Bab 8
Memahami Kematian dan Kebangkitan
Ketika orang yang kita kasihi meninggal dan saat kita merenungkan kefanaan kita sendiri, kita dapat menemukan penghiburan serta kepastian dalam Injil Yesus Kristus yang dipulihkan dan kenyataan kekal kebangkitan.
Dari Kehidupan Wilford Woodruff
Pada awal bulan Agustus 1839, Penatua Wilford Woodruff meninggalkan rumahnya di Montrose, Iowa, mematuhi pemanggilan Tuhan untuk melayani sebagai misionaris di Kepulauan Inggris. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada istrinya, Phoebe, dan anak tunggalnya, Sarah Emma yang berusia 1 tahun. Pada saat itu, Phoebe sedang mengandung Wilford Jr., yang kemudian lahir pada tanggal 22 Maret 1840.
Beberapa bulan setelah meninggalkan Montrose, Penatua Woodruff sedang berada di Amerika Serikat bagian timur, mengkhotbahkan Injil dan mempersiapkan perjalanan ke Inggris Raya. Saat menetap inilah dia menulis di dalam buku hariannya mengenai tiga mimpi terpisah dimana dia melihat istrinya. Setelah mimpi pertamanya dia menuliskan yang berikut dalam buku hariannya: “Saya melihat Ny. Woodruff sangat menderita dalam sebuah mimpi di Montrose. Saya tidak melihat Sarah Emma.”1 Laporannya tentang mimpi keduanya juga singkat: “Saya bermimpi tadi malam dan bercakap-cakap dengan Ny. Woodruff namun tidak melihat Sarah Emma.”2 Mimpi ketiga lebih terperinci: “Kami sangat bersukacita atas kesempatan berbincang bersama, namun rangkulan kami bercampur dengan duka, karena setelah berbincang sejenak mengenai urusan rumah tangganya, saya menanyakan keberadaan Sarah Emma .… Dia berkata, sambil menangis, … ‘Dia telah meninggal.’ Kami berduka sesaat, dan saya terbangun .… Apakah mimpi ini benar? Waktulah yang akan menentukannya.”3
Pada tanggal 14 Juli 1840, Penatua Woodruff, yang sekarang berada di Inggris Raya, menuliskan catatan buku harian memperingati hari yang penting bagi keluarganya: “Sarah Emma berusia dua tahun hari ini. Semoga Tuhan melindungi istri dan anak-anak saya dari penyakit dan kematian hingga kepulangan saya.” Selalu mengakui kehendak Tuhan, dia menambahkan, “Oh Tuhan, saya menyerahkan mereka ke dalam tangan-Mu; berikanlah makan, pakaian, dan penghiburan kepada mereka, dan bagi-Mulah kemuliaan.”4 Tiga hari kemudian, Sarah Emma kecil meninggal.
Penatua Woodruff tidak mengetahui mengenai kematian putrinya hingga tanggal 22 Oktober 1840, ketika dia membaca berita itu dalam sepucuk surat yang dikirimkan kepada salah seorang sesama pemimpin dalam Kuorum Dua Belas.5 Empat hari kemudian akhirnya dia menerima berita itu dari Phoebe, dalam sepucuk surat tertanggal 18 Juli. Dia menyalin sebagian suratnya dalam buku hariannya:
“Wilfordku yang terkasih, bagaimana perasaanmu ketika aku mengatakan bahwa kemarin aku telah diminta untuk menyaksikan kepergian Sarah Emma kecil kita dari dunia ini? Ya, dia telah pergi. Tangan kematian yang tak berbelaskasihan telah merenggutnya dari pelukanku .… Ketika menatapnya, aku sering berpikir bagaimana perasaanku jika harus berpisah darinya. Aku berpikir tidak dapat hidup tanpa dia, terutama dalam ketidakhadiran rekanku. Tetapi dia telah pergi. Tuhan telah membawa dia pulang ke rumah-Nya sendiri untuk suatu tujuan yang bijaksana.
Ini merupakan pencobaan bagiku, namun Tuhan telah berdiri di sisiku dengan cara yang luar biasa. Aku dapat melihat dan merasakan bahwa Dia telah membawanya pulang dan akan merawatnya dengan lebih baik daripada yang mungkin aku lakukan untuk sementara waktu sampai aku pun pergi dan menemuinya. Ya, Wilford, kita memiliki seorang malaikat kecil di surga, dan aku pikir mungkin saja rohnya telah mengunjungimu sebelum ini.
Memang sulit untuk hidup tanpa dia .… Dia meninggalkan sebuah kecupan untuk ayahnya bersamaku tepat sebelum dia meninggal .… Para penatua meletakkan tangan di atas kepalanya dan mengurapinya berulang kali, namun hari berikutnya rohnya memulai perjalanannya dari dunia ini ke dunia lain tanpa rintihan.
Saat ini Wilford [Jr.] dan saya, bersama cukup banyak teman yang menemani kami, datang ke Commerce, [Illinois,] untuk memberikan penghormatan terakhir kami kepada anak kecil terkasih kami dalam menyaksikan pemakamannya dengan pantas. Dia tidak memiliki sanak saudara untuk menyertainya ke makam atau untuk meneteskan air mata baginya kecuali ibundanya dan Wilford kecil .… Aku baru saja menikmati perjalanan yang sendu dan menyenangkan menuju makam Sarah. Dia terbaring sendirian dalam damai. Aku dapat mengatakan bahwa Tuhan yang memberi dan Tuhan pula yang mengambil, dan diberkatikah nama Tuhan [lihat Ayub 1:21].”6
Selain menyalin surat Phoebe, Penatua Woodruff hanya menulis sedikit mengenai kepergian putrinya. Dia hanya berkata bahwa Sarah Emma telah “diambil dari kehidupan” dan bahwa dia telah “pergi untuk tidak ditemukan lagi dalam kehidupan ini.”7
Dalam usianya ke-91, Wilford Woodruff mengalami kematian dari banyak orang yang dikasihinya, termasuk sejumlah anggota keluarga dan semua Rasul yang melayani bersamanya di bawah petunjuk Nabi Joseph Smith. Pada saat-saat khusus ini, dia menemukan penghiburan dalam kesaksiannya akan Injil yang dipulihkan dan dalam “kenyataan kekal” kebangkitan.8 Dia sering mengajarkan bahwa kematian dari seorang Orang Suci Zaman Akhir yang saleh merupakan saat yang sulit sekaligus saat untuk bersukacita. Bahkan, menjelang akhir hayatnya dia menuliskan instruksi berikut mengenai upacara pemakamannya sendiri: “Saya tidak ingin keluarga atau teman-teman saya mengenakan pakaian duka apa pun [pakaian hitam untuk menandakan kematian kerabat dekat] bagi saya pada saat upacara pemakaman saya atau sesudahnya, karena jika saya jujur dan setia hingga kematian tidaklah perlu bagi siapa pun untuk berkabung bagi saya.”9
Ajaran-Ajaran Wilford Woodruff
Saat kematian roh setiap orang memasuki dunia roh, di mana orang-orang yang saleh bersukacita bersama dan melanjutkan pekerjaan Tuhan.
Banyak [orang] percaya bahwa ketika seseorang meninggal itulah akhir hidupnya, bahwa tidak ada kehidupan sesudah ini. Dapatkah siapa pun yang berakal sehat percaya bahwa Allah surga telah menciptakan dua atau tiga ratus ribu juta roh, dan memberi mereka tabernakel [tubuh jasmani], hanya untuk datang serta hidup di atas bumi dan kemudian berlalu untuk dilupakan atau binasa? Rasanya bagi saya bahwa tidak ada orang berakal yang dapat menerima kepercayaan seperti itu. Itu bertentangan dengan akal sehat dan pemikiran yang serius.10
Ketika berkabung karena kehilangan salah seorang teman kita yang meninggal, saya harus memercayai bahwa dalam setiap kematian ada kelahiran; roh meninggalkan tubuh yang mati bagi kita, dan berlanjut ke sisi lain tabir, hidup bagi kumpulan besar dan mulia itu yang juga bekerja bagi pencapaian tujuan-tujuan Allah, dalam penebusan dan keselamatan dunia yang terjatuh.11
Ada sukacita ketika roh Orang-Orang Suci Allah yang Hidup memasuki dunia roh dan bertemu dengan para Orang Suci yang telah mendahului mereka.12
Sebagian orang bekerja di balik tabir ini, sebagian yang lain lagi di balik tabir lainnya. Jika kita bertahan di sini kita berharap untuk bekerja bagi tujuan keselamatan, dan jika kita pergi ke sana kita berharap untuk melanjutkan pekerjaan kita sampai kedatangan Putra Manusia.13
Melalui Kurban Tebusan Yesus Kristus, semua orang akan dibangkitkan, roh mereka bersatu dengan tubuh mereka yang baka.
Kita mengakui bahwa melalui Adam semua orang telah mati, bahwa kematian melalui kejatuhan harus diteruskan kepada semua umat manusia, juga pada hewan di ladang, ikan di lautan, dan burung di udara serta semua pekerjaan Allah, sejauh menyangkut bumi ini. Ini merupakan hukum yang tidak dapat diubah dan ditarik kembali .… Juruselamat Sendiri mengalami kematian; Dia mati untuk menebus dunia; tubuh-Nya diletakkan di dalam kubur, namun tidak mengalami kebinasaan; dan setelah tiga hari tubuhnya bangkit dari kubur dan menjadi baka. Dia adalah buah kebangkitan yang pertama.14
Saya yakin, selama ini selalu yakin, sehubungan dengan kebangkitan. Saya bersukacita di dalamnya. Jalannya telah dibukakan bagi kita melalui darah Putra Allah.15
Ketika kebangkitan datang, kita akan tampil dengan mengenakan tubuh yang baka; dan penganiayaan, penderitaan, kedukaan, rasa sakit serta kematian, yang berkaitan dengan kefanaan, akan sirna selamanya.16
Ajaran tentang kebangkitan orang mati ini adalah yang termulia. Ajaran ini menghibur, setidaknya bagi roh saya, untuk berpikir, bahwa, pada fajar kebangkitan, roh saya akan memiliki hak istimewa untuk berada dalam tubuh yang sama yang ditempatinya di sini. Sebagai penatua Israel kita telah melakukan perjalanan ribuan mil dalam keletihan dan kelelahan, bekerja untuk mengkhotbahkan Injil Yesus Kristus kepada anak-anak manusia. Saya akan senang sekali memiliki tubuh yang sama di dalam kebangkitan yang dengannya saya telah menyeberangi rawa, berenang mengarungi sungai, serta melakukan perjalanan dan bekerja untuk membangun Kerajaan Allah di bumi ini.17
Injil menyediakan penghiburan ketika orang yang dikasihi meninggal.
Tanpa Injil Kristus pemisahan melalui kematian adalah salah satu topik terkelam yang mungkin direnungkan; namun segera setelah kita menerima Injil dan mempelajari asas kebangkitan kekelaman, kedukaan, dan penderitaan yang disebabkan oleh kematian menjadi, sebagian besar, lenyap. Saya sering berpikir bahwa, untuk melihat tubuh yang mati, dan melihat tubuh itu diletakkan di dalam kubur dan ditutupi dengan tanah, adalah salah satu hal terkelam di bumi; tanpa Injil hal itu seperti mencoba melompat ke dalam kegelapan. Namun secepat kita memperoleh Injil, sesegera itu pula roh manusia diterangi oleh ilham Yang Mahakuasa, dia dapat berseru bersama seseorang dari zaman dahulu—“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” [lihat 1 Korintus 15:55–57]. Kebangkitan orang meninggal muncul di hadapan pikiran manusia yang telah diterangi, dan dia memiliki landasan bagi tempat rohnya bersandar. Itulah kedudukan para Orang Suci Zaman Akhir dewasa ini. Kita mengetahuinya bagi diri kita sendiri, kita tidak berada di kegelapan dalam hal ini; Allah telah mewahyukannya kepada kita dan kita memahami asas kebangkitan orang meninggal, dan bahwa Injil mengungkapkan kehidupan serta kebakaan [lihat 2 Timotius 1:10].18
Tentunya, adalah sulit untuk berpisah dengan teman-teman kita .… Adalah wajar bagi kita untuk menyatakan perasaan kita dalam air mata dalam menguburkan tubuh dari teman-teman kita yang terkasih, dan ada tingkat tertentu ke mana kita dapat pergi yang adalah pantas dan benar; namun ada sisi ekstrem yang sering kali dibiarkan dalam perkabungan kita, yang sebenarnya tidak pantas maupun tidak benar bagi Orang Suci Zaman Akhir untuk ditiru.19
Untuk tujuan atau alasan yang tidak saya ketahui, saya telah hidup untuk menghadiri upacara pemakaman dan mengantarkan ke liang kubur sejumlah besar Nabi dan Rasul serta banyak Orang Suci yang telah bekerja di Gereja ini pada zaman dan generasi mereka .… Saya tidak pernah merasa perlu berkabung dalam roh saya ketika mengantarkan Nabi, Rasul, Orang Suci Allah yang hidup mana pun ke makam, yang telah jujur dan setia kepada Allah, yang telah jujur dan setia pada perjanjian-perjanjian-Nya, yang telah menerima Injil Yesus Kristus dan tata cara-tata cara darinya, serta Imamat Kudus. Pria dan wanita seperti itu telah menunaikan misi mereka di bumi ini dengan kehormatan, dengan kerja, dengan kasih, sampai mereka dipanggil pulang. Mereka telah meninggal dalam iman, dan mereka akan menerima mahkota kemuliaan.
Itulah perasaan saya akan kematian Presiden [Brigham] Young, Brother [Heber C.] Kimball, Brother [John] Taylor, Dua Belas Rasul, dan semua orang yang telah menerima Injil Kristus dan telah jujur serta setia pada misi itu. Ada kenyataan kekal—yang akan ditemukan oleh seluruh dunia—dalam kehidupan. Ada kenyataan kekal dalam kematian. Ada kenyataan kekal dalam kebangkitan, dan penghakiman yang akan datang, serta dalam urusan Allah dengan semua orang pada masa yang akan datang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan dalam tubuh, dan ketika seorang pria atau wanita yang telah memasuki perjanjian dengan Tuhan, yang telah menerima Injil dan tata cara-tata cara darinya, dan telah jujur serta setia di zaman dan generasinya, telah dipanggil pulang ke dunia roh, di manakah orang yang memahami asas-asas ini yang dapat berkabung bagi saudara lelaki atau perempuan itu?20
Melalui Kurban Tebusan Yesus Kristus, semua anak yang meninggal sebelum mencapai usia pertanggungjawaban akan mewarisi kemuliaan selestial
Tidak ada bayi atau anak yang telah meninggal sebelum mencapai usia pertanggungjawaban, yang tidak ditebus, dan karenanya berada di luar kuasa siksaan neraka .… Saya akan menantang siapa pun untuk menemukan dalam catatan kebenaran ilahi mana pun tata cara apa pun yang ditegakkan bagi keselamatan anak-anak kecil yang tidak berdosa; itu tidak akan perlu, dan satu-satunya yang dapat ditemukan adalah dimana Yesus mengambil anak-anak kecil ke dalam pelukan-Nya dan memberkati mereka, yang akan sangat sempurna untuk dilakukan sesuai dengan aturan Allah. Namun memerciki bayi atau ajaran bahwa bayi pergi ke neraka dalam keadaan apa pun, adalah ajaran yang ditetapkan oleh manusia dan bukan oleh Allah, dan karenanya tidak ada nilainya dan sama sekali salah serta tidak berkenan dalam pandangan Allah. Itu saja mengenai bayi-bayi .… Mereka ditebus oleh darah Yesus Kristus.21
Anak-anak tidak berdosa di hadapan Allah; mengenai kematian mereka dan sebabnya, itu berada dalam tangan Allah, dan kita hendaknya tidak menggerutu terhadap Tuhan atau keputusan-Nya sama seperti Ayub …. Ada penghiburan yang berhubungan dengan hal ini—mereka tidak bersalah, mereka tidak berada dalam pelanggaran. Mereka telah membayar penuh hukum kematian yang telah Allah teruskan kepada Adam serta semua keturunannya; namun ketika roh mereka meninggalkan tubuh dan pergi ke dunia roh masalah dan penderitaan mereka berakhir .… Mereka akan tampil dari kubur pada fajar kebangkitan, … berjubahkan kemuliaan, kebakaan dan kehidupan kekal, dalam keindahan serta kemegahan kekal, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangan orang tua mereka, dan orang tua mereka akan menerima mereka di dalam organisasi keluarga dunia selestial, dan orang tua mereka akan memiliki mereka selamanya. Mereka akan hidup selama Allah mereka hidup. Ini, bagi Orang-orang Suci Zaman Akhir, yang percaya pada kebangkitan, seharusnya merupakan sumber penghiburan dan pelipur lara.
… Pertanyaan mungkin timbul dalam diri saya dan Anda—“Mengapa Tuhan mengambil anak-anak saya?” Namun bukan hak saya untuk memberitahu, karena saya tidak tahu, itu berada dalam tangan Tuhan, dan demikianlah adanya sejak penciptaan dunia sampai sekarang. Anak-anak diambil semasa bayi mereka, dan mereka pergi ke dunia roh. Mereka datang ke sini dan memenuhi tujuan kedatangan mereka, yaitu, mereka hidup dalam daging. Mereka datang untuk menerima suatu pencobaan dan suatu warisan di bumi; mereka memperoleh tubuh, atau tabernakel, dan tabernakel itu akan dipelihara bagi mereka, dan pada fajar kebangkitan roh serta tubuh akan disatukan, dan sebagaimana di sini kita menemukan anak-anak dengan beragam usia dalam sebuah keluarga, dari yang bayi dalam dekapan ibunya hingga yang dewasa, demikian pula dalam organisasi keluarga di dunia selestial. Anak-anak kita akan dipulihkan kepada kita sebagaimana saat mereka dimakamkan jika kita, orang tua mereka, tetap beriman serta membuktikan diri kita layak untuk memperoleh kehidupan kekal; dan jika kita tidak membuktikan diri kita seperti itu anak-anak kita tetap akan dipelihara, dan akan mewarisi kemuliaan selestial. Inilah pandangan saya sehubungan dengan semua bayi yang meninggal, baik mereka dilahirkan bagi bangsa Yahudi maupun bukan Yahudi, saleh maupun jahat. Mereka datang dari Bapa kekal mereka dan Ibu kekal mereka yang baginya mereka dilahirkan dalam dunia kekal, dan mereka akan dipulihkan kepada Orang tua kekal mereka; dan semua orang tua yang telah menerima anak-anak di sini sesuai dengan aturan Allah serta Imamat Kudus, tidak peduli di zaman apa mereka hidup, akan meminta anak-anak tersebut pada fajar kebangkitan, dan anak-anak yang telah meninggal akan diberikan kepada orang tua mereka, dan anak-anak yang telah meninggal akan memberkati organisasi keluarga mereka di dunia selestial .…
… Saya akan berkata kepada teman-teman kita yang berkabung, anak-anak Anda diambil dan Anda tidak dapat mengelaknya, tidak seorang pun di antara kita dapat mengelaknya; tidak ada kesalahan yang dibebankan kepada orang tua ketika mereka telah melakukan yang terbaik semampu mereka. Seorang ibu hendaknya tidak dipersalahkan karena tidak dapat menyelamatkan anaknya yang sakit, dan kita harus menyerahkan hal-hal ini ke dalam tangan Allah. Hanya perlu waktu yang singkat sampai mereka dipulihkan kembali kepada kita .…
Sehubungan dengan pertumbuhan, kemuliaan atau permuliaan anak-anak dalam kehidupan yang akan datang, Allah tidak mewahyukan apa pun mengenai hal itu kepada saya, baik mengenai anak-anak Anda, saya atau siapa pun juga, lebih daripada yang kita ketahui bahwa mereka diselamatkan. Dan saya merasa bahwa kita harus menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan dalam penderitaan ini, kita harus bersandar pada lengan-Nya dan berpaling kepada-Nya untuk penghiburan dan pelipur lara. Kita tidak berkabung dalam penderitaan ini seperti mereka yang tidak memiliki harapan; kita tidak meratapi kepergian anak-anak kita seolah-olah kita tidak akan pernah melihat mereka lagi, karena kita mengetahui yang lebih baik. Tuhan telah mengajar kita lebih baik, dan demikian pula Injil; wahyu Yesus Kristus telah memperlihatkan kepada kita bahwa mereka akan dipulihkan kepada kita dalam kebangkitan orang yang saleh .…
… Saya berdoa kepada Bapa Surgawi saya agar Dia mau memberkati Brother dan Sister Wheeler [pasangan yang para putranya, usia empat dan enam tahun, baru saja meninggal] dalam kehilangan mereka, serta memberi mereka Roh Kudus-Nya, agar, ketika mereka berbaring pada malam hari dan bangun pada pagi hari serta merindukan anak-anak mereka, mereka dapat menyerahkan diri mereka ke dalam tangan Tuhan, serta menyadari bahwa perpisahan mereka dari anak-anak kecil mereka bukanlah untuk selamanya, namun bahwa dalam waktu yang singkat mereka akan dipulihkan kepada mereka. Ini berlaku bagi kita semua dengan kepergian anak-anak kita. Kita meletakkan mereka ke dalam kubur, namun mereka akan tampil pada fajar kebangkitan, dan jika kita setia pada kebenaran, kita akan menerima mereka serta bersukacita bersama mereka.22
Kita hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga kita akan siap untuk menerima berkat-berkat yang Allah sediakan bagi kita ketika kita meninggal.
Masa depan kita terletak di balik tabir. Ketika saya meninggal saya menginginkan hak istimewa untuk pergi ke mana Allah Bapa Surgawi saya berada, dan di mana Yesus Kristus, Juruselamat dunia, berada.23
Kita hendaknya berusaha untuk memperbaiki waktu kita, bakat kita, dan kesempatan kita ketika kita berada di atas bumi ini. Saya menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat abadi kita. Kita memiliki bukti akan hal ini setiap hari dalam kehidupan kita. Kita diminta untuk menguburkan para nabi, rasul, penatua, ayah, ibu, istri, dan anak-anak kita, yang semuanya menunjukkan kepada kita bahwa kita tidak memiliki kelanggengan hidup. Karena itu, kita hendaknya memperbaiki waktu kita saat ini.24
Peringatan ini dengan kuatnya ditujukan kepada mereka yang hidup, “Hendaklah kamu juga siap sedia” [Matius 24:44]. Dan ini berlaku bagi kita semua. Dan adalah kewajiban kita sebagai orang tua serta penatua Israel untuk bekerja dalam urusan Allah, sementara kita masih diperkenankan untuk tinggal; hidup selaras dengan terang dan pengetahuan yang telah dianugerahkan kepada kita. Karena ada masa yang ditetapkan bagi semua orang; dan Dia mengambil banyak orang sesuai dengan kebijaksanaan kehendak-Nya Sendiri. Dia mengambil siapa pun yang ingin diambil-Nya, dan membiarkan siapa pun yang ingin dibiarkan-Nya untuk suatu tujuan yang bijaksana di dalam Dia.25
Ketika kita telah melewati kedukaan kefanaan dan memiliki sukacita serta kemuliaan kerajaan selestial dianugerahkan kepada diri kita pada saat itu kita akan mengetahui bahwa penderitaan kefanaan telah mempersiapkan kita dan memungkinkan kita untuk menghargai berkat-berkat yang Allah sediakan bagi mereka yang setia.26
Semoga umat ini dapat bertobat dari semua dosa mereka dan bangun serta memiliki kuasa untuk datang di hadapan Allah agar doa-doa mereka dapat didengar, siap untuk membela kerajaan dan tidak pernah meninggalkan perjanjian-perjanjian mereka serta sesama pemimpin mereka, atau mengkhianati Injil, namun mengatasi dunia dan siap untuk menjadi pewaris bersama dengan Kristus hingga kegenapan dari kebangkitan pertama yang disiapkan bagi mereka yang mematuhi perintah Allah, adalah doa saya.27
Saran untuk Pembelajaran dan Pengajaran
Pertimbangkanlah gagasan-gagasan berikut ketika Anda mempelajari bab ini atau ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman v–xi.
-
Ulaslah kembali kisah kematian Sarah Emma Woodruff (halaman 85–87). Ajaran-ajaran apa yang menghibur dan menguatkan Penatua serta Sister Woodruff? Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini?
-
Menurut Presiden Woodruff, pengalaman apa yang dapat kita nantikan di dunia roh? (lihat halaman 87–88). Bagaimana pengetahuan ini membantu Anda?
-
Ketika Anda membaca nasihat Presiden Woodruff mengenai meratapi kematian orang yang dikasihi, asas-asas apa yang Anda lihat? (lihat halaman 89–91). Bagaimana Anda telah menemukan kedamaian ketika orang yang dikasihi meninggal? Bagaimana kita dapat membantu orang-orang yang berkabung pada saat kematian?
-
Bagaimana Kurban Tebusan Yesus Kristus mengambil sengat kematian? (lihat halaman 88–91; lihat juga 1 Korintus 15:55–57; Mosia 16:6–9).
-
Apa yang Anda pelajari dari ajaran-ajaran Presiden Woodruff mengenai anak-anak kecil yang meninggal? (lihat halaman 91–94).
-
Ulaslah kembali halaman 95–96. Berusahalah mengingat anggota keluarga atau teman yang tampaknya siap ketika tiba saatnya bagi mereka untuk meninggal. Apa yang dapat kita pelajari dari orang-orang ini? Menurut Presiden Woodruff, apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan setelah kematian? (lihat halaman 95–96).
-
Bagaimana ajaran-ajaran Presiden Woodruff memberikan kontribusi bagi pemahaman Anda mengenai kematian dan kebangkitan?
Tulisan Suci Terkait: 1 Korintus 15; Alma 11:42–45; 28:12; 34:32–41; Moroni 8:12–19; A&P 42:45–47; 76:50–70; Joseph F. Smith—Penglihatan mengenai Penebusan Orang yang Telah Mati:57