Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 19: Kepemimpinan


Bab 19

Kepemimpinan

“Jika Anda ingin memberikan kepemimpinan masa depan untuk Gereja, negara [Anda], dan keluarga Anda sendiri, Anda harus teguh dalam iman, tak tergoyahkan dalam menghadapi kejahatan.”

Dari Kehidupan Ezra Taft Benson

Ezra Taft Benson mulai belajar menjadi pemimpin di masa mudanya. Ketika dia berusia hampir 13 tahun, ayahnya dipanggil untuk melayani misi. Sebagai anak tertua dalam keluarga, Ezra memikul banyak tanggung jawab kepemimpinan di pertanian keluarga selama ketiadaan ayahnya. Beberapa tahun kemudian, ketika dia dipanggil pada Misi Inggris, dia melayani sebagai presiden cabang dan sebagai presiden Konferensi Newcasle (serupa dengan distrik di zaman sekarang). Kemudian, dia melayani dalam tiga presidensi pasak—sekali sebagai penasihat, sekali untuk jangka waktu yang singkat sebagai presiden pasak, dan sekali untuk jangka waktu yang lebih lama sebagai presiden pasak. Selama karier profesionalnya, dia bekerja di banyak posisi kepemimpinan dalam industri pertanian. Karena dia menjadi seorang pemimpin dan ahli dalam bidang pertanian, Presiden Dwight D. Eisenhower meminta dia untuk melayani dalam jabatan pertanian tertinggi di Amerika Serikat. Selama delapan tahun dia bekerja bersama Presiden Eisenhower sebagai Menteri Pertanian Amerika Serikat.

Sebelum dia menjadi Presiden Gereja, Presiden Benson melayani selama 12 tahun sebagai Presiden Kuorum Dua Belas Rasul. Para anggota kuorum memiliki rasa hormat yang besar kepadanya sebagai pemimpin mereka. Penatua Bruce R. McConkie “sering memberitahukan para anggota keluarga dia belum pernah melihat orang lain di Gereja yang memiliki keterampilan administratif menyamai keterampilan Presiden Benson.”1

Dalam memimpin Kuorum Dua Belas Rasul, Presiden Benson mendorong para anggota kuorum untuk mengungkapkan pikiran mereka secara terus terang, bahkan meskipun dia memiliki pendapat yang berbeda. Ketika Penatua Russell M. Nelson menjadi anggota baru dalam kuorum, dia pikir mungkin dia tidak seharusnya membagikan pendapatnya. “Tetapi [Presiden Benson] tidak menginginkan itu,” dia berkata. “Kenyataannya, jika saya tidak berbicara mengenai sesuatu dia akan membujuk saya untuk membagikan pendapat saya mengenai hal itu.”2

Walaupun Presiden Benson meminta pendapat dari semua anggota, dia tidak membiarkan pembahasan menyimpang dari pokok bahasan. Presiden Howard W. Hunter berkata dia “tahu bagaimana memulai pembahasan yang terbuka dan blak-blakan dari para Pemimpin Utama dan mampu mengarahkan dan mengontrolnya dan mencapai keputusan suara bulat dengan semua orang setuju.”3 Ketika “dia merasa bahwa pembahasan yang memadai telah berlangsung, dia biasanya mengatakan, ‘Saya rasa pembahasan mengenai topik sudah cukup sekarang. Mari kita membuat keputusan,’ sehingga masalah dapat diselesaikan.”4

Presiden Benson peduli terhadap mereka yang dia pimpin, dan dia mengajar dengan teladan. “Saya tahu tidak ada orang lain yang lebih tenggang rasa terhadap rekan-rekannya atau lebih peduli terhadap kesejahteraan mereka selain dia,” Presiden Gordon B. Hinckley mengatakan. “Dia tidak meminta orang lain untuk melakukan hal yang dia sendiri tidak bersedia melakukannya, tetapi sebaliknya memberikan teladan pelayanan untuk kami ikuti.”5 Presiden Benson juga efektif dalam mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain, mengajar dan membangun mereka melalui proses tersebut.

Dalam konferensi umum ketika Presiden Benson didukung sebagai Presiden Gereja, Presiden Gordon B. Hinckley mengungkapkan keyakinannya bahwa Tuhan telah memilih dan mempersiapkan Presiden Benson untuk memimpin Gereja:

“Saya memberikan kesaksian saya kepada Anda bahwa Tuhanlah yang telah memilih Ezra Taft Benson untuk menjadi anggota Dewan Dua Belas hampir empat puluh tiga tahun yang lalu. Tuhanlah yang selama bertahun-tahun ini telah menguji dan mendisiplinkan dia, mendidik dan mempersiapkan dia .…

“Sebagai orang yang mengenal dia dan yang berdiri di sisinya, saya memberikan kesaksian bahwa dia adalah orang yang beriman, yang kepemimpinannya telah teruji, yang memiliki kasih yang mendalam kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya, dan yang mengasihi para putra dan putri Allah di mana pun mereka berada. Dia adalah orang yang kemampuannya telah teruji.”6

President Ezra Taft Benson with his counselors Gordon B. Hinckely and Thomas S. Monson.

Presiden Ezra Taft Benson dan penasihatnya dalam Presidensi Utama: Presiden Gordon B. Hinckley (kiri) dan Presiden Thomas S. Monson (kanan)

Ajaran-Ajaran Ezra Taft Benson

1

Pemimpin efektif yang teguh dalam iman dan memberikan teladan yang baik.

Kuasa kepemimpinan Kristus tumbuh dari tantangan teladan-Nya. Seruannya-Nya yang jelas adalah, “Datanglah kemari dan ikutlah Aku!” … [Keberhasilan-Nya dalam memperoleh] kesetiaan dan pengabdian orang-orang terhadap asas-asas kebenaran bergantung pada kasih sebagai faktor yang memberikan motivasi besar. Dia membantu kita menyadari bahwa sifat-sifat seperti Allah dalam diri kita masing-masing yang menuntut untuk diungkapkan dapat menjadi kenyataan hidup yang mulia. Teladan-Nya tetap sebagai harapan dan kekuatan terbesar bagi umat manusia.7

Jika Anda ingin memberikan kepemimpinan masa depan untuk Gereja, negara [Anda], dan keluarga Anda sendiri, Anda harus teguh dalam iman, tak tergoyahkan dalam menghadapi kejahatan, dan seperti yang Paulus katakan, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:11–12).8

Orang-orang muda kita membutuhkan lebih sedikit kritik dan lebih banyak teladan. Anda adalah teladan yang akan mereka lihat sebagai pola dalam kehidupan untuk dapat mereka ikuti dan patuhi. Mereka akan membutuhkan ilham yang dapat datang dari Anda sewaktu Anda menjalani kehidupan Anda selaras sepenuhnya dengan ajaran-ajaran Injil.9

2

Orang menanggapi kepemimpinan yang efektif.

Kerendahan hati

Salah satu ciri kepemimpinan besar adalah, selalu sejak dahulu dan akan selalu demikian, sikap yang rendah hati.10

Kekuatan Rohani

Kekuatan rohani mendorong pemikiran yang positif, cita-cita yang positif, kebiasaan yang positif, sikap yang positif, dan usaha-usaha yang positif. Ini adalah sifat-sifat yang mendorong kebijaksanaan, kesehatan fisik dan mental, dan penerimaan dan tanggapan yang bersemangat dari orang-orang lain.11

Hanya orang yang fisiknya sehat yang memiliki kemampuan untuk memperkuat dan saling memberikan dorongan untuk melakukan pelayanan yang lebih baik, pencapaian yang lebih tinggi, kekuatan yang lebih besar.12

Ilham diperlukan untuk memimpin dengan baik .… Kita harus memiliki roh ilham baik sewaktu kita mengajar (A&P 50:13–14) atau melaksanakan urusan-urusan kerajaan Allah (A&P 46:2).13

Tidak ada pengganti yang memuaskan untuk Roh.14

Pengetahuan

Seorang pemimpin yang tulus berusaha untuk tetap memiliki informasi yang baik. Dia adalah orang yang bertindak berdasarkan asas, alih-alih keperluan. Dia berusaha belajar dari semua pengalaman orang yang diukur berdasarkan asas-asas yang diungkapkan dari kebijaksanaan ilahi.15

Salah satu cara terbaik bagi pemimpin untuk memahami asas-asas yang benar adalah dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman menyeluruh tentang tulisan suci dan buku pegangan yang sesuai. Kebanyakan masalah sudah ada sebelumnya, barangkali sering, dan kebijakan serta prosedur telah ditentukan untuk menangani masalah tersebut. Oleh karena itu, selalu bijaksana untuk merujuk dan familier dengan petunjuk-petunjuk tertulis yang sudah ada dan kebijakan Gereja mengenai masalah-masalah yang muncul.16

Pemimpin dinasihati untuk mempelajari ajaran-ajaran Gereja agar mampu mempresentasikan ajaran-ajaran kita kepada orang lain secara memadai. Menggunakan kata-kata Rasul Paulus, kami berharap Anda menjadi “pekerja yang tidak usah malu” (2 Timotius 2:15).17

Kesetiaan

Seorang pemimpin yang baik mengharapkan kesetiaan. Demikian pula, dia memberikan kesetiaannya. Dia mendukung mereka yang telah dia beri tugas. Kesetiaan mencakup melakukan tugas melebihi yang seharusnya dilakukan. Dia setia ketika kehormatan datang kepada mereka yang dia layani. Dia bangga atas keberhasilan mereka. Dia tidak menolak keputusan kecuali dia terlebih dahulu berkonsultasi dengan orang yang keputusannya dia tolak. Dia tidak mempermalukan anak buah di hadapan orang lain. Dia terus terang dan terbuka dengan dia.18

Kesatuan

Terdapat “persatuan yang dituntut oleh hukum kerajaan selestial; Dan Sion tidak dapat dibangun kecuali berdasarkan asas-asas hukum kerajaan selestial.” (A&P 105:4–5). Di antara asas-asas dan sifat-sifat yang disyaratkan adalah kesatuan pikiran dan hati. “Aku berfirman kepadamu, jadilah satu; dan jika kamu bukan satu kamu bukanlah milik-Ku,” adalah perintah Juruselamat kepada Gereja-Nya di zaman modern (A&P 38:27; Yohanes 17:20–23). Tidak di mana pun persyaratan ini lebih penting daripada di antara mereka yang telah Dia panggil untuk memimpin di seluruh kerajaan-Nya.19

Two women welcoming another woman to Relief Society.

“Mengasihi orang adalah perlu bagi kepemimpinan yang efektif.”

Kasih dan ungkapan keyakinan

Mengasihi orang adalah perlu bagi kepemimpinan yang efektif. Apakah Anda mengasihi orang yang bekerja sama dengan Anda? Apakah Anda menyadari bahwa nilai jiwa berharga dalam pandangan Allah (lihat A&P 18:10)? Apakah Anda memiliki iman kepada remaja? Apakah Anda menghargai kebajikan-kebajikan mereka, memuji mereka atas pencapaian mereka? Atau apakah Anda memiliki sikap yang kritis terhadap mereka karena kesalahan-kesalahan mereka?20

Sering kali, bahkan lebih sulit diterima daripada kecaman adalah ketiadaan ucapan dari pemimpin kita mengenai pekerjaan yang telah ditugaskan. Sedikit komentar atau surat singkat, yang tulus dan spesifik, merupakan pemberi semangat yang besar atas apa yang sedang dilakukan.21

Kita tahu … waktu yang diluangkan oleh seorang pemimpin dalam kontak pribadi dengan para anggota lebih produktif daripada waktu yang diluangkan dalam pertemuan-pertemuan dan tugas-tugas administratif. Kontak pribadi adalah kunci bagi penginsafan anggota yang tidak aktif.22

Khususnya di Gereja, meminta tolong dengan sopan akan memberikan hasil yang lebih baik daripada memerintah—itu juga memberikan perasaan yang lebih baik. Ingatlah untuk memberi tahu alasannya. Tindak lanjuti untuk memastikan bagaimana segala sesuatu berlangsung. Tunjukkan penghargaan ketika orang melaksanakan instruksi-instruksi dengan baik. Ungkapkan keyakinan ketika hal itu dapat dilakukan secara jujur. Ketika sesuatu tidak berjalan dengan lancar, adalah baik untuk meninjau ulang dan mencari tahu di mana kesalahan telah terjadi—dan jangan takut untuk mengakui bahwa Anda telah berbuat kesalahan. Ingatlah, orang-orang kita adalah pekerja sukarela, yang bekerja atas kehendak sendiri. Mereka juga mengasihi Tuhan dan pekerjaan-Nya. Kasihilah mereka. Hargai mereka. Ketika Anda tergoda untuk menegur seorang rekan sekerja, jangan lakukan itu. Cobalah terapkan undangan saya dan alih-alih berikan dukungan dan dorongan semangat. Anak-anak Bapa kita di seluruh dunia pada dasarnya baik. Dia mengasihi mereka. Kita hendaknya juga demikian.23

Orang tidak suka dipaksa untuk melakukan sesuatu, bahkan meskipun itu untuk kebaikan mereka sendiri. Tetapi orang pasti menanggapi kepemimpinan yang efektif.24

3

Pemimpin yang baik mendelegasikan dengan bijaksana.

Teladan Juruselamat mengenai pendelegasian.

Landasan dunia disiapkan melalui wewenang yang didelegasikan. Sering kali Yesus mengingatkan orang-orang bahwa misi-Nya di bumi adalah misi yang dilakukan melalui wewenang yang didelegasikan. Pemulihan Gereja-Nya sejak awal sekali dilakukan melalui wewenang yang didelegasikan.

Sewaktu berbicara kepada orang-orang Yahudi di sinagoge, Yesus memberi tahu mereka bahwa Dia telah diutus oleh Bapa-Nya: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 6:38).25

Yesus memberi kita teladan utama mengenai administrasi yang baik melalui pendelegasian yang benar .… Banyak di antara para misionaris yang diutus oleh-Nya mengadakan perjalanan tanpa pundi-pundi atau bekal. Orang-orang menderita banyak kesulitan dalam melaksanakan petunjuk-petunjuk-Nya. Beberapa ada yang dibunuh secara kejam saat dalam pelayanan untuk-Nya. Tetapi murid-murid yang diutus Dia pergi ke dunia dengan gagah berani di bawah tanggung jawab-Nya. Mereka menyelesaikan hal-hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh mereka akan terwujud. Tidak ada pemimpin yang telah memberikan motivasi sedemikian kuat kepada pria dan wanita seperti yang telah Dia berikan.26

Gereja Yesus Kristus membangun pemimpin dengan melibatkan orang-orang yang diutus melalui wewenang. Ketika [Yesus] berada di bumi, Dia memanggil dua belas rasul untuk membantu-Nya dalam mengelola Gereja. Dia juga memanggil Tujuh Puluh. Dia mendelegasikan [kepada] orang-orang lain. Tidak ada orang yang berpangku tangan dalam Gereja-Nya. Semua orang terlibat dalam membantu membangun kerajaan Allah. Dan sewaktu mereka membangun kerajaan Allah, mereka membangun diri mereka sendiri.

Yesus bertujuan untuk mempermuliakan individual .…

Yesus bertujuan untuk menjadikan setiap pria seorang raja, untuk membangunnya menjadi pemimpin hingga kekekalan. Pada malam yang mengesankan itu setelah perjamuan malam terakhir, Dia berkata kepada sebelas … , “Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.” (Yohanes 14:12). Melalui pendelegasian, Yesus berhasrat untuk memperkuat, alih-alih menekan, individual. Dan di seluruh Gereja sekarang, pria dan wanita tumbuh berkembang melalui posisi-posisi yang didelegasikan kepada mereka.27

One oil painting on wooden panel.  Depicts Jesus instructing the Twelve in a rocky landscape beneath a tree.  The light suggests early evening.  Rmenamts of a small campfire are evident.  Jesus extends his right arm while the standing and sitting apostles look at him with a variety of expressions and assumed poses.  The subject and title are taken form Matthew Chapter 10.

Selama pelayanan fana-Nya, Yesus Kristus mendelegasikan wewenang kepada Dua Belas Rasul-Nya.

Mendelegasikan dalam organisasi-organisasi kita

Manajemen yang baik berarti mendelegasikan wewenang. Mendelegasikan sebagian dari beban kerja membantu Anda dan organisasi Anda. Manajemen yang efektif adalah seni dari mengembangkan diri Anda sendiri melalui orang lain.28

Pendelegasian yang bijaksana membutuhkan persiapan dengan doa yang sungguh-sungguh, seperti halnya dengan pengajaran atau pengkhotbahan yang efektif. Tuhan memperjelasnya dengan kata-kata ini: “Dan Roh akan diberikan kepadamu melalui doa dengan iman; dan jika kamu tidak menerima Roh janganlah kamu mengajar” (A&P 42:14). Dan kita bisa menambahkan, janganlah kamu mendelegasikan tanpa Roh.29

Seorang administrator yang bijaksana di Gereja sekarang tidak akan berusaha melakukan pekerjaan sendiri, memberikan kesan bahwa tidak ada orang lain yang cukup memenuhi syarat. Dan sewaktu dia mendelegasikan, dia akan memberikan kepastian bahwa dia yang telah didelegasikan akan memperoleh dukungan penuh darinya.30

Setelah tanggung jawab diberikan, pemimpin tidak melupakan orang yang telah ditugasi tersebut maupun tugasnya. Dia mengikuti dengan penuh perhatian tetapi tidak “memantau setiap detail pekerjaan.” Dia memberikan pujian spesifik ketika pujian itu memang patut diberikan. Dia memberikan dorongan semangat yang membantu ketika dibutuhkan. Ketika dia merasa bahwa pekerjaan tidak dilakukan dan perubahan diperlukan, dia bertindak dengan keberanian dan ketegasan tetapi dengan kebaikan. Ketika masa jabatan telah diselesaikan, dia memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih.31

Tidak ada pemimpin yang bijaksana percaya bahwa semua gagasan yang baik berasal dari dirinya sendiri. Dia meminta saran-saran dari mereka yang dia pimpin. Dia memungkinkan mereka merasa bahwa mereka adalah bagian yang penting dari pembuatan keputusan. Dia memungkinkan mereka merasa bahwa mereka melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka, bukan hanya kebijakan-kebijakannya.32

4

Pemimpin Gereja adalah alat dalam tangan Allah dan hendaknya mengupayakan Roh dalam memimpin dan membangun orang lain.

Di Gereja sekarang seorang pemimpin umumnya terlibat dalam melaksanakan apa yang benar-benar dia harapkan untuk dicapai. Dia perlu memiliki harapan-harapan yang tinggi. Dia hendaknya memastikan mereka yang dia beri tugas-tugas bahwa dalam pelayanan kepada Tuhan mereka bahkan memiliki kuasa yang lebih besar daripada dalam tanggung jawab-tanggung jawab biasa. Tidak boleh ada kegagalan dalam pekerjaan Tuhan ketika [kita] melakukan pekerjaan dengan segenap kemampuan terbaik [kita]. Kita adalah alat; ini adalah pekerjaan Tuhan. Ini adalah gereja-Nya, rencana Injil-Nya. Ini adalah anak-anak-Nya yang saat ini bekerja dengan kita. Dia tidak akan membiarkan kita gagal jika kita melakukan bagian kita. Dia akan mengembangkan kita bahkan melampaui bakat dan kemampuan kita sendiri bila diperlukan. Saya tahu ini benar.33

Kita harus ingat bahwa … Gereja … bukan dunia bisnis. Keberhasilannya diukur berdasarkan jiwa-jiwa yang diselamatkan, bukan berdasarkan keuntungan dan kerugian. Tentu saja, kita perlu efisien dan produktif, tetapi kita juga perlu memastikan fokus kita pada tujuan-tujuan kekal. Waspadalah agar tidak memberlakukan metode-metode dan terminologi duniawi ke dalam fungsi-fungsi imamat sakral. Ingatlah bahwa prosedur penyelesaian masalah yang rasional, walaupun bermanfaat, belumlah cukup dalam pekerjaan Allah. Pekerjaan Allah harus dilakukan dengan iman, doa, dan dengan Roh, “dan jika itu melalui suatu cara lain bukanlah dari allah” (A&P 50:18).34

Tujuan keseluruhan Gereja adalah untuk membangun pria dan wanita yang akan menjadi seperti allah dalam sikap mereka dan dalam sifat-sifat mereka dan dalam cita-cita mereka.35

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Presiden Benson mengajarkan bahwa pemimpin hendaknya memberikan teladan kesalehan (lihat bagian 1). Mengapa teladan merupakan pengaruh yang sangat kuat? Bagaimanakah teladan-teladan kesalehan para pemimpin telah memengaruhi Anda?

  • Pelajarilah ciri-ciri pemimpin yang baik yang dijelaskan di bagian 2. Mengapa menurut Anda orang “menanggapi terhadap kepemimpinan [seperti itu]”? Pikirkanlah mengenai apa yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan ciri-ciri ini.

  • Presiden Benson mengajarkan bahwa pemimpin Gereja hendaknya mengikuti teladan Juruselamat sebagai pendelegasi (lihat bagian 3). Bagaimanakah pendelegasian membantu membangun kerajaan Allah? Dengan cara-cara apa Anda telah memperoleh manfaat dari tanggung jawab yang telah didelegasikan kepada Anda?

  • Bagaimanakah pelayanan Gereja mungkin berubah sewaktu kita mengingat bahwa “ini adalah pekerjaan Tuhan” dan bahwa “ini adalah anak-anak-Nya yang saat ini bekerja dengan kita”? (lihat bagian 4). Apa yang telah Anda alami ketika Anda bertindak sebagai alat dalam tangan Tuhan untuk menolong orang lain?

Tulisan Suci yang Berhubungan

Keluaran 18:13–26; Matius 5:13–16; Lukas 22:31–32; Alma 17:1–11; A&P 38:23–27

Bantuan Mengajar

“Orang-orang tersentuh ketika kontribusi mereka dihargai. Anda dapat melakukan upaya khusus untuk menghargai komentar setiap orang dan, jika mungkin, menjadikan komentar sebagai bagian dari pembahasan kelas” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia [1999], 35–36).

Catatan

  1. Sheri L. Dew, Ezra Taft Benson: A Biography (1987), 204

  2. Dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 430.

  3. Dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 430.

  4. Dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 429.

  5. Dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 474–475.

  6. Gordon B. Hinckley, “Come and Partake,” Ensign, Mei 1986, 47.

  7. The Teachings of Ezra Taft Benson (1988), 345.

  8. The Teachings of Ezra Taft Benson, 372.

  9. The Teachings of Ezra Taft Benson, 375–376.

  10. The Teachings of Ezra Taft Benson, 371.

  11. The Teachings of Ezra Taft Benson, 371.

  12. The Teachings of Ezra Taft Benson, 455.

  13. God, Family, Country: Our Three Great Loyalties (1974), 126.

  14. The Teachings of Ezra Taft Benson, 375.

  15. The Teachings of Ezra Taft Benson, 377.

  16. The Teachings of Ezra Taft Benson, 375.

  17. The Teachings of Ezra Taft Benson, 375.

  18. The Teachings of Ezra Taft Benson, 371.

  19. The Teachings of Ezra Taft Benson, 372.

  20. The Teachings of Ezra Taft Benson, 370.

  21. The Teachings of Ezra Taft Benson, 371.

  22. The Teachings of Ezra Taft Benson, 147.

  23. The Teachings of Ezra Taft Benson, 376–377.

  24. The Teachings of Ezra Taft Benson, 345.

  25. The Teachings of Ezra Taft Benson, 378.

  26. The Teachings of Ezra Taft Benson, 378.

  27. God, Family, Country, 135–136.

  28. The Teachings of Ezra Taft Benson, 379.

  29. The Teachings of Ezra Taft Benson, 379–380.

  30. The Teachings of Ezra Taft Benson, 379.

  31. God, Family, Country, 140.

  32. The Teachings of Ezra Taft Benson, 371.

  33. The Teachings of Ezra Taft Benson, 372.

  34. The Teachings of Ezra Taft Benson, 372–373.

  35. The Teachings of Ezra Taft Benson, 373.