2023
Tanda-Tanda Kebahagiaan
November 2023


12:15

Tanda-Tanda Kebahagiaan

Membangun di atas landasan Yesus Kristus adalah penting bagi kebahagiaan kita.

Saat dalam penerbangan untuk urusan bisnis beberapa tahun lalu, saya mendapati diri saya duduk di sebelah seorang pria dari Negeri Belanda. Saya sangat ingin berbincang-bincang dengannya karena saya telah melayani di Belgia dan Negeri Belanda sebagai seorang misionaris muda.

Sewaktu kami berkenalan, dia memberi saya kartu namanya dengan nama pekerjaan yang unik sebagai “profesor kebahagiaan.”  Saya berkomentar tentang profesinya yang luar biasa dan menanyakan apa yang seorang profesor kebahagiaan lakukan. Dia mengatakan bahwa dia mengajari orang-orang cara memiliki kehidupan yang bahagia dengan membangun hubungan dan gol-gol yang bermakna. Saya menjawab, “Itu luar biasa, tetapi bagaimana jika Anda dapat juga mengajarkan cara agar hubungan tersebut dapat berlanjut melampaui kuburan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan jiwa lainnya, misalnya apa tujuan kehidupan, bagaimana kita dapat mengatasi kelemahan-kelemahan kita, dan ke mana kita akan pergi setelah kita mati?” Dia mengakui bahwa akanlah sangat luar biasa jika kita memiliki jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan saya senang membagikan kepadanya bahwa kita memilikinya.

Hari ini, saya ingin mengulas beberapa asas mendasar bagi kebahagiaan sejati yang tampaknya luput dari perhatian banyak orang di dunia yang membingungkan ini, di mana banyak hal menarik namun sedikit yang benar-benar penting.

Alma mengajari orang-orang di zamannya. “Karena lihatlah, aku berkata kepadamu ada banyak hal yang akan datang; dan lihatlah, ada satu hal yang memiliki kepentingan lebih daripada itu semua—karena lihatlah, waktunya tidaklah terlalu jauh ketika Penebus hidup dan datang di antara umat-Nya.”1

Pernyataan ini setara pentingnya bagi kita di zaman sekarang sewaktu kita menanti-nantikan dan bersiap bagi Kedatangan Kedua Kristus!

Oleh karena itu, pengamatan pertama saya adalah bahwa membangun di atas landasan Yesus Kristus adalah penting bagi kebahagiaan kita. Ini adalah landasan yang pasti, “landasan yang jika manusia membangun di atasnya mereka tidak dapat jatuh.”2 Melakukannya akan mempersiapkan kita bagi tantangan kehidupan, yang mungkin akan datang.

Bertahun-tahun yang lalu, saya pergi ke perkemahan Pramuka musim panas bersama putra kami, Justin. Sewaktu kegiatan itu sedang berjalan, dia dengan gembira mengumumkan bahwa dia dan teman-temannya ingin memperoleh lencana prestasi memanah. Untuk mendapatkannya disyaratkan agar anak-anak lelaki lulus ujian tertulis singkat dan mengenai target dengan anak panah mereka.

Hati saya pun rontok. Pada waktu itu, Justin cukup ringkih karena fibrosis kistik, sebuah penyakit yang telah dideritanya sejak lahir. Saya bertanya-tanya apakah dia dapat menarik busur cukup jauh ke belakang untuk melepaskan anak panah ke arah target.

Sewaktu dia dan teman-temannya meninggalkan kelas panahan itu, saya berdoa dalam hati agar dia tidak akan dipermalukan oleh pengalaman tersebut. Dua jam yang penuh kegelisahan kemudian, saya melihatnya berjalan ke arah saya dengan senyuman lebar. “Ayah!” dia berteriak. “Saya mendapatkan lencana prestasi itu! Saya tepat sasaran; itu kena di target sebelah saya, tetapi saya tepat sasaran!” Dia telah menarik busur itu sekuat tenaganya dan melepaskan anak panahnya, tidak mampu untuk mengendalikan arah lintasannya. Betapa saya bersyukur atas instruktur panahan yang pengertian itu, yang tidak pernah mengatakan, “Maaf, salah target!” Melainkan, setelah melihat keterbatasan yang jelas dan upaya yang sungguh-sungguh dari Justin, dia dengan ramah menanggapi, “Bagus!”

Seperti itulah jadinya bagi kita jika kita melakukan yang terbaik untuk mengikuti Kristus dan para nabi-Nya terlepas dari keterbatasan-keterbatasan kita. Jika kita datang kepada-Nya dengan menepati perjanjian-perjanjian kita dan bertobat dari dosa-dosa kita, kita akan mendengar dengan penuh sukacita pujian Juruselamat kita: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.”3

Saya memberikan kepada Anda kesaksian saya akan keilahian Juruselamat dunia dan akan kasih penebusan serta kuasa-Nya untuk menyembuhkan, menguatkan, dan mengangkat kita sewaktu kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk datang kepada-Nya. Sebaliknya, tidak mungkin kita bisa bergerak bersama orang banyak tetapi juga menuju Yesus. Juruselamat telah mengalahkan maut, penyakit, serta dosa dan telah menyediakan jalan bagi kesempurnaan tertinggi kita jika kita akan mengikuti Dia dengan segenap hati kita.4

Pengamatan kedua saya yaitu bahwa adalah penting bagi kebahagiaan kita agar kita mengingat bahwa kita adalah putra dan putri dari seorang Bapa Surgawi yang pengasih. Mengetahui dan meyakini kenyataan ini mengubah segalanya.

Beberapa tahun yang lalu, dalam penerbangan pulang dari sebuah tugas Gereja, Sister Sabin dan saya mendapati diri kami duduk tepat di belakang seorang pria yang sangat besar dengan tato wajah besar dan menyeramkan di bagian belakang kepalanya yang botak, juga dengan angka 439.

Ketika kami mendarat, saya berkata, “Maaf, Pak. Apakah Anda keberatan jika saya menanyakan arti dari angka yang tertato di belakang kepala Anda?” Saya tidak berani bertanya tentang wajah yang menyeramkan.

Dia berkata, “Itu saya. Itulah jati diri saya. Saya menguasai wilayah itu: 219!”

Empat ratus tiga puluh sembilan adalah angka yang sebenarnya tertulis di kepalanya, jadi saya kaget dia salah menyebutkannya, mengingat itu sangat penting baginya.

Saya berpikir betapa sedihnya bahwa identitas dan harga diri pria ini didasarkan pada angka yang dikaitkan dengan sebuah wilayah kekuasaan gerombolan. Saya berpikir dalam hati saya, pria yang terlihat keras ini dahulunya adalah anak lelaki kecil seseorang yang masih perlu merasa dihargai dan menjadi bagian. Seandainya saja dia tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan milik siapa dia sebenarnya, karena kita semua telah “dibeli dan harganya telah lunas dibayar.”5

Ada sebaris lirik yang bijaksana dari sebuah lagu dari film The Prince of Egypt yang menyatakan, “Lihatlah kehidupan Anda dengan mata surga.”6 Sewaktu pengetahuan tentang garis keturunan ilahi serta potensi kekal kita meresap secara mendalam ke dalam jiwa kita, kita akan mampu melihat kehidupan sebagai sebuah petualangan yang penuh tujuan yang terbuka untuk belajar dan tumbuh darinya, bahkan ketika “kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar”7 untuk sementara waktu.

Tanda ketiga dari kebahagiaan adalah untuk selalu mengingat nilai jiwa. Kita melakukan ini paling baik dengan mengikuti nasihat Juruselamat: “Saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.”8

Dia juga mengajarkan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”9

Kitab Amsal menasihati dengan bijaksana, “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.”10

Kita tidak akan pernah menyesal menjadi terlalu baik. Dalam pandangan Allah, kebaikan bersinonim dengan kehebatan. Bagian dari menjadi baik adalah menjadi pemaaf dan tidak menghakimi.

Bertahun-tahun lalu keluarga muda kami ingin pergi menonton film untuk malam keluarga. Kami semua sudah berada di dalam mobil kecuali salah seorang putra kami dan istri saya, Valerie. Hari sudah gelap, dan ketika putra kami membuka pintu dan berlari menuju mobil, dia secara tidak sengaja menendang sesuatu yang dia pikir adalah kucing kami di teras. Sayangnya bagi putra kami dan istri saya, yang berada tepat di belakangnya, itu bukanlah kucing kami, melainkan seekor sigung yang sedang gusar, yang memberi tahu mereka tentangnya! Kami semua kembali ke rumah, di mana mereka mandi dan mencuci rambut dengan jus tomat, obat yang dianggap ampuh untuk menghilangkan bau sigung. Pada saat mereka sudah membersihkan diri dan mengganti pakaian, kami semua sudah tidak peka terhadap bau apa pun, jadi kami memutuskan bahwa kami bisa pergi ke bioskop. 

Setelah kami duduk di bagian belakang teater, satu per satu orang-orang di sekitar kami tiba-tiba memutuskan untuk pergi ke luar membeli berondong jagung. Akan tetapi, saat mereka kembali, tidak seorang pun yang kembali ke tempat duduk mereka semula.

Kami tertawa sewaktu kami mengingat pengalaman itu, tetapi bagaimana jika semua dosa kita meninggalkan bau? Bagaimana jika kita dapat mencium bau ketidakjujuran, nafsu, iri hati, atau kesombongan? Dengan kelemahan-kelemahan kita yang terungkap, semoga kita akan sedikit lebih bertenggang rasa dan berhati-hati terhadap orang lain dan, demikian juga mereka terhadap kita sewaktu kita mengupayakan perubahan yang diperlukan dalam kehidupan kita. Saya sesungguhnya menyukai bau tembakau di gereja, karena itu mengindikasikan seseorang sedang mencoba untuk berubah. Mereka memerlukan rangkulan ramah kita.

Presiden Russell M. Nelson telah mengatakan dengan bijaksana, “Salah satu cara termudah untuk mengidentifikasi pengikut sejati Yesus Kristus adalah seberapa penuh kasihnya orang tersebut memperlakukan orang lain.”11

Paulus menulis kepada orang-orang Efesus, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”12

Sebagai murid Yesus Kristus, kita diminta untuk percaya kepada Bapa Surgawi dan Juruselamat kita dan tidak mencoba menggantikan Mereka. Yesus Kristus mengetahui ketidaksempurnaan setiap orang secara sempurna dan akan menghakimi mereka dengan sempurna.

Tanda kebahagiaan keempat saya adalah mempertahankan perspektif kekal. Rencana Bapa kita terbentang hingga kekekalan; adalah mudah untuk berfokus pada masalah di sini dan saat ini dan melupakan hal-hal yang setelah ini.

Saya diajari pelajaran ini dengan kuat beberapa tahun yang lalu oleh putri kami yang saat itu berusia 16 tahun, Jennifer. Dia akan menjalani transplantasi paru-paru ganda, di mana lima lobus paru-parunya yang sakit akan diangkat seluruhnya dan digantikan oleh dua lobus lebih kecil yang sehat, yang disumbangkan oleh dua teman luar biasa seperti Kristus. Itu merupakan prosedur berisiko tinggi, namun pada malam sebelum pembedahannya, Jennifer hampir mengkhotbahi saya dengan total berat badannya yang 41 kg, mengatakan, “Jangan khawatir, Ayah! Besok saya akan bangun dengan paru-paru yang baru atau saya akan bangun di sebuah tempat yang lebih baik. Yang mana pun itu akan bagus.” Itulah iman, itulah perspektif kekal! Melihat kehidupan dari titik yang menguntungkan memberikan kejelasan, penghiburan, keberanian, dan harapan.

Saat hari yang telah lama dinantikan tiba untuk melepaskan selang pernapasan dan mematikan ventilator yang telah membantu Jennifer bernapas, kami dengan gelisah menantikan untuk melihat apakah kedua lobusnya yang lebih kecil akan berfungsi. Saat dia menarik napas pertamanya, dia dengan segera mulai menangis. Melihat kekhawatiran kami, dia segera berseru, “Betapa menyenangkannya bernapas.” 

Sejak hari itu, saya telah berterima kasih kepada Bapa Surgawi, pagi dan malam, atas kemampuan saya untuk bernapas. Kita dikelilingi oleh berkat-berkat yang tak terhitung yang dengan mudah dapat kita anggap remeh jika kita tidak waspada. Sebaliknya, ketika tidak ada yang diekspektasikan dan segala sesuatu dihargai, kehidupan menjadi luar biasa.

Presiden Nelson telah mengatakan: “Setiap pagi baru adalah karunia dari Allah. Bahkan udara yang kita hirup adalah pinjaman penuh kasih dari-Nya. Dia melindungi kita dari hari ke hari dan mendukung kita setiap saat. Karenanya, perbuatan mulia kita di pagi hari hendaknya adalah doa syukur yang rendah hati.”13

Itu membawa saya pada pengamatan kelima dan terakhir saya, yaitu bahwa Anda tidak akan pernah lebih bahagia daripada rasa syukur Anda.

Tuhan menyatakan, “Dan dia yang menerima segala sesuatu dengan rasa terima kasih akan dijadikan mulia.”14 Barangkali ini karena rasa syukur melahirkan banyak kebajikan lainnya.

Bagaimana kesadaran kita akan berubah jika setiap pagi kita bangun hanya dengan berkat-berkat yang kita syukuri malam sebelumnya? Kegagalan untuk menghargai berkat-berkat kita dapat menghasilkan rasa tidak puas, yang dapat merampok kita dari sukacita dan kebahagiaan yang dihasilkan dari rasa syukur. Mereka yang berada di dalam bangunan yang besar dan lapang itu memikat kita untuk memandang melampaui sasaran, sehingga kehilangan sasarannya secara keseluruhan.

Kenyataannya, kebahagiaan terbesar dan berkat-berkat kefanaan akan ditemukan dalam siapa kita telah menjadi melalui kasih karunia Allah sewaktu kita membuat dan menepati perjanjian-perjanjian sakral dengan-Nya. Juruselamat kita akan memoles dan memurnikan kita melalui jasa kurban pendamaian-Nya dan telah berfirman tentang mereka yang bersedia mengikuti Dia, “Mereka akan menjadi milik-Ku pada masa itu ketika Aku akan datang untuk menghimpun permata-Ku.”15

Saya berjanji kepada Anda bahwa jika kita membangun kehidupan kita di atas landasan Yesus Kristus; menghargai identitas kita sebagai putra dan putri Allah; mengingat nilai jiwa; mempertahankan perspektif kekal; dan menghargai banyak berkat kita dengan penuh syukur, terutama undangan Kristus untuk datang kepada-Nya, kita dapat menemukan kebahagiaan sejati yang kita cari dalam petualangan fana ini. Kehidupan akan masih memiliki tantangan-tantangannya, tetapi kita akan mampu menghadapinya masing-masing secara lebih baik dengan suatu rasa tujuan dan kedamaian karena kebenaran-kebenaran kekal yang kita pahami dan amalkan.

Saya memberikan kepada Anda kesaksian saya akan realitas Allah, Bapa kita yang penuh kasih dan tentang Putra Terkasih-Nya, Yesus Kristus. Saya juga bersaksi akan para nabi, pelihat, dan pewahyu yang hidup. Sungguh adalah berkat untuk menerima nasihat dari surga melalui mereka. Seperti yang Juruselamat nyatakan dengan jelas, “Apakah melalui suara-Ku sendiri atau melalui suara para hamba-Ku, itu adalah sama.”16 Dalam nama sakral Yesus Kristus, amin.