikan kelas daripada pelajaran dan persiapan. Kita mendengar siswa yang curang saat tes masuk fakultas kedokteran dan sekarang menjalankan prosedur yang rumit pada pasien mereka. Orang-orang lanjut usia dan yang lainnya adalah korban penipuan, yang sering kali mengakibatkan kehilangan rumah atau tabungan. Ketidakjujuran dan kurangnya integritas ini selalu didasarkan pada keserakahan, arogansi, dan ketidakhormatan.
Dalam Amsal kita membaca, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya” (Amsal 12:22).
Mormon, berbicara tentang bangsa Laman yang bertobat yang dikenal sebagai bangsa Anti-Nefi-Lehi, menulis: “Dan mereka berada di antara bangsa Nefi dan juga digolongkan ke dalam orang-orang yang termasuk gereja Allah. Dan mereka juga dibedakan karena kegiatan mereka terhadap Allah dan juga terhadap manusia, karena mereka sangat jujur dan benar dalam segala hal dan iman mereka teguh kepada Kristus, bahkan sampai akhir” (Alma 27:27; penekanan ditambahkan).
Sekitar 30 tahun yang lalu, ketika bekerja di perusahaan dunia, beberapa rekan bisnis dan saya singgah Bandara O’Hare di Chicago, Illinois. Salah seorang pria ini baru saja menjual perusahaannya seharga sepuluh juta dolar—dengan kata lain, dia tidak miskin.
Sewaktu kami melewati vending machine [mesin penjual] koran, orang ini memasukkan 25 sen ke dalam mesin itu, membuka pintu rak berisi koran di dalam mesin, dan mulai membagikan koran gratis itu kepada kami masing-masing. Ketika dia menyerahkan koran itu kepada saya, saya memasukkan 25 sen ke dalam mesin dan, mencoba tidak menyinggung perasaannya tetapi menjelaskan, dengan berkelakar mengatakan, “Jim, untuk 25 sen saya dapat menjaga integritas saya. Saya tidak mau mengorbankan integritas saya dengan 25 sen.” Anda tahu, saya ingat betul pengalaman tentang tiga handuk dan mobil Hudson tahun 1941 yang rusak. Beberapa menit kemudian, kami melewati mesin penjual koran yang sama. Saya melihat bahwa Jim memisahkan diri dari kelompok kami dan memasukkan 25 sen ke dalam mesin penjual koran itu. Saya menceritakan peristiwa ini bukan untuk menggambarkan diri saya sebagai teladan integritas yang hebat, namun hanya untuk menekankan pelajaran tentang tiga handuk dan koran seharga 25 sen.
Tidak akan pernah ada kejujuran dalam dunia bisnis, di sekolah, di rumah, atau di tempat lain mana pun sampai kejujuran itu bersemayam di dalam hati.
Pelajaran penting dan yang sifatnya langgeng sering kali diajarkan melalui teladan sederhana—mungkin sesederhana tiga handuk atau koran seharga 25 sen. Saya bertanya-tanya seperti apa jadinya dunia ini jika pelajaran sederhana tentang kejujuran diajarkan di rumah sejak usia dini, pelajaran sederhana seperti “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (lihat Matius 22:39; Markus 12:31) dan “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (lihat Matius 7:12; Lukas 6:31). Saya mempertanyakan bagaimana keadaan ribuan pegawai yang terlantar dewasa ini tanpa memiliki pensiun mereka jika para pengusaha kelas atas sebelumnya memiliki pengalaman dengan tiga handuk atau koran seharga 25 sen.
Kejujuran adalah dasar dari kehidupan Kristen yang sejati. Bagi Orang-Orang Suci Zaman Akhir, kejujuran merupakan syarat penting untuk memasuki bait suci Tuhan yang kudus. Kejujuran merupakan bagian penting dalam perjanjian yang kita buat di bait suci. Setiap Minggu sewaktu kita mengambil lambang kudus akan tubuh dan darah Juruselamat, kita memperbarui kembali perjanjian dasar dan kudus kita—yang mencakup kejujuran. Sebagai Orang-Orang Suci Zaman Akhir kita memiliki tanggung jawab kudus untuk tidak hanya mengajarkan asas kejujuran, namun juga menjalankannya, mungkin dengan teladan sederhana seperti tiga handuk atau koran seharga 25 sen. Kejujuran dan integritas seharusnya ada di antara nilai-nilai paling mendasar yang mengatur kehidupan kita sehari-hari.
Jika kita setia pada asas kudus kejujuran dan integritas, kita setia pada iman kita dan kita setia pada diri sendiri.
Doa saya adalah semoga sebagai Orang-Orang Suci Zaman Akhir kita akan dikenal di antara banyak orang yang jujur di dunia. Dan dapat dikatakan tentang kita sebagaimana dengan orang-orang Anti-Nefi-Lehi bahwa kita “sangat jujur dan benar dalam segala hal dan iman mereka teguh kepada Kristus, bahkan sampai akhir” (Alma 27:27). Dalam nama Yesus Kristus, amin.