Bab 23
“Sehati dan Sepikiran”
Ketika kita bersatu di dalam Injil, kita siap untuk menerima berkat-berkat surga yang terbesar.
Dari Kehidupan Wilford Woodruff
Presiden Wilford Woodruff menyukai penemanan anggota Gereja lainnya. Banyak dari tulisan dalam buku hariannya menyertakan ungkapan syukur atas “roh persatuan dan kasih” yang hadir dalam pertemuan-pertemuan Gereja.1 Setelah sebuah pertemuan seperti itu, dia mencatat bahwa dua di antara pembicara harus pergi untuk memenuhi janji lainnya. Mereka mengalami kesulitan pergi memenuhi janji mereka karena “mereka hampirhampir tidak bisa keluar dari rumah itu, begitu banyak yang ingin berjabatan tangan dengan mereka.” Mengenai pertemuan yang sama, dia menulis: “Roh Tuhan berada bersama kami. Kasih dan persatuan meliputi jemaat. Saya menjadi senang dengan pemandangan melihat begitu banyak Orang Suci yang bersatu di dalam perjanjian yang baru dan kekal.”2
Presiden Woodruff berharap melihat roh persatuan ini meluas dari pertemuan-pertemuan Gereja ke semua aspek kehidupan. Melalui ceramah-ceramahnya di depan umum dan teladannya sehari-hari, dia mengimbau para Orang Suci untuk bersatu dalam rumah tangga mereka, dalam tanggung jawab Gereja mereka, dan dalam kerja jasmani mereka. Matthias F. Cowley menulis: “Bagi benaknya tidak ada tempat di dalam Gereja untuk pertengkaran, perasaan was-was, dan pertentangan. Pekerjaan ini dari Allah—itu sudahlah cukup. Ada pejabat-pejabat yang ditunjuk secara sah. Ke atas mereka tanggung jawab kerajaan telah diletakkan. Karena itu dia tidak khawatir mengenai apa yang menurut orang lain merupakan kurangnya kebijaksanaan dalam diri mereka. Dia tidaklah serakah; dan kemunduran keuangan, dalam pikirannya, tidak bisa menggagalkan maksud-maksud Allah; dan dia tidak terganggu dengan seberapa banyak dari harta dunia ini datang dalam kepemilikannya. Sebuah pesan yang agung telah diberikan kepada bumi, dan dia ingin semua orang mengetahui nilainya bagi umat manusia dan untuk memahami berkat-berkat keselamatan bagi mereka yang menunjukkan kepatuhan.
“Wilford Woodruff selalu merasa tidak pada tempatnya di tengah pertengkaran. Dia menghindarinya, dan tidak pernah menginginkan pergaulan dengan mereka yang suka mencari-cari kesalahan, mengkritik, dan membahas kedukaan pribadi. Dia tidak pernah melihat perlunya itu semua. Tidak pernah sulit baginya untuk setuju dengan para saudaranya. Dia tidak pernah tidak masuk akal dalam tuntutan-tuntutannya, tidak pernah mencari kepentingan pribadi, dan tidak pernah ragu bila ada sesuatu yang penting yang harus dilakukan. Dia setia kepada Nabi, setia kepada para saudaranya.3
Ajaran-Ajaran Wilford Woodruff
Persatuan berlaku di antara anggota tubuh Ketuhanan dan di dalam kerajaan selestial.
Juruselamat berkata kepada para Rasul-Nya zaman dahulu, dan kepada para Rasul di zaman kita: “Aku berfirman kepadamu: Jadilah satu, dan jika kamu tidak menjadi satu, kamu bukan milik-Ku” [A&P 38:27]. “Aku dan Bapa adalah satu” [Yohanes 10:30]. Ada asas yang berkaitan dengan ini yang saya pikir amatlah penting bagi kita sebagai umat dan sebagai Gereja di bumi ini. Dengan semua perpecahan, dan semua ketidakpuasan, dan pertengkaran serta pertentangan di antara kuasa-kuasa di bumi, atau yang telah diwahyukan dari surga, saya belum pernah mendengar diwahyukan kepada anak-anak manusia bahwa ada perpecahan di antara Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Mereka satu. Mereka selalu satu. Mereka selalu akan satu, dari kekekalan sampai kekekalan. Bapa Surgawi kita berdiri sebagai kepalanya, sebagai Perancang keselamatan anak-anak manusia, dan setelah menciptakan serta mengisi dunia dan memberikan hukum kepada penduduk bumi.4
Yesus satu dengan Bapa-Nya. Firman-Nya: “Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” [Yohanes 6:38]. Persatuan ini tidak pernah retak antara Bapa dan Putra. Wahyu pertama yang diberikan kepada Joseph Smith adalah mengenai Bapa dan Putra. Surga dibukakan, dan Bapa, bersama Putra-Nya, menampakkan diri kepada Joseph, sebagai jawaban atas doanya, dan Dia menunjuk kepada Putra-Nya serta berkata, “Inilah Putra-Ku yang Kukasihi; Dengarkanlah Dia” [lihat Joseph Smith 2:17]. 5
Ada kerajaan selestial, kerajaan terestrial, dan kerajaan telestial. Ada kemuliaan matahari, kemuliaan bulan, dan kemuliaan bintang; dan seperti satu bintang berbeda dari bintang lainnya dalam kemuliaan, demikian juga kebangkitan orang yang telah mati [lihat 1 Korintus 15:41–42]. Dalam Kerajaan selestial Allah ada kesatuan, ada persatuan.6
Siapa, untuk menggunakan perbandingan, berharap untuk memiliki lahan 40 hektar sendiri di dalam Kerajaan Allah, atau di dalam surga, ketika kita tiba di sana? Tidak seorang pun mengharapkannya, karena di dalam kerajaan itu, di surga atau di atas bumi, kita akan menemukan persatuan, dan Tuhan menuntut dari tangan kita agar kita bersatu bersama, sesuai dengan asas-asas dari hukum selestial-Nya.7
Para nabi harus bersatu dengan para anggota tubuh Ketuhanan, dan semua anggota Gereja hendaknya mencari persatuan yang sama itu.
Dalam membaca sejarah tentang hubungan urusan Allah dengan manusia, dari Alkitab, Kitab Mormon, serta Ajaran dan Perjanjian, kita dapat melihat bahwa, sejak zaman Bapa Adam, Tuhan telah membangkitkan sekelompok orang, dalam setiap masa kelegaan, yang ke atasnya Dia menganugerahkan Imamat-Nya, dan kepada siapa Dia telah memberikan kuasa dan wewenang untuk melakukan pekerjaan-Nya di atas muka bumi di antara anak-anak manusia. Dan orang-orang ini memiliki asas-asas persatuan dengan Allah, dengan Putra Allah, dan dengan Roh Kudus. Roh Kudus diberikan kepada Bapa Adam; dia dipenuhi dengannya ketika, pada hari-hari terakhirnya, dia memberkati mereka di antara putra-putranya yang adalah Imam Besar dan sisa dari keturunannya [lihat A&P 107:53–56].
Bapa Adam, Henokh, Musa, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, serta semua bapa bangsa dan nabi zaman dahulu itu diwajibkan untuk memiliki kerukunan dengan Allah. Mereka perlu mencari Tuhan, karena kecuali mereka memiliki kerukunan ini mereka tidak memenuhi syarat untuk melakukan tugas mereka. Mereka bergantung kepada Tuhan untuk wahyu, terang, dan petunjuk agar memiliki kuasa untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Persatuan ini yang Tuhan tuntut dari para bapa bangsa dan nabi zaman dahulu, dan yang Yesus tuntut dari para Rasul-Nya, dituntut pula dari Joseph Smith serta saudara-saudaranya. Ini dituntut dari semua Orang Suci Allah sejak penciptaan dunia hingga hari ini.8
Saya menyadari bahwa Presidensi Gereja ini berdiri di antara umat ini dan Tuhan, karena mereka adalah kepalanya, dan saya menyadari bahwa Allah mewahyukan kepada mereka kehendak-Nya, dan karenanya kita hendaknya memandang kepada mereka untuk terang dan untuk keterangan. Kepalanya boleh jadi penuh terang, ilham, wahyu dan pikiran serta kehendak Allah, tetapi jika para pejabat yang berdiri di samping mereka, dan jika kita sendiri tertidur sehubungan dengan tugas-tugas kita, dan tidak berada dalam keadaan yang bugar untuk menerima terang itu, tidakkah Anda melihat bahwa sungai itu terbendung di hulunya? Tidak ada aliran atau medium yang melaluinya terang dapat mengalir menuju seluruh bagian tubuh.
Saya menyadari bahwa merupakan kewajiban, bukan saja dari kita yang memegang imamat tetapi dari umat ini secara umum, untuk mempersembahkan diri kita sendiri dalam kerendahan hati dan iman di hadapan Tuhan agar kita boleh kiranya mendapatkan berkat-berkat yang tersedia bagi kita, dan kita dapat memperoleh semua terang, pengetahuan, iman, kecerdasan dan kuasa yang dibutuhkan bagi keselamatan kita melalui kerendahan hati, kepatuhan dan sikap tunduk kepada kehendak Allah. Kita hendaknya memerhatikan ini agar pikiran kita boleh kiranya siap dan tubuh kita menjadi obyek yang bugar untuk penerimaan Roh Kudus, agar Roh Allah boleh mengalir dengan bebasnya ke seluruh tubuh dari kepala hingga kaki. Maka bila demikian keadaannya kita semua akan melihat yang sama, merasakan yang sama, dan menjadi serupa, dan menjadi satu sejauh berhubungan dengan Injil dan Kerajaan Allah, seperti Bapa dan Putra adalah satu, dan kemudian umat ini akan mulai melihat kedudukan serta hubungan yang kita miliki terhadap satu sama lain dan terhadap Allah, dan kita akan merasakan pentingnya melakukan kewajiban kita dan kita akan bersedia untuk melangkah maju serta meningkatkan waktu kita, menggunakan dengan baik bakat-bakat kita dan mendapatkan berkat-berkat yang Tuhan sediakan untuk kita nikmati; tetapi tidakkah Anda melihat bahwa jika umat ini tertidur dan sembrono serta tidak hidup sepadan dengan hak-hak istimewa mereka, dan Roh Allah mulai mengalir dari kepala hingga badan bahwa itu segera menjadi terhalangi dan terbendung?
Kita bisa memerhatikan asas ini di seluruh Gereja dan Kerajaan Allah, dan Anda boleh membawanya ke dalam pengaturan keluarga .… Ini adalah seperti pokok anggur dengan batangnya, cabangnya dan rantingnya [lihat Yohanes 15:1–11]. Ini merupakan perumpamaan yang baik untuk mengajarkan kepada kita asas-asas kesalehan.
Agar kita siap untuk melakukan kehendak Allah dan berada dalam kedudukan untuk membangun Kerajaan-Nya di atas muka bumi, dan untuk melaksanakan tujuan-tujuan-Nya, kita harus bukan saja menjadi satu dan bertindak bagaikan hati dari satu orang, tetapi kita harus mendapatkan Roh Kudus Allah serta pikiran dan kehendak Allah mengenai kita, dan diatur serta dikendalikan olehnya di dalam semua gerakan dan tindakan kita agar aman dan memastikan bagi diri kita sendiri keselamatan.9
Persatuan membawa kekuatan.
Saya pikir tidak dibutuhkan perdebatan yang banyak untuk membuktikan bagi kita bahwa kesatuan adalah kekuatan, dan bahwa umat yang bersatu memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh umat yang terbagi [terpecah].10
Kita hendaknya bersatu dan berdiri bersama di tengah pertentangan yang harus kita hadapi.11
Tidaklah ditetapkan bagi yang jahat untuk memiliki kekuatan untuk mendatangkan kejahatan ke atas kita, jika kita bersatu.12
Babel boleh terpecah; penduduk bumi boleh memiliki perpecahan yang mereka inginkan; tetapi mereka akan menerima hasil dari ketidaksatuan itu, dan telah menerimanya sepanjang sejarah. Kota demi kota, bangsa demi bangsa telah dihancurkan oleh penghakiman Yang Mahakuasa kapan pun itu telah menjadi matang dalam kejahatan, seperti kasus Sodom dan Gomora, Babel, Niniwe, Tirus dan Sidon, serta banyak kota dan negeri kuno lainnya. Tetapi para Orang Suci Allah tidak dapat makmur kecuali mereka bersatu.13
Sewaktu Gereja menjadi lebih banyak jumlahnya, dan Kerajaan Allah menjadi lebih sepenuhnya ditegakkan, pentingnya persatuan di antara para anggotanya menjadi lebih terwujud. Amatlah penting bahwa bukan hanya sekadar persatuan yang diaku-aku, tetapi terpadunya hati dan jiwa hendaknya hadir di antara semua presiden, dewan, dan cabang-cabang Gereja Kristus, agar bisa mencapai rancangan Allah dalam pembangunan Sion, atau dalam mendapatkan berkat-berkat yang merupakan hak istimewa mereka untuk menikmatinya; karena, yakinlah, para Orang Suci Yang Mahatinggi, bahwa surga akan menahan diri di atas kepala presidensi, kuorum, dewan, atau cabang mana pun yang terpecah dalam hati, sentimen, serta perasaan, dan tetap akan begitu adanya, dan berkat-berkat akan ditahan sampai kejahatan telah disingkirkan; karena Tuhan tidak akan pernah mencurahkan berkat-berkat surga yang terbesar, dan imamat serta karunia-karunia Injil, [kecuali] berdasarkan asas persatuan yang dituntut oleh hukum selestial Allah .… Dengan upaya terpadu, saja, dari para Orang Suci Allah, pada masa kelegaan terakhir ini, pembangunan Sion akan dimulai, dan Kerajaan Allah di bumi, disiapkan untuk persatuan dengan Kerajaan Allah di surga; dan dengan demikian rantai yang telah mengikat bersama menjadi satu bala tentara surga, meluas dan merangkul ke dalam lingkup kuasanya semua yang telah patuh pada perintah-perintah Allah.14
Kita hendaknya bersatu dalam ajaran kita, dalam kerja kita di dalam Kerajaan Allah, dan di dalam kasih kita bagi satu sama lain.
Ajaran
Saya selalu bersukacita dalam melihat sesama saya datang dalam pengetahuan tentang kebenaran melalui kepatuhan terhadap Injil sebagaimana diajarkan oleh para hamba Tuhan. Ketika orang telah masuk ke dalam air baptisan dan menerima penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus, mereka menerima kebenaran yang sama, terang yang sama seperti yang telah kita terima, dan dengan demikian kita menjadi sehati dan sepikiran, serta mengikuti ilham Roh Kudus, yang menyertai Injil-Nya. Dalam mengkhotbahkan Injil dan melaksanakana tata cara rumah Tuhan, roh inspirasi Surga menyertai mereka yang bertugas, agar itu tetap menyertai mereka selalu, jika setia, dalam segala tugas kehidupan.
Ketika saya mendengar para saudara berbicara tentang hubungan urusan Allah dengan generasi saat ini, saya merasa bahwa pikiran mereka semuanya seiring sejalan; kesaksian yang mereka berikan adalah satu; mereka semua sepakat dalam kesaksian mereka; mereka satu dalam menyatakan bahwa pekerjaan Tuhan Allah kita akan berjaya di atas semua musuhnya.15
Ada satu ciri khas berkaitan dengan pengkhotbahan Injil: Anda boleh mengirimkan seribu penatua dan mereka semua akan mengajarkan ajaran-ajaran yang sama; mereka semua akan bekerja bagi pembangunan Gereja yang sama, mereka akan bersatu; karena iman mereka, ajaran-ajaran mereka, dan organisasi Gereja semuanya telah diberitahukan kepada mereka melalui wahyu Allah: karenanya mereka akan memiliki satu pandangan sehubungan dengan asas-asas Injil .… Persatuan dan kesatuan perasaan kita merupakan salah satu keindahan mencolok dari organisasi Kerajaan Allah.16
Kerja dalam Kerajaan Allah
Kita harus membangun kerajaan ini dengan persatuan dan secara setia mengikuti para pria yang ditetapkan untuk memimpin kita, atau kalau tidak kita akan tercerai-berai; berkat-berkat Allah akan diambil dari kita jika kita mengambil jalan lain mana pun.17
Adalah kewajiban saya untuk memiliki penemanan dengan Allah, sebagai alat yang lemah seperti adanya saya di dalam tangan Allah. Adalah kewajiban saya untuk memiliki kuasa bersama Allah. Dan ketika saya memiliki ini, maka para penasihat saya hendaknya berdiri di sisi saya dan bersama saya. Kita hendaknya sehati dan sepikiran dalam segala hal, jasmani dan rohani, yang datang ke hadapan kami dalam pekerjaan Gereja dan Kerajaan Allah. Saya bersyukur bisa mengatakan bahwa demikianlah adanya sejak saya dipanggil ke dalam jabatan ini, atau sejak pengorganisasian Presidensi [ini] dari Gereja. Berdiri bersatu bersama kami di sini adalah Dua Belas Rasul. Adalah kewajiban mereka untuk sehati dan sepikiran. Mereka tidak berhak untuk bersikap lain. Mereka tidak dapat bersikap lain dan makmur di hadapan Allah. Mereka hendaknya satu dengan kami, dan kami satu dengan mereka. Mereka memiliki hak-hak mereka; mereka memiliki hak pilihan mereka. Tetapi ketika Presidensi Gereja mengatakan kepada siapa pun di antara mereka, “Inilah firman Tuhan,” atau, “Ini benar,” mereka hendaknya menerimanya sepenuhnya dan bekerja bersama kami. Hukum Allah menuntut persatuan ini dari tangan kami. Adalah kewajiban dewan tujuh puluh, juga, untuk bersatu dengan Dua Belas Rasul. Tujuh puluh diminta oleh para rasul untuk pergi dan bekerja di kebun anggur Tuhan, dan mereka bekerja bersama-sama. Demikianlah, saudara dan saudari, dengan setiap organisasi dalam Gereja ini. Harus ada persatuan. Tidak boleh ada pertentangan, tidak boleh ada perpecahan. Jika ada, Tuhan tidak berkenan akan hal itu, dan kita akan terhalang dalam kerja kita.18
Di mana-mana di muka bumi kita dapat melihat apa dampak dari perpecahan. Semakin bangsa, komunitas, keluarga, atau kelompok orang dalam kapasitas apa pun di kolong langit, terpecah, semakin sedikit kekuatan yang mereka miliki untuk melaksanakan tujuan atau asas apa pun yang terbayangkan; dan semakin banyak persatuan yang mereka miliki, baik dalam kapasitas legislatif atau apa pun, semakin besar kekuatan yang mereka miliki untuk mencapai apa yang mereka hasratkan. Kita dapat melihat bahwa orang-orang dunia menjadi makin dan semakin terpecah setiap hari, dan kejahatan yang diakibatkannya nyata terlihat di mana-mana. Kita dipanggil untuk membangun Sion, dan kita tidak dapat membangunnya kecuali kita bersatu; dan dalam persatuan itu kita harus melaksanakan perintah-perintah Allah kepada kita; dan kita harus mematuhi mereka yang ditetapkan untuk memimpin serta menuntun urusan Kerajaan Allah .…
… Asas-asas Injil Yesus Kristus yang telah diwahyukan di zaman kita merupakan kuasa Allah untuk keselamatan bagi semua yang percaya, baik bangsa Yahudi maupun bukan Yahudi, di zaman dunia ini seperti juga di zaman lainnya, dan sejauh kita akan bersatu dalam melaksanakan nasihat yang telah kita terima, kita dapat mengatasi setiap kejahatan yang terbentang di depan jalan kita, membangun Sion Allah, dan menempatkan diri kita sendiri pada suatu kedudukan dimana kita boleh diselamatkan di dalamnya.19
Kasih bagi satu sama lain
Ramahlah terhadap satu sama lain. Janganlah saling mencari kesalahan …. Dukunglah satu sama lain.20
Seharusnya tidak ada perasaan mementingkan diri di fihak mana pun dari sebuah keluarga,— “Saya tidak peduli apa yang terjadi dengan ini, itu, atau apa pun jika saja saya bisa mendapatkan apa yang saya sendiri inginkan.” Inilah sikap mementingkan diri, ini menciptakan perpecahan dan tidak konsisten dengan pengakuan sebagai seorang Orang Suci Allah. Kita hendaknya bekerja, masing-masing dan setiap dari kita, untuk menghilangkan perasaan seperti itu dari hati kita, dan kemudian kita, dalam organisasi keluarga kita, hendaknya berupaya untuk mendahulukan kepentingan para anggotanya.21
Jika agama kita tidak memimpin kita untuk mengasihi Allah kita dan sesama kita serta untuk berurusan secara adil dan jujur dengan semua orang, maka pengakuan kita adalah sia-sia. Rasul berkata:
“Jikalau seseorang berkata, ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” [1 Yohanes 4:20].
Kita dapat paling baik mencontohkan kasih kita bagi Allah kita dengan menjalankan agama kita. Sia-sialah untuk mengaku kasih bagi Allah sementara berbicara tentang kejahatan dari atau berbuat kesalahan terhadap anak-anak-Nya. Perjanjian kudus yang telah kita buat dengan-Nya secara ketat menempatkan ke atas diri kita kewajiban utang kita terhadap satu sama lain, dan tugas besar agama adalah untuk mengajarkan kepada kita cara melakukan kewajiban tersebut sehingga menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi diri kita sendiri dan bagi sesama kita. Ketika kewajiban agama kita dipatuhi, tidak ada perkataan yang diucapkan atau tindakan yang dilakukan yang akan menyakiti seorang tetangga. Jika para Orang Suci Zaman Akhir hidup sebagaimana seharusnya, dan sebagaimana diajarkan agama mereka, tidak akan ada perasaan di dada mana pun kecuali kasih sayang dan kasih persaudaraan—lelaki dan perempuan. Fitnah-memfitnah dan berbicara jahat tidak akan memiliki tempat di antara kita; tetapi kedamaian dan kasih serta niat baik akan memerintah di dalam hati dan tempat tinggal serta permukiman kita semua. Kita akan menjadi umat paling bahagia di atas muka bumi, dan berkat serta kedamaian surga akan bernaung di atas kita dan di atas segala yang menjadi milik kita.
Jika ada ketidakbahagiaan dan perasaan iri serta pertengkaran dan kebencian di antara kita, itu ada karena kita tidak mematuhi agama yang kita anut. Itu bukanlah buahnya. Di mana kejahatan-kejahatan ini ada di situlah ada kebutuhan besar akan pertobatan .…
Sebagai Orang Suci Zaman Akhir, adalah kebiasaan umum kita untuk mengambil sakramen sekali seminggu. Jika ajaran-ajaran Tuhan kita, yang untuk mengingat Dialah kita mematuhi tata cara kudus ini, diperhatikan, tidak seorang pun yang telah melanggar dapat diperkenankan untuk mengambil bagian darinya sampai dia telah melakukan perbaikan. Merupakan perintah tegas Tuhan Yesus bahwa tidak seorang pun hendaknya diperkenankan untuk mengambil bagian dari daging dan darah-Nya secara tidak layak [lihat 3 Nefi 18:28–32]. Sebuah sistem yang lebih sempurna untuk menghindari adanya perasaan yang tidak pantas dan kesalahan di antara para saudara dan saudari tidaklah dapat dibayangkan. Jika para Orang Suci melakukan kewajiban mereka, kesulitan tidak akan tidak terselesaikan melewati hari Tuhan ketika mereka berkumpul untuk makan dan minum dalam ingatan akan Dia.22
Saya ingin mengimbau semua Orang Suci, agar kita dengan bersatu memerhatikan firman Tuhan kita sebagaimana tercatat dalam Yohanes [pasal 15] ayat 12, 13, dan 14—jika kita saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita, kita dapat dengan mudah menyelesaikan semua kesulitan yang mungkin timbul di tengah-tengah kita, saling memaafkan, dan dipenuhi dengan belas kasih; dan terang, kasih, sukacita, persatuan, kedamaian, serta penemanan akan menjadi titik kestabilan zaman kita, yang akan jauh lebih baik dalam pandangan Allah, malaikat, dan manusia, daripada percekcokan yang panjang mengenai kesalahan para saudara kita.23
Kita hendaknya sehati dan sepikiran, dan tidak memperkenankan apa pun yang bersifat jasmani atau rohani untuk memisahkan kita dari kasih Allah dan manusia.24
Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran
Pertimbangkanlah gagasan-gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–xi.
-
Ulaslah alinea pertama di halaman 265. Pengalaman serupa apa yang pernah Anda miliki?
-
Dalam hal apa Bapa Surhawi, Yesus Kristus, dan Roh Kudus adalah “satu”? (lihat halaman 267–268).
-
Dalam hal apa para nabi bersatu dengan anggota Tubuh Ketuhanan? (lihat halaman 268–269). Bagaimana kita dapat mencapai kesatuan seperti itu? (lihat halaman 269–271).
-
Ulaslah halaman 268–271, mencari komentar Presiden Woodruff mengenai tanah 40 hektar, sebuah sungai, dan pokok anggur. Apa yang dapat kita pelajari dari persamaan-persamaan ini?
-
Bacalah alinea pertama di halaman 271. Pengalaman apa yang telah memperlihatkan Anda bahwa “kesatuan adalah kekuatan”?
-
Pikirkan atau bahaslah latar belakang, karakteristik, minat, bakat, dan tugas anggota yang berbeda-beda dalam lingkungan, cabang, atau keluarga Anda. Bagaimana menurut Anda orang-orang seperti itu dapat dipersatukan untuk kebaikan?
-
Apa saja berkat-berkat yang kita terima ketika kita bersatu demi kebaikan dalam rumah tangga kita? dalam organisasi Gereja kita? Apa konsekuensi dari perpecahan di dalam rumah tangga dan di Gereja?
-
Sumber-sumber apa saja yang disediakan Gereja untuk membantu kita bersatu dalam ajaran yang kita ajarkan? Apa yang dapat kita lakukan untuk memastikan bahwa ajaran kita satu dengan ajaran para nabi zaman akhir?
-
Mengapa tidak mungkin untuk mengatakan bahwa kita mengasihi Allah tetapi kita membenci saudara kita? (lihat halaman 274–275).
-
Pelajarilah alinea ketiga di halaman 275. Bagaimana sakramen membantu kita menjadi satu?
Tulisan Suci Terkait: Mazmur 133:1; Mosia 18:21; 3 Nefi 11:28–29