2023
Kebenaran Kekal
November 2023


10:40

Kebenaran Kekal

Kebutuhan kita untuk mengenali kebenaran menjadi sangat penting!

Brother dan sister, terima kasih atas pengabdian Anda kepada Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, dan terima kasih atas kasih dan pelayanan Anda kepada satu sama lain. Anda sungguh luar biasa!

Prakata

Setelah istri saya, Anne, dan saya menerima pemanggilan untuk melayani sebagai pemimpin misi penuh waktu, keluarga kami bertekad untuk mengetahui nama setiap misionaris sebelum tiba di ladang misi. Kami memperoleh foto, membuat kartu hafalan, dan mulai menelaah wajah serta menghafal nama-nama.

Begitu kami tiba, kami mengadakan konferensi perkenalan dengan para misionaris. Saat kami berbaur, saya mendengar putra kami yang berusia sembilan tahun:

“Senang bertemu Anda, Sam!”

“Rachel, dari mana Anda berasal?”

“Wow, David, Anda tinggi!”

Karena khawatir, saya mendatangi putra kami dan berbisik, “Hei, mari ingat untuk menyebut misionaris sebagai Elder atau Sister.”

Dia menatap saya dengan bingung dan berkata, “Ayah, saya kira kita harus menghafal nama-nama mereka.” Putra kami melakukan apa yang menurutnya benar berdasarkan pemahamannya.

Jadi, apa pemahaman kita tentang kebenaran di dunia saat ini? Kita terus-menerus dibombardir dengan opini-opini yang kuat, pemberitaan yang bias, dan data yang tidak lengkap. Pada saat yang sama, volume dan sumber informasi ini bertambah banyak. Kebutuhan kita untuk mengenali kebenaran menjadi sangat penting!

Kebenaran sangat penting bagi kita untuk membangun dan memperkuat hubungan kita dengan Allah, menemukan kedamaian dan sukacita, dan mencapai potensi ilahi kita. Hari ini, mari kita pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Apa itu kebenaran dan mengapa itu penting?

  • Bagaimana kita menemukan kebenaran?

  • Ketika kita menemukan kebenaran, bagaimana kita bisa membagikannya?

Kebenaran Adalah Kekal

Tuhan telah mengajari kita dalam tulisan suci bahwa “kebenaran adalah pengetahuan tentang hal-hal sebagaimana adanya, dan sebagaimana adanya dahulu, dan sebagaimana adanya yang akan datang” (Ajaran dan Perjanjian 93:24). Itu “tidaklah diciptakan atau dijadikan” (Ajaran dan Perjanjian 93:29) dan “tidak memiliki akhir” (Ajaran dan Perjanjian 88:66).1 Kebenaran adalah mutlak, tetap, dan abadi. Dengan kata lain, kebenaran adalah kekal.2

Kebenaran membantu kita menghindari penipuan,3 membedakan yang baik dari yang jahat,4 menerima perlindungan,5 serta menemukan penghiburan dan penyembuhan.6 Kebenaran juga dapat membimbing tindakan kita,7 memerdekakan kita,8 menguduskan kita,9 dan menuntun kita menuju kehidupan kekal.10

Allah Mengungkapkan Kebenaran Kekal

Allah mengungkapkan kebenaran kekal kepada kita melalui jaringan hubungan wahyu yang melibatkan diri-Nya, Yesus Kristus, Roh Kudus, para nabi, dan kita. Mari kita membahas peran berbeda namun saling berhubungan dari setiap peserta dalam proses ini.

Pertama, Allah adalah sumber kebenaran kekal.11 Dia dan Putra-Nya, Yesus Kristus,12 memiliki pemahaman yang sempurna tentang kebenaran dan selalu bertindak selaras dengan asas dan hukum yang benar.13 Kuasa ini memperkenankan Mereka untuk menciptakan dan mengatur dunia14 juga untuk mengasihi, membimbing, dan memelihara kita masing-masing dengan sempurna.15 Mereka ingin kita memahami dan menerapkan kebenaran agar kita dapat menikmati berkat-berkat yang Mereka nikmati.16 Mereka dapat menyampaikan kebenaran secara pribadi atau, lebih khusus lagi, melalui utusan seperti Roh Kudus, malaikat, atau nabi yang hidup.

Kedua, Roh Kudus bersaksi tentang segala kebenaran.17 Dia mengungkapkan kebenaran kepada kita secara langsung dan kesaksian akan kebenaran yang diajarkan oleh orang lain. Kesan dari Roh biasanya datang sebagai pemikiran dalam benak kita dan perasaan dalam hati kita.18

Ketiga, para nabi menerima kebenaran dari Allah dan berbagi kebenaran itu kepada kita.19 Kita mempelajari kebenaran dari para nabi zaman dahulu dalam tulisan suci20 serta dari para nabi yang hidup di konferensi umum dan melalui kanal-kanal resmi lainnya.

Terakhir, Anda dan saya memainkan peran krusial dalam proses ini. Allah mengharapkan kita untuk mencari, mengenali, dan bertindak berdasarkan kebenaran. Kemampuan kita untuk menerima dan menerapkan kebenaran bergantung pada kekuatan hubungan kita dengan Bapa dan Putra, daya tanggap kita terhadap pengaruh Roh Kudus, dan keselarasan kita dengan para nabi zaman akhir.

Kita harus ingat bahwa Setan berupaya menjauhkan kita dari kebenaran. Dia tahu bahwa tanpa kebenaran, kita tidak dapat memperoleh kehidupan kekal. Dia menjalin untaian kebenaran dengan filosofi duniawi untuk membingungkan dan mengalihkan kita dari apa yang dikomunikasikan oleh Allah.21

Mencari, Mengenali, dan Menerapkan Kebenaran Kekal

Saat kita mencari kebenaran kekal,22 dua pertanyaan berikut dapat membantu kita mengenali apakah suatu konsep berasal dari Allah atau dari sumber lain:

  • Apakah konsep tersebut diajarkan secara konsisten dalam tulisan suci dan oleh nabi yang hidup?

  • Apakah konsep tersebut ditegaskan melalui kesaksian Roh Kudus?

Allah mengungkapkan kebenaran doktrin melalui para nabi, dan Roh Kudus menegaskan kebenaran tersebut kepada kita dan membantu kita menerapkannya.23 Kita harus mencari dan bersiap untuk menerima kesan rohani ini ketika itu datang.24 Kita paling mudah menerima kesaksian Roh ketika kita rendah hati,25 berdoa dengan tulus dan menelaah firman Allah,26 serta menaati perintah-perintah-Nya.27

Setelah Roh Kudus menegaskan suatu kebenaran tertentu kepada kita, pemahaman kita semakin dalam ketika kita mempraktikkan asas tersebut. Seiring waktu, saat kita secara konsisten mengamalkan asas itu, kita memperoleh pengetahuan yang pasti akan kebenaran itu.28

Misalnya, saya telah melakukan kesalahan dan merasa menyesal atas pilihan yang buruk. Namun melalui doa, penelaahan, dan iman kepada Yesus Kristus, saya menerima kesaksian mengenai asas pertobatan.29 Sewaktu saya terus bertobat, pemahaman saya tentang pertobatan semakin kuat. Saya merasa lebih dekat dengan Allah dan Putra-Nya. Saya sekarang tahu bahwa dosa dapat diampuni melalui Yesus Kristus, karena saya mengalami berkat-berkat pertobatan setiap hari.30

Memercayai Allah Ketika Kebenaran Belum Terungkap

Jadi, apa yang hendaknya kita lakukan ketika kita dengan tulus mencari kebenaran yang belum terungkap? Saya berempati kepada siapa pun dari kita yang mendambakan jawaban yang tampaknya tidak kunjung datang.

Kepada Joseph Smith, Tuhan menasihati, “Diamlah kamu sampai Aku akan menganggap patut untuk menyingkapkan segala hal … mengenai masalah ini” (Ajaran dan Perjanjian 10:37).

Dan kepada Emma Smith, Dia menjelaskan, “Janganlah menggerutu karena apa yang belum engkau lihat, karena itu ditahan darimu dan dari dunia, yang adalah kebijaksanaan di dalam Aku pada suatu masa yang akan datang” (Ajaran dan Perjanjian 25:4).

Saya juga telah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh hati. Banyak jawaban telah datang; beberapa belum.31 Saat kita berpegang teguh—memercayai hikmat dan kasih Allah, menaati perintah-perintah-Nya, dan bersandar pada apa yang kita sungguh ketahui—Dia membantu kita menemukan kedamaian hingga Dia mengungkapkan kebenaran segala sesuatu.32

Memahami Doktrin dan Kebijakan

Ketika mencari kebenaran, ada baiknya untuk memahami perbedaan antara doktrin dan kebijakan. Doktrin merujuk pada kebenaran kekal, seperti kodrat ke-Allah-an, rencana keselamatan, dan kurban pendamaian Yesus Kristus. Kebijakan adalah penerapan doktrin berdasarkan keadaan saat ini. Kebijakan membantu kita mengelola Gereja dengan cara yang tertib.

Meskipun doktrin tidak pernah berubah, kebijakan disesuaikan dari waktu ke waktu. Tuhan bekerja melalui para nabi-Nya untuk menegakkan doktrin-Nya dan memodifikasi kebijakan Gereja sesuai kebutuhan anak-anak-Nya.

Sayangnya, kita terkadang mengacaukan kebijakan dengan doktrin. Jika kita tidak memahami perbedaannya, kita berisiko menjadi kecewa ketika kebijakan berubah dan mungkin mulai mempertanyakan hikmat Allah atau peran pewahyuan dari para nabi.33

Mengajarkan Kebenaran Kekal

Ketika kita memperoleh kebenaran dari Allah, Dia mengimbau kita untuk berbagi pengetahuan itu dengan orang lain.34 Kita melakukan ini ketika kita mengajar di kelas, membimbing seorang anak, atau membahas kebenaran Injil dengan seorang teman.

Tujuan kita adalah untuk mengajarkan kebenaran dalam cara yang mengundang kuasa menginsafkan dari Roh Kudus.35 Izinkan saya berbagi beberapa ajakan sederhana dari Tuhan dan para nabi-Nya yang dapat membantu.36

  1. Pusatkan kepada Bapa Surgawi, Yesus Kristus, dan doktrin mendasar Mereka.37

  2. Tetaplah berpijak pada tulisan suci dan ajaran-ajaran para nabi zaman akhir.38

  3. Bersandarlah pada doktrin yang ditegakkan melalui banyak saksi yang berwenang.39

  4. Hindari spekulasi, opini pribadi, atau gagasan duniawi.40

  5. Ajarkan pokok doktrin dalam konteks kebenaran Injil terkait.41

  6. Gunakan metode pengajaran yang mengundang pengaruh Roh.42

  7. Komunikasikan dengan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.43

Mengatakan Kebenaran dalam Kasih

Cara kita mengajarkan kebenaran sangatlah penting. Paulus mengimbau kita untuk mengatakan “kebenaran di dalam kasih” (lihat Efesus 4:14–15). Kebenaran memiliki peluang terbaik untuk memberkati orang lain ketika disampaikan dengan kasih seperti Kristus.44

Kebenaran yang diajarkan tanpa kasih dapat menimbulkan perasaan dihakimi, putus asa, dan kesepian. Sering kali hal ini mengarah pada kebencian dan perpecahan—bahkan konflik. Di sisi lain, kasih tanpa kebenaran adalah hampa dan tidak menjanjikan pertumbuhan.

Kebenaran dan kasih keduanya esensial untuk perkembangan rohani kita.45 Kebenaran menyediakan doktrin, asas, dan hukum yang diperlukan untuk memperoleh kehidupan kekal, sementara kasih menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk menerima dan menindaki apa yang benar.

Saya selamanya berterima kasih kepada orang-orang yang dengan sabar mengajari saya kebenaran kekal dengan kasih.

Penutup

Sebagai penutup, izinkan saya berbagi kebenaran kekal yang telah menjadi sauh bagi jiwa saya. Saya telah mengetahui kebenaran ini dengan mengikuti asas-asas yang dibahas hari ini.

Saya tahu bahwa Allah adalah Bapa Surgawi kita.46 Dia maha mengetahui,47 maha kuasa,48 dan maha pengasih.49 Dia membuat rencana bagi kita untuk memperoleh kehidupan kekal dan menjadi seperti Dia.50

Sebagai bagian dari rencana itu, Dia mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk membantu kita.51 Yesus mengajari kita untuk melakukan kehendak Bapa52 dan untuk saling mengasihi.53 Dia menebus dosa-dosa kita54 dan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib.55 Dia bangkit dari kematian setelah tiga hari.56 Melalui Kristus dan kasih karunia-Nya, kita akan dibangkitkan,57 kita dapat diampuni,58 dan kita dapat menemukan kekuatan dalam penderitaan.59

Selama pemberian pelayanan fana-Nya, Yesus menegakkan Gereja-Nya.60 Seiring waktu, Gereja itu diubah, dan kebenaran hilang.61 Yesus Kristus memulihkan Gereja-Nya dan kebenaran Injil melalui Nabi Joseph Smith.62 Dan saat ini, Kristus terus memimpin Gereja-Nya melalui para nabi dan rasul yang hidup.63

Saya tahu bahwa sewaktu kita datang kepada Kristus, kita pada akhirnya dapat “[disempurnakan] di dalam Dia” (Moroni 10:32), memperoleh “kegenapan sukacita” (Ajaran dan Perjanjian 93:33), dan menerima “segala yang [Bapa] miliki” (Ajaran dan Perjanjian 84:38). Bagi kebenaran-kebenaran kekal ini saya memberikan kesaksian di dalam nama kudus Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Lihat juga Mazmur 117:2; Ajaran dan Perjanjian 1:39.

  2. “Bertentangan dengan keraguan sebagian orang, sesungguhnya ada yang disebut salah dan benar. Sesungguhnya ada kebenaran mutlak—kebenaran kekal. Salah satu wabah di zaman kita adalah bahwa terlalu sedikit orang tahu ke mana harus berpaling untuk mendapatkan kebenaran” (Russell M. Nelson, “Kebenaran Murni, Doktrin Murni, dan Wahyu Murni,” Liahona, November 2021, 6).

  3. Lihat Joseph Smith—Matius 1:37.

  4. Lihat Moroni 7:19.

  5. Lihat 2 Nefi 1:9; Ajaran dan Perjanjian 17:8.

  6. Lihat Yakub 2:8.

  7. Lihat Mazmur 119:105; 2 Nefi 32:3.

  8. Lihat Yohanes 8:32; Ajaran dan Perjanjian 98:8.

  9. Lihat Yohanes 17:17.

  10. Lihat 2 Nefi 31:20.

  11. Lihat Ajaran dan Perjanjian 88:11–13; 93:36.

  12. Lihat Yohanes 5:19–20; 7:16; 8:26; 18:37; Musa 1:6.

  13. Lihat Alma 42:12–26; Ajaran dan Perjanjian 88:41.

  14. Lihat Musa 1:30–39.

  15. Lihat 2 Nefi 26:24.

  16. Lihat Ajaran dan Perjanjian 82:8–9.

  17. Lihat Yohanes 16:13; Yakub 4:13; Moroni 10:5; Ajaran dan Perjanjian 50:14; 75:10; 76:12; 91:4; 124:97.

  18. Lihat Ajaran dan Perjanjian 6:22–23; 8:2–3.

  19. Lihat Yeremia 1:5, 7; Amos 3:7; Matius 28:16–20; Moroni 7:31; Ajaran dan Perjanjian 1:38; 21:1–6; 43:1–7. Nabi adalah “orang yang telah dipanggil oleh dan berbicara bagi Allah. Sebagai orang utusan Allah, nabi menerima perintah, nubuat, dan wahyu dari Allah. Tanggung jawabnya adalah untuk menyingkapkan kehendak dan karakter sejati Allah kepada umat manusia dan untuk memperlihatkan arti urusan-Nya dengan mereka. Nabi mencela dosa dan meramalkan akibatnya. Dia adalah pengkhotbah kebenaran. Pada kesempatan tertentu, para nabi bisa diilhami untuk meramalkan masa depan demi manfaat umat manusia. Namun, tanggung jawab utamanya adalah memberikan kesaksian tentang Kristus. Presiden Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir adalah nabi Allah di atas bumi dewasa ini. Anggota Presidensi Utama serta Dua Belas Rasul didukung sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu” (Penuntun bagi Tulisan Suci, “Nabi,” Perpustakaan Injil). Contoh dari asas-asas ini ditemukan dalam kehidupan Adam (lihat Musa 6:51–62), Henokh (lihat Musa 6:26–36), Nuh (lihat Musa 8:19, 23–24), Abraham (lihat Kejadian 12:1–3; Abraham 2:8–9), Musa (lihat Keluaran 3:1–15; Musa 1:1–6, 25–26), Petrus (lihat Matius 16:13–19), dan Joseph Smith (lihat Ajaran dan Perjanjian 5:6–10; 20:2; 21:4–6).

  20. Lihat 2 Timotius 3:16.

  21. Lihat Yohanes 8:44; 2 Nefi 2:18; Ajaran dan Perjanjian 93:39; Musa 4:4.

  22. Lihat 1 Nefi 10:19. Presiden Dallin H. Oaks memberi petunjuk: “Kita perlu berhati-hati sewaktu kita mencari kebenaran [Allah] dan memilih sumber-sumber untuk pencarian tersebut. Kita hendaknya tidak menganggap kedudukan atau otoritas sekuler sebagai sumber yang memenuhi syarat. … Sewaktu kita mencari kebenaran mengenai agama, kita hendaknya menggunakan metode rohani yang tepat untuk pencarian itu: doa, kesaksian dari Roh Kudus, dan penelaahan tulisan suci serta perkataan dari para nabi modern” (“Kebenaran dan Rencana,” Liahona, November 2018, 25).

  23. Penatua D. Todd Christofferson mengajarkan: “Para rasul dan nabi … memaklumkan firman Allah, namun selain itu, kita memercayai para pria dan wanita umumnya dan bahkan anak-anak dapat belajar dari dan dibimbing melalui ilham ilahi sebagai jawaban terhadap doa dan penelaahan tulisan suci. … Para anggota Gereja Yesus Kristus diberi karunia Roh Kudus, yang memfasilitasi komunikasi yang berkesinambungan dengan Bapa Surgawi. … Ini bukan untuk mengatakan bahwa setiap anggota berbicara bagi Gereja atau dapat menjelaskan doktrin-doktrinnya namun bahwa masing-masing dapat menerima bimbingan ilahi dalam mengatasi tantangan dan kesempatan dalam kehidupannya” (“Ajaran Kristus,” Liahona, Mei 2012, 89–90, catatan 2).

  24. Lihat 2 Nefi 33:1–2.

  25. Lihat Ajaran dan Perjanjian 1:28.

  26. Lihat Moroni 10:3–5; Ajaran dan Perjanjian 9:7–9; 84:85.

  27. Lihat Ajaran dan Perjanjian 5:35; 63:23; 93:27–28. Terlepas dari upaya kita yang sungguh-sungguh, sebagian dari kita mungkin masih bergumul untuk merasakan Roh karena tantangan kesehatan mental. Depresi, kecemasan, dan kondisi neurologis lainnya dapat menambah kerumitan dalam mengenali Roh Kudus. Dalam kasus seperti itu, Tuhan mengundang kita untuk terus mengamalkan Injil, dan Dia akan memberkati kita (lihat Mosia 2:41). Kita dapat mencari kegiatan tambahan—seperti mendengarkan musik sakral, terlibat dalam pelayanan, atau meluangkan waktu di alam—yang membantu kita merasakan buah Roh (lihat Galatia 5:22–23) dan memperkuat hubungan kita dengan Allah.

    Penatua Jeffrey R. Holland memaklumkan: “Jadi bagaimana cara terbaik Anda menanggapi tantangan-tantangan mental atau emosional yang Anda atau mereka yang Anda kasihi alami? Di atas segalanya, jangan pernah kehilangan iman kepada Bapa Anda di Surga, yang mengasihi Anda lebih dari yang Anda pahami. … Dengan setia kejarlah praktik-praktik yang menguji kesalehan yang membawa Roh Tuhan ke dalam hidup Anda. Mintalah nasihat dari mereka yang memegang kunci-kunci bagi kesejahteraan rohani Anda. Mintalah dan hargailah berkat-berkat imamat. Ambillah sakramen setiap minggu, dan berpeganglah teguh pada janji-janji penyempurnaan dari Pendamaian Yesus Kristus. Percayalah pada mukjizat. Saya telah melihat begitu banyak orang datang ketika setiap indikasi lainnya akan mengatakan bahwa harapan telah hilang. Harapan tidak pernah hilang” (“Seperti Barang yang Pecah,” Liahona, November 2013, 40–41).

  28. Lihat Yohanes 7:17; Alma 32:26–34. Pada akhirnya, Allah menghasratkan kita mendapatkan kebenaran “baris demi baris, ajaran demi ajaran,” sampai kita memahami segala sesuatu (lihat Amsal 28:5; 2 Nefi 28:30; Ajaran dan Perjanjian 88:67; 93:28).

  29. Lihat 1 Yohanes 1:9–10; 2:1–2.

  30. Presiden Russell M. Nelson menjelaskan: “Tidak ada yang lebih melegakan, lebih memuliakan, atau lebih krusial bagi kemajuan individu kita selain fokus rutin dan setiap hari pada pertobatan. Pertobatan bukanlah suatu peristiwa; itu sebuah proses. Itu adalah kunci untuk kebahagiaan dan kedamaian pikiran. Ketika dipadukan dengan iman, pertobatan membuka akses kita pada kuasa Pendamaian Yesus Kristus” (“Kita Dapat Melakukan Lebih Baik dan Menjadi Lebih Baik,” Liahona, Mei 2019, 67).

  31. Saya tidak tahu semua alasan mengapa Allah menahan beberapa kebenaran kekal dari kita, namun Penatua Orson F. Whitney memberikan wawasan yang menarik: “Kita diberkati dengan percaya tanpa melihat, karena dengan menjalankan iman datanglah perkembangan rohani, salah satu tujuan besar keberadaan manusia di bumi; sedangkan pengetahuan, dengan menyingkirkan iman, menghalangi pelaksanaannya, sehingga menghambat perkembangannya. ‘Pengetahuan adalah kuasa;’ dan segala sesuatu akan diketahui pada waktunya. Namun pengetahuan yang terlalu dini—mengetahui pada waktu yang salah—adalah fatal baik bagi kemajuan maupun kebahagiaan” (“The Divinity of Jesus Christ,” Improvement Era, Januari 1926, 222; lihat juga Liahona, Desember 2003, 14–15).

  32. Lihat Ajaran dan Perjanjian 76:5–10. Tuhan juga menasihati Hyrum Smith, “Janganlah berupaya untuk memaklumkan firman-Ku, tetapi lebih dahulu upayakanlah untuk mendapatkan firman-Ku. … Diamlah kamu [dan] telaahlah firman-Ku” (Ajaran dan Perjanjian 11:21–22). Nabi Alma memberikan teladan untuk menangani pertanyaan yang belum terjawab: “Misteri-misteri ini belumlah sepenuhnya disingkapkan kepadaku; oleh karena itu aku akan menahan diri.” (Alma 37:11). Dia juga menjelaskan kepada putranya Korianton bahwa “ada banyak misteri yang disimpan, agar tak seorang pun mengetahuinya kecuali Allah sendiri” (Alma 40:3). Saya juga menemukan kekuatan dari tanggapan Nefi ketika dia dihadapkan pada pertanyaan yang tidak dapat dia jawab: “Aku tahu bahwa [Allah] mengasihi anak-anak-Nya; walaupun demikian, aku tidak tahu arti segala sesuatu.” (1 Nefi 11:17).

  33. Demikian pula, tradisi budaya bukanlah doktrin atau kebijakan. Itu dapat berguna jika membantu kita mengikuti doktrin dan kebijakan, namun itu juga dapat menghambat pertumbuhan rohani kita jika itu tidak didasarkan pada asas-asas yang benar. Kita hendaknya menghindari tradisi yang tidak membangun iman kita kepada Yesus Kristus atau membantu kita maju menuju kehidupan kekal.

  34. Lihat Ajaran dan Perjanjian 15:5; 88:77–78.

  35. Lihat Ajaran dan Perjanjian 50:21–23.

  36. Diadaptasi dari dokumen “Principles for Ensuring Doctrinal Purity,” yang disetujui oleh Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul pada bulan Februari 2023.

  37. Lihat 1 Nefi 15:14. Tuhan mengarahkan para hamba-Nya untuk menghindari berfokus pada doktrin atau konsep yang tidak penting dalam Injil-Nya: “Dan tentang doktrin janganlah engkau berbicara, tetapi engkau hendaknya memaklumkan pertobatan dan iman pada Juruselamat, dan pengampunan akan dosa-dosa melalui baptisan, dan melalui api, ya, bahkan Roh Kudus” (Ajaran dan Perjanjian 19:31).

    Penatua Neil L. Andersen menjelaskan: “Marilah selalu berfokus kepada Juruselamat Yesus Kristus dan karunia kurban Pendamaian-Nya. Ini bukan berarti kita tidak dapat menceritakan pengalaman dari kehidupan kita sendiri atau berbagi pemikiran dari orang lain. Sementara topik kita mungkin mengenai keluarga atau pelayanan atau bait suci atau misi terkini, semuanya … hendaknya mengarah kepada Tuhan Yesus Kristus“ (“Kita Berbicara tentang Kristus,” Liahona, November 2020, 89–90).

  38. Lihat Ajaran dan Perjanjian 28:2–3, 8. Nabi Alma menasihati mereka yang ditunjuk untuk mengkhotbahkan Injil untuk “tidak mengajarkan apa pun kecuali apa yang telah dia ajarkan, dan yang telah diucapkan oleh mulut para nabi kudus” (Mosia 18:19).

    Presiden Henry B. Eyring memaklumkan, “Kita harus mengajarkan doktrin-doktrin dasar Gereja sebagaimana terkandung dalam kitab-kitab standar dan ajaran para nabi, yang tanggung jawabnya adalah memaklumkan doktrin” (“The Lord Will Multiply the Harvest” [malam bersama Pembesar Umum, 6 Februari 1998], dalam Teaching Seminary: Preservice Readings [2004], 96).

    Penatua D. Todd Christofferson bersaksi bahwa “di Gereja sekarang, seperti dahulu kala, menetapkan ajaran Kristus atau mengoreksi penyimpangan-penyimpangan ajaran adalah masalah wahyu ilahi kepada mereka yang diberkahi Tuhan dengan wewenang kerasulan” (“Ajaran Kristus,” 86).

  39. Lihat 2 Korintus 13:1; 2 Nefi 11:3; Eter 5:4; Ajaran dan Perjanjian 6:28. Penatua Neil L. Andersen mengamati: “Beberapa mempertanyakan iman mereka ketika mereka menemukan sebuah pernyataan yang dibuat oleh seorang pemimpin Gereja beberapa dekade lalu yang tampaknya tidak selaras dengan doktrin kita. Ada sebuah asas penting yang mengatur doktrin Gereja. Doktrin diajarkan oleh ke-15 anggota Presidensi Utama dan Kuorum Dua Belas Rasul. Itu tidak disembunyikan dalam satu paragraf yang tidak jelas dari sebuah ceramah. Asas-asas yang benar diajarkan secara sering dan oleh banyak [orang]. Doktrin kami tidak sulit untuk ditemukan” (“Pencobaan Imanmu,” Liahona, November 2012, 41).

    Penatua D. Todd Christofferson juga mengajarkan: “Hendaknya diingat bahwa tidak setiap pernyataan yang dibuat oleh seorang pemimpin Gereja, di masa lampau atau sekarang, selalu merupakan doktrin. Adalah lazim dipahami di Gereja bahwa pernyataan yang dibuat oleh satu pemimpin pada satu kesempatan sering mencerminkan pendapat pribadi, meskipun telah dipertimbangkan dengan baik, opini, tidak dimaksudkan untuk dijadikan sebagai pernyataan resmi atau mengikat bagi seluruh Gereja” (“Ajaran Kristus,” 88).

  40. Lihat 3 Nefi 11:32, 40. Presiden Gordon B. Hinckley berkata: “Saya telah berbicara sebelumnya mengenai pentingnya menjaga doktrin Gereja tetap murni. … Saya khawatir tentang hal ini. Penyimpangan-penyimpangan kecil dalam ajaran-ajaran dapat menuntun pada kesalahan yang besar dan jahat” (Teachings of Gordon B. Hinckley [1997], 620).

    Presiden Dallin H. Oaks memperingatkan bahwa ada beberapa orang “yang memilih beberapa kalimat dari ajaran seorang nabi dan menggunakannya untuk mendukung agenda politik atau tujuan pribadi lainnya. … Merebut perkataan seorang nabi untuk mendukung agenda pribadi, politik atau finansial atau lainnya, berarti mencoba untuk memanipulasi nabi, bukan untuk mengikuti dia” (“Our Strengths Can Become Our Downfall” [api unggun Brigham Young University, 7 Juni 1992], 7, speeches.byu.edu).

    Presiden Henry B. Eyring memperingatkan: “Doktrin memperoleh kekuatannya ketika Roh Kudus meneguhkan bahwa itu adalah benar. … Karena kita membutuhkan Roh Kudus, kita harus waspada dan berhati-hati untuk tidak melakukan lebih dari mengajarkan doktrin yang benar. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Pengukuhan-Nya diundang oleh dihindarkannya spekulasi atau tafsiran pribadi di pihak kita. Itu dapat menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. … Memang menggoda untuk mencoba sesuatu yang baru atau sensasional. Tetapi kita mengundang Roh Kudus sebagai rekan kita ketika kita berhati-hati untuk mengajarkan hanya doktrin yang benar. Salah satu cara paling pasti untuk menghindari mendekati doktrin palsu adalah dengan memilih untuk bersikap sederhana dalam pengajaran kita. Keamanan diperoleh melalui kesederhanaan itu, dan sedikit yang hilang” (“The Power of Teaching Doctrine,” Liahona, Juli 1999, 86).

    Penatua Dale G. Renlund mengajarkan: “Mengupayakan pemahaman yang lebih besar adalah bagian penting dari perkembangan rohani kita, tetapi mohon berhati-hati. Nalar tidak dapat menggantikan wahyu. Spekulasi tidak akan menuntun pada pengetahuan rohani yang lebih besar, tetapi dapat menuntun kita pada penipuan atau mengalihkan fokus kita dari apa yang telah diungkapkan” (“Kodrat Ilahi dan Takdir Kekal Anda,” Liahona, Mei 2022, 70).

  41. Lihat Matius 23:23. Presiden Joseph F. Smith memperingatkan: “Adalah sangat tidak bijaksana untuk mengambil sebagian dari kebenaran dan memperlakukannya seolah-olah itu adalah keseluruhannya. … Semua asas Injil Kristus yang diwahyukan adalah penting dan esensial dalam rencana keselamatan.” Dia lebih lanjut menjelaskan: “Bukanlah kebijakan yang baik atau doktrin yang sehat untuk mengambil salah satu dari hal-hal ini, memisahkannya dari keseluruhan rencana kebenaran Injil, menjadikannya hobi khusus, dan bergantung padanya untuk keselamatan dan kemajuan kita. … Itu semua penting” (Gospel Doctrine, edisi ke-5 [1939], 122).

    Penatua Neal A. Maxwell menjelaskan: “Asas-asas Injil … memerlukan sinkronisasi. Ketika dipisahkan satu sama lain atau diisolasi, penafsiran dan penerapan manusia akan doktrin-doktrin ini mungkin akan menjadi liar. Kasih, jika tidak dikendalikan oleh perintah ketujuh, bisa menjadi bersifat jasmani. Penekanan terpuji dari perintah kelima dalam menghormati orang tua, kecuali jika dikendalikan oleh perintah pertama, dapat menghasilkan loyalitas tanpa syarat kepada orang tua yang bersalah alih-alih kepada Allah. … Bahkan kesabaran diimbangi dengan ‘menegur pada waktunya dengan ketajaman, ketika digerakkan oleh Roh Kudus’ [Ajaran dan Perjanjian 121:43]” (“Behold, the Enemy Is Combined,” Ensign, Mei 1993, 78–79).

    Presiden Marion G. Romney menginstruksikan, “Menyelidiki [tulisan suci] dengan tujuan menemukan apa yang diajarkannya sebagaimana diperintahkan oleh Yesus bukanlah menelusurinya dengan tujuan menemukan petikan-petikan yang dapat digunakan untuk mendukung kesimpulan yang telah ditentukan sebelumnya” (“Records of Great Worth,” Ensign, September 1980, 3).

  42. Lihat 1 Korintus 2:4; Moroni 6:9. Penatua Jeffrey R. Holland menekankan perlunya mengomunikasikan Injil Yesus Kristus dengan cara yang menuntun pada peneguhan rohani melalui kuasa Roh Kudus: “Tuhan tidak pernah memberikan nasihat yang lebih tegas kepada Gereja selain agar kita mengajarkan Injil ‘melalui Roh, bahkan Penghibur yang diutus untuk mengajarkan kebenaran.’ Apakah kita mengajarkan Injil ‘melalui Roh kebenaran?’ Dia telah bertanya. Atau apakah kita mengajarkannya melalui ‘suatu cara lain? Dan jika itu melalui suatu cara lain,’ Dia memperingatkan, itu ‘bukanlah dari Allah.’ [Ajaran dan Perjanjian 50:14, 17–18]. … Tidak ada pemelajaran kekal dapat terjadi tanpa Roh yang menghidupkan dari Surga. … Itulah yang sebenarnya diinginkan oleh para anggota kita. … Mereka ingin iman mereka dibentengi dan harapan mereka diperbarui. Singkatnya, mereka ingin dipelihara dengan firman Allah yang baik, diperkuat dengan kuasa surga” (“A Teacher Come from God,” Ensign, Mei 1998, 26).

  43. Lihat Alma 13:23. Berbicara mengenai Bapa Surgawi kita, Presiden Russell M. Nelson bersaksi, “Dia berkomunikasi secara sederhana, tenang, dan dengan kegamblangan yang begitu memukau sehingga kita tidak dapat keliru memahami-Nya” (“Dengarlah Dia,” Liahona, Mei 2020, 89).

  44. Lihat Mazmur 26:3; Roma 13:10; 1 Korintus 13:1–8; 1 Yohanes 3:18.

  45. Lihat Mazmur 40:11.

  46. Lihat Roma 8:16.

  47. Lihat 1 Samuel 2:3; Matius 6:8; 2 Nefi 2:24; 9:20.

  48. Lihat Kejadian 17:1; Yeremia 32:17; 1 Nefi 7:12; Alma 26:35.

  49. Lihat Yeremia 31:3; 1 Yohanes 4:7–10; Alma 26:37.

  50. Lihat 2 Nefi 9; Ajaran dan Perjanjian 20:17–31; Musa 6:52–62.

  51. Lihat Yohanes 3:16; 1 Yohanes 4:9–10.

  52. Lihat Yohanes 8:29; 3 Nefi 27:13.

  53. Lihat Yohanes 15:12; 1 Yohanes 3:11.

  54. Lihat Lukas 22:39–46.

  55. Lihat Yohanes 19:16–30.

  56. Lihat Yohanes 20:1–18.

  57. Lihat 1 Korintus 15:20–22; Mosia 15:20–24; 16:7–9; Ajaran dan Perjanjian 76:16–17.

  58. Lihat Kisah Para Rasul 11:17–18; 1 Timotius 1:14–16; Alma 34:8–10; Moroni 6:2–3, 8; Ajaran dan Perjanjian 19:13–19.

  59. Lihat Matius 11:28–30; 2 Korintus 12:7–10; Filipi 4:13; Alma 26:11–13.

  60. Lihat Matius 16:18–19; Efesus 2:20.

  61. Lihat Matius 24:24; Kisah Para Rasul 20:28–30.

  62. Lihat Ajaran dan Perjanjian 20:1–4; 21:1–7; 27:12; 110; 135:3; Joseph Smith—Sejarah 1:1–20.

  63. Lihat Ajaran dan Perjanjian 1:14, 38; 43:1–7; 107:91–92.