Wanita Iman
Wanita iman mempercayai Allah … Dia mengetahui keinginan-Nya dalam kehidupannya. Dia mengetahui bahwa Dia mengenalnya. Dia mengasihi firman-Nya dan minum sebanyak-banyaknya dari air yang hidup.
Saya mengasihi Tuhan Yesus Kristus dan Gereja-Nya, yang telah dipulihkan ke bumi pada masa ini. Saya menghargai ajaran kehidupan-Nya yang kudus sejak bayi sampai menjadi orang yang dibangkitkan, Putra Allah.
Ketika saya membaca Alkitab, dalam mata pikiran saya, saya melihat-Nya saat Dia “bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”1 Dalam pembacaan saya, Dia berada di sana ketika membangkitkan orang yang telah meninggal. Dia menyembuhkan orang yang sakit, memberi makan 5.000 orang, mendatangkan kenyamanan serta harapan dan proses kedamaian ke dunia yang telah diciptakan-Nya. Dia mengampuni mereka yang mengejek dan menyiksa serta menyalibkan-Nya—sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Saya melihat kasih ilahi dan kecemasan yang Dia miliki bagi ibu-Nya, meskipun Dia sendiri sangat menderita. Dia mengatasi kematian agar kita juga dapat mengatasinya. Dia telah menyiapkan tempat bagi kita di surga bersama Bapa Kekal kita. Dia telah mengajar kita rencana kebahagiaan serta telah memberi kita pengertian mengenainya dan harapan untuk mengikutinya. Kehidupan-Nya merupakan teladan pengurbanan yang luar biasa serta kehidupan yang penuh pelayanan untuk memenuhi rencana Allah Bapa-Nya.
Seorang wanita Orang Suci yang mengikuti teladan Kristus dalam kehidupannya sehari-hari mulai memenuhi rencana Bapa Surgawi kita baginya. Dengan melakukannya dia dapat menjadi pengaruh kebaikan yang kuat di dunia masa ini serta menghadapi tantangan-tantangan kefanaan. Saya telah mengenal wanita semacam itu dan mereka telah menjadi teladan kehidupan bagi saya. Wanita Orang Suci yang mengikuti Kristus, adalah seorang Kristen sejati. Dialah wanita iman yang percaya kepada Allah serta yang percaya diri dan tidak takut.
Wanita iman mempercayai Allah serta menghadapi setiap kemalangan dengan harapan. Dia mengetahui keinginan-Nya dalam kehidupannya. Dia mengetahui bahwa Dia mengenalnya. Dia mengasihi firman-Nya dan minum sebanyak-banyaknya dari air yang hidup. Dia bersyukur atas nabi yang telah Dia kirim untuk zaman akhir ini, dan dia mempercayai nasihatnya serta mengikutinya, karena dia mengetahui bahwa dengan melakukannya dia akan menemukan keselamatan dan kedamaian. Dalam doa dia mencari bimbingan serta bantuan yang baik dan kukuh dari seorang Bapa Surgawi yang mendengar. Ketika dia berdoa, dia mendengar—membiarkan komunikasi tersebut dua arah. Dia mempercayai bahwa dalam cara-Nya yang tenang serta lembut, Dia akan membimbingnya dan menjawab doa-doanya.2
Wanita iman percaya diri karena dia memahami rencana ilahi Bapa Surgawi kita serta perannya untuk memberkati kehidupan. Dia percaya diri bahwa pengurbanan apa pun yang dia lakukan mendatangkan pahala secara rohani. Dia mengetahui tentang pengurbanan karena mengetahui kehidupan Juruselamat. Dia mengetahui bahwa jika dibandingkan pengurbanannya mungkin kecil, tetapi dia tahu bahwa Bapa Surgawi memahami dan menghargai apa yang dilakukannya untuk memperkuat rumah tangga serta keluarganya dan dunia di mana dia tinggal. Rasa percaya dirinya tumbuh karena dia bajik dan elok serta sopan, yang adalah lebih baik daripada sekadar cantik. Dia memiliki alasan yang murni. Dia penuh kasih serta lembut dan baik. Hati suami serta anak-anaknya mempercayainya.3 Demikian halnya dengan anak-anak, maupun para remaja atau wanita yang bagi mereka dia telah dipanggil untuk mengajar, memimpin, melayani serta mengasihi—mereka semua dekat kepadanya karena kasih khusus itu yang dia pancarkan. Adalah rupa Allah yang dia miliki dalam parasnya yang mengesankan serta penting.4 Dia percaya diri bahwa dia mengembangkan suatu sifat benar serta menjalankan tindakan-tindakan yang benar yang akan memungkinkannya diundang untuk berdiri di hadirat Bapa Surgawinya. Dia akan dapat melakukannya dengan mengetahui bahwa dia sepenuhnya cocok di sana, bahwa dia diketahui oleh-Nya serta dikasihi dan dihargai serta akan selalu dan selamanya dijaga.
Wanita iman tidaklah takut. Dia tidak takut pada yang jahat, karena Allah besertanya.5 Tidak ada keraguan, tidak ada kebingungan di dalam kehidupannya. Dia dapat menjalankan kehidupan yang berasas karena dia mempelajari doktrin dan ajaran seorang guru yang sempurna, sang Guru. Dia adalah teladan yang agung bagi semua yang mengenalnya. Dia tentu saja tidak sempurna, bukan karena dia tidak memiliki asas yang sempurna atau teladan yang sempurna di dalam Kristus, tetapi karena dia adalah seorang manusia. Dia menghindari pengaruh jahat serta hal-hal yang tidak bersih, dan jika hal itu muncul di dalam kehidupannya, dia bagaikan seorang singa betina yang melindungi anaknya. Seorang wanita iman yang tidak takut, memiliki keberanian untuk berbicara kepada anak-anaknya mengenai praktik-praktik yang akan menghancurkan mereka. Mereka tidak saja mendengarkan dia membahas tekadnya, tetapi mereka melihat tekadnya dalam kehidupannya sehari-hari— dalam cara dia berpakaian, apa yang dia baca dan tonton, bagaimana dia menggunakan waktu luangnya, apa yang dia kasihi serta yang menyenangkannya, siapa yang dia pengaruhi, serta bagaimana dia bertindak setiap saat, dalam segala hal, dan di segala tempat. Dia memiliki keteguhan dalam tindakan yang menarik serta riang serta cerdas dan baik. Anak-anak perempuan serta remaja putri kita dapat dengan aman mempercayai teladannya. Kami berdoa agar mereka juga tidak takut ketika mereka mencari dan melakukan hal-hal yang meningkatkan serta bahagia dan pantas, karena mereka adalah masa depan kita.
Syukur bagi para wanita iman di dalam kehidupan kita. Seorang wanita iman mengasihi Tuhan. Dia ingin Allah mengetahuinya melalui kehidupan yang dijalaninya, melalui kata-kata yang diucapkannya, melalui pelayanan yang dia lakukan kepada anak-anak-Nya, melalui setiap tindakannya. Dia mengetahui bahwa Allah mengasihinya bahkan sekalipun dia tidak sempurna serta masih berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik. Dia mengetahui bahwa ketika dia melakukan usaha terbaiknya, itu sudah cukup, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Hinckley kepada kita.6
Seorang wanita iman diberkati oleh para pria yang setia di dalam kehidupannya yang memegang imamat Allah serta menghormati hak istimewa ini: ayah, uskup, suami, sudara lelaki, anak lelakinya. Mereka menghargainya serta karunia ilahi yang diberikan oleh Allah kepada putri-Nya. Mereka mendukung dan mengimbau, serta memahami misi besar kehidupannya sebagai seorang wanita. Mereka mengasihinya; mereka memberkatinya. Mereka sebaliknya diberkati oleh wanita iman ini ketika mereka menelusuri jalan kehidupan bersama-sama. Mereka tahu, sebagaimana diajarkan oleh tulisan suci, bahwa “berdua lebih baik daripada seorang diri, … karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya.”7
Saya menyatakan rasa syukur saya atas para wanita iman dan wanita yang hebat, atas pria yang agung serta atas keluarga terkasih saya, yang telah menolong serta mengilhami saya selama kehidupan saya. Mereka telah menjadi berkat yang besar ketika saya telah mencoba memenuhi tugas suci dari Tuhan sebagai presiden umum Remaja Putri.
Brother dan sister terkasih, ketahuilah kasih saya bagi Anda, serta rasa syukur saya yang besar bagi Bapa kita di Surga dan Putra Terkasih-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Saya akan menghormati dan melayani mereka dengan segenap hati saya selamanya serta bersyukur atas hak istimewa ini. Dalam nama Yesus Kristus, amin.