2007
Hidup dengan Iman dan Bukan dengan Rasa Takut
November 2007


Hidup dengan Iman dan Bukan dengan Rasa Takut

Ketika kita memilih untuk mengikuti Kristus dengan iman alih-alih memilih jalan yang lain karena rasa takut, kita diberkati dengan konsekuensi yang sejalan dengan pilihan kita.

Brother dan sister yang terkasih, saya bergabung bersama Anda dalam menyatakan kasih dan dukungan saya kepada Presiden Eyring dan keluarganya. Presiden Hinckley menyampaikan panggilan ini untuk melayani di Kuorum Dua Belas Kamis sore. Saya tidak mungkin dapat mengutarakan untaian perasaan yang telah saya alami sejak itu. Ada malam-malam tanpa tidur dan banyak doa. Meskipun demikian, roh saya telah dikuatkan, oleh pengetahuan bahwa Presiden Hinckley adalah Nabi dan bahwa keanggotaan Gereja akan berdoa bagi saya dan keluarga saya.

Mengatakan bahwa saya merasa amat tidak mampu barulah permulaannya saja. Ketika saya dipanggil sebagai seorang Pembesar Umum di bulan April tahun 1996, saya juga merasa tidak setara dengan pemanggilan tersebut. Penatua Neal A. Maxwell meyakinkan saya ketika itu bahwa syarat yang paling penting bagi kita semua yang melayani dalam kerajaan adalah merasa nyaman dalam membagikan kesaksian akan keilahian Juruselamat. Kedamaian menyelimuti saya dan menyertai saya sejak itu karena saya mengasihi Juruselamat dan telah memiliki pengalaman rohani yang memperkenankan saya bersaksi mengenai Dia. Saya bersukacita dalam kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus di seluruh dunia (lihat A&P 107:23), terlepas dari ketidakmampuan saya.

Dalam Ajaran dan Perjanjian 68, ayat 5 dan 6, kita membaca:

“Lihatlah, inilah janji Tuhan kepadamu, hai kamu para hamba-Ku.

Oleh karena itu, bersenanghatilah dan jangan takut, karena Aku, Tuhan, bersamamu, dan akan berdiri di dekatmu, dan kamu akan memberi kesaksian tentang Aku, yaitu Yesus Kristus bahwa Aku, Putra Allah yang hidup, bahwa Aku telah ada, bahwa Aku ada, dan bahwa Aku akan datang.”

Saya mencari penemanan dari Roh Kudus sementara saya berbicara kepada Anda pagi Sabat ini.

Perasaan meluap yang saya miliki dalam menerima panggilan ini adalah bahwa kita harus hidup dengan iman dan bukan dengan rasa takut. Dalam 2 Timotius, Rasul Paulus merujuk kepada iman nenek Timotius, Lois, dan ibunya, Eunike. Paulus menulis: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Timotius 1:7).

Dalam kasus saya sendiri, saya dengan rasa hormat mengakui para leluhur di sisi lain tabir yang memberikan semua yang diminta dari mereka untuk membangun kerajaan Allah di bumi.

Saya bersyukur bahwa sepanjang hidup saya, saya telah dikelilingi oleh mereka yang mengasihi Juruselamat. Hati saya penuh penghargaan bagi keluarga saya. Istri saya, Mary, merupakan sukacita hidup saya. Kekuatan rohani, teladan saleh, rasa humor, dan dukungan penuh kasihnya telah memberkati saya sepanjang hidup saya. Ketiga anak kami beserta pasangan mereka telah menjadi sumber kepuasan pribadi yang besar dan, bersama dengan sembilan cucu kami, betapa merupakan berkat bagi kami. Iman dan doa-doa mereka serta kebaikan kehidupan mereka merupakan penghiburan yang besar bagi Mary dan saya.

Ketika saya berpikir ke masa remaja saya di Logan, Utah (Lembah Cache menurut fabel Penatua Perry), saya menyadari betapa beruntungnya saya dibesarkan dalam rumah yang baik—memiliki seorang ibu saleh yang penuh iman, seorang ayah yang mengasihi, seorang kakak lelaki yang merupakan teladan luar biasa bagi saya selain sebagai teman dan penasihat, serta seorang adik perempuan yang mengasihi dan mendukung. Betapa beruntungnya juga memiliki pemimpin Gereja, pengajar, pelatih yang berbakat dan berbakti, serta teman-teman yang merupakan teladan yang baik bagi saya.

Semasa muda saya memiliki kesempatan untuk melayani di Misi Inggris, yang merupakan peristiwa yang berpotensi dan membentuk dalam hidup saya. Pengaruh dari seorang presiden misi yang gagah berani adalah salah satu mukjizat besar Injil yang dipulihkan. Beberapa minggu lalu, saya menerima sebuah kartu ulang tahun di kantor pusat Gereja dari seorang wanita yang saya bantu ajar di Gloucester, Inggris, bertahun-tahun lampau. Saya telah kehilangan kontak dengannya. Dia memberi tahu saya bahwa dia dan suaminya keduanya anggota yang amat aktif serta memiliki 6 orang anak dan 20 cucu, semuanya terlahir dalam perjanjian. Itu mungkin kartu ulang tahun terbaik yang pernah saya terima.

Mary dan saya meninggalkan Utah agar saya dapat menghadiri sekolah hukum di Palo Alto, Kalifornia. Kami berencana kembali ke Utah setelah lulus, namun Roh mengarahkan agar kami tinggal di Kalifornia. Kami tinggal di Kalifornia selama 33 tahun dan membesarkan keluarga kami di sana. Kami berdua memiliki banyak peluang untuk melayani. Kami menyukai keragaman anggota dan komitmen mereka kepada Injil Yesus Kristus. Saya akan selamanya bersyukur atas para Orang Suci Zaman Akhir yang baik di Kalifornia yang telah menjadi pengaruh yang begitu positif dalam hidup saya.

Sebelas setengah tahun terakhir pelayanan sebagai Tujuh Puluh telah membawa banyak pahala. Sewaktu saya meninggalkan kuorum itu, saya ingin sesama Pemimpin mengetahui akan kasih dan penghargaan saya bagi dedikasi dan kesetiaan mereka kepada kerajaan Allah di bumi—bagi kesetiaan dan pekerjaan baik mereka. Saya ingin mereka mengetahui tentang sukacita melayani bersama mereka.

Saya mengasihi para Pemimpin yang kita dukung sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu dengan segenap hati saya. Saya berusaha untuk melayani secara terhormat dan meringankan tanggung jawab mereka dengan cara apa pun semampu saya. Saya bersyukur kepada Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas atas kehidupan mereka yang penuh kebaikan dan teladan, kesabaran mereka, pengajaran mereka, kemurahan hati mereka, pengabdian mereka kepada Bapa Surgawi kita dan Putra-Nya Yesus Kristus, serta Injil-Nya yang dipulihkan. Saya bersyukur bahwa Allah memanggil Joseph Smith untuk menjadi seorang Nabi yang melaluinya kegenapan Injil dipulihkan ke bumi.

Pengalaman saya sebagai Pembesar Umum telah memenuhi hati saya dengan penghargaan akan iman dan kebaikan para Orang Suci Zaman Akhir di seluruh dunia. Kami melayani selama dua tahun di Filipina. Di bulan April 1961, Presiden Hinckley, ketika itu sebagai Asisten bagi Dua Belas, pertama kali mengirimkan misionaris yang pertama ke Manila. Hanya ada satu pemegang Imamat Filipina di Filipina. Hari ini ada hampir 600,000 anggota. Kehidupan mereka tidaklah mudah, dan mereka kekurangan banyak hal materi, tetapi mereka mengasihi Juruselamat. Injil memiliki dampak yang besar sekali dalam meningkatkan kehidupan mereka. Betapa merupakan berkat melayani di tengah-tengah mereka.

Kami juga melayani selama tiga tahun di Kepulauan Pasifik. Adalah mengesankan bahwa hampir 25 persen dari seluruh orang Polinesia di dunia adalah anggota Gereja. Iman dan kerohanian mereka melegenda. Sister Cook dan saya berada di Vava’u di kepulauan Tonga pada suatu kesempatan. Saya baru saja berbicara mengenai mengikuti nabi dalam sesi umum sebuah konferensi wilayah. Pada acara makan siang bersama setelah konferensi, saya duduk di samping seorang bapa bangsa berusia lanjut yang berwibawa. Dia mengindikasikan betapa dia bersyukur mendengar apa yang nabi ajarkan. Dia memberi saya kisah berikut. Vava’u, yang merupakan pulau yang relatif kecil, biasanya memiliki curah hujan yang memadai, tetapi secara berkala ada bencana kekeringan yang parah. Pulau itu memiliki ceruk-ceruk atau teluk-teluk panjang, hampir menyerupai selat, yang melengkung ke pulau di bawah bukit yang curam. Ketika kondisi kekeringan menyebabkan desa kehabisan air, hanya ada satu cara mereka bisa mendapatkan air tawar dan bertahan hidup. Sepanjang berabad-abad mereka menemukan bahwa air tawar mengalir melalui bentukan-bentukan bebatuan di dalam gunung dan muncul di beberapa tempat di laut.

Para pria Tonga akan melaut dalam perahu kecil mereka dengan seorang tua-tua yang bijak berdiri di satu sisi kapal untuk mencari tempat yang tepat. Para pemuda yang kuat di kapal berdiri siap dengan wadah-wadah untuk menyelam jauh ke dalam air laut. Ketika mereka mencapai tempat yang tepat, orang yang bijak itu akan mengangkat kedua tangannya ke arah langit. Itulah tandanya. Para pemuda akan menyelam dari kapal sejauh semampu mereka dan mengisi wadah-wadah mereka dengan air tawar yang bersih. Bapa bangsa tua ini mempersamakan tradisi penyelamatan nyawa ini dengan air hidup Injil Yesus Kristus dan orang yang bijak itu dengan nabi Allah di bumi ini. Dia mengamati bahwa airnya murni, segar, dan dalam kondisi kekeringan mereka, menyelamatkan nyawa. Tetapi itu tidak mudah untuk ditemukan. Itu tidak terlihat bagi mata yang tak terlatih. Bapa bangsa ini ingin tahu semua hal yang nabi ajarkan.

Kita hidup di zaman yang tidak menentu. Dunia amat membutuhkan air tawar yang bersih, yaitu Injil Yesus Kristus. Kita hendaknya mendengarkan dengan sungguh-sungguh kepada nabi ketika kita membuat pilihan. Catatan tidak resmi saya sendiri mengindikasikan bahwa Presiden Hinckley telah secara terus-menerus menekankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Itu diikuti dengan penekanannya mengenai memperkuat keluarga dan mengadakan pengamatan keagamaan keluarga di rumah. Berulang kali dia telah memberi tahu kita bahwa jika kita mau menjalankan sebuah asas, kita akan memperoleh kesaksian akan kebenaran asas itu, yang sebaliknya akan meningkatkan iman kita.

Saya tahu bahwa banyak dari Anda prihatin mengenai membesarkan anak-anak Anda dalam masa-masa sulit ini dan meningkatkan iman mereka. Ketika istri saya dan saya memulai keluarga kami di Area San Francisco Bay, kami memiliki keprihatinan yang sama. Pada suatu titik yang kritis para anggota wilayah kami dinasihati oleh Penatua Harold B. Lee, yang ketika itu adalah anggota Dua Belas, bahwa kami dapat membesarkan keluarga kami dalam kesalehan jika kami mau:

  1. Mengikuti nabi.

  2. Menciptakan roh sejati Injil dalam hati dan rumah tangga kami.

  3. Menjadi terang bagi mereka yang tinggal di sekitar kita.

  4. Berfokus pada tata cara-tata cara dan asas-asas yang diajarkan di bait suci (lihat A&P 115:5; Harold B. Lee, “Your Light to Be a Standard unto the Nations,” Ensign, Agustus 1973, 3–4).

Sewaktu kami mengikuti nasihat ini, iman kami bertambah dan rasa takut kami berkurang. Saya percaya kita dapat membesarkan anak-anak yang saleh di mana pun di dunia jika mereka diajari asas-asas keagamaan dalam rumah tangga.

Satu bidang dimana anggota dapat hidup dengan iman dan bukan dengan rasa takut adalah dalam upaya misionaris kita. Sebelum panggilan saya dalam Presidensi Tujuh Puluh tanggal 1 Agustus tahun ini, saya melayani di Departemen Misionaris selama enam tahun, tiga tahun terakhir sebagai Direktur Pelaksana di bawah Penatua M. Russell Ballard, yang melayani sebagai Ketua Dewan Pelaksana Misionaris.

Beberapa presiden misi memberi tahu kami bahwa banyak anggota yang baik berada dalam penyamaran terhadap tetangga dan rekan kerja mereka. Mereka tidak memberi tahu orang siapa mereka dan apa yang mereka percayai. Kami membutuhkan lebih banyak keterlibatan anggota dalam membagikan pesan Pemulihan. Roma 10, ayat 14, menempatkan hal ini dalam perspektifnya:

“Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya [berbicara mengenai Juruselamat], jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”

Ayat 15 berisikan pesan luar biasa yang dirujuk dalam Yesaya:

“Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik” (lihat juga Yesaya 52:7).

Telah diamati bahwa anggota harus menggerakkan kaki mereka dan membiarkan suara mereka terdengar bila mereka ingin menggapai berkat ini.

Mengkotbahkan Injil-Ku, sebuah penuntun bagi pelayanan misionaris, pertama kali diperkenalkan pada bulan Oktober 2004. Presiden Hinckley memulai upaya ini ketika dia meminta misionaris untuk mempelajari ajaran dan mengajarkan asas melalui Roh. Setiap anggota dari Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas berperan serta hingga tingkatan yang tinggi. Penatua Ballard dan saya merasa bahwa tingkap-tingkap langit dibukakan dan ilham Tuhan dicurahkan untuk mendatangkan sumber yang hebat ini. Lebih 1,5 juta salinan Mengkhotbahkan Injil-Ku telah dibeli oleh anggota Gereja. Itu merupakan landasan yang luar biasa, dan misionaris adalah pengajar yang penuh kuasa, yang rohani. Meskipun demikian, jika kita ingin mencapai apa yang Presiden Hinckley minta, para anggota, melalui hidup dengan iman dan bukan dengan rasa takut, perlu membagikan Injil kepada teman dan kenalan mereka.

Dalam pemanggilan pribadi kita, kita perlu beriman dan tidak penuh rasa takut.

Putri kami, Kathryn, melayani sebagai presiden Pratama di lingkungannya di Salt Lake City. Istri saya dan saya menghadiri lingkungannya hari Minggu lalu untuk mengamati penyajian pertemuan sakramen Pratama, “Aku Akan Mengikuti-Nya dengan Iman.” Saya senang mendengar anak-anak melafalkan tulisan suci dan cerita-cerita yang dipadukan dengan nyanyian-nyanyian yang berfokus pada iman kepada Kristus.

Setelah pertemuan tersebut, saya menanyakan kepadanya tentang pemanggilannya. Dia mengatakan bahwa pada awalnya pemanggilan tersebut membebaninya. Banyak waktu dihabiskan untuk menangani masalah. Kemudian presidensi tersebut memutuskan untuk menekankan kasih, iman, dan doa. Tiba-tiba kesan- kesan rohani datang dalam benak mengenai seorang anak atau keluarga tertentu. Perselisihan digantikan dengan kasih. Dia memberi tahu saya bahwa sewaktu mereka bertindak mengikuti dorongan Roh, Pratama mencerminkan kekhidmatan dan kedamaian, dan pembelajaran injil yang sejati terjadi.

Iman kita kepada Yesus Kristuslah yang mendukung kita pada persimpangan perjalanan kehidupan. Itulah asas utama Injil. Tanpanya kita akan memutar roda di persimpangan, menghabiskan waktu berharga kita tetapi tidak sampai kemana-mana. Kristuslah yang menawarkan undangan untuk mengikuti-Nya, untuk menyerahkan kepada-Nya beban kita, dan untuk mengangkat kuk-Nya, “sebab kuk yang [Dia] pasang itu enak dan beban [Dia] pun ringan” (Matius 11:30).

Tidak ada nama lain di kolong langit yang melaluinya manusia dapat diselamatkan (lihat Kisah Para Rasul 4:12). Kita harus mengambil bagi diri kita nama-Nya dan menerima rupa-Nya di wajah kita agar ketika Dia datang kita menjadi lebih seperti Dia (lihat 1 Yohanes 3:2; Alma 5:14). Ketika kita memilih untuk mengikuti Kristus dengan iman alih-alih memilih jalan yang lain karena rasa takut, kita diberkati dengan konsekuensi yang sejalan dengan pilihan kita (lihat A&P 6:34–36).

Semoga kita semua mengenali dan berterima kasih atas karunia kehidupan yang tak tertandingi yang kita masing-masing nikmati dan atas napas yang dipinjamkan-Nya kepada kita setiap hari. Semoga kita memilih untuk memiliki keyakinan di persimpangan jalan kehidupan dan beriman kepada Yesus Kristus. Doa saya adalah agar kita mau hidup dengan iman dan bukan dengan rasa takut. Saya memberikan kesaksikan mengenai Allah, yang adalah Bapa Surgawi kita, dan Putra-Nya, Yesus Kristus, yang berkurban menebus bagi dosa-dosa kita, dalam nama Yesus Kristus, amin.