Mimpi Saya yang Luar Biasa
Dalam sebuah kecelakaan di jalan raya beberapa tahun lalu, saya mendapat banyak luka, yang terburuk darinya menyebabkan saya koma selama tiga bulan. Berkat imamat, seiring dengan dukungan keluarga saya, memungkinkan saya memiliki apa yang salah satu dokter saya sebut “kesembuhan yang luar biasa.”
Namun luka di kepala saya melemahkan ingatan jangka pendek saya, dan saya tidak dapat lagi mengingat mimpi saya. Sering sekali saya terjaga dan berpikir, “Ah, saya sedang bermimpi,” namun pada saat itu, mimpi itu hilang dari ingatan saya selamanya.
Tujuh belas tahun setelah kecelakaan itu, saya dipanggil untuk menjadi uskup di lingkungan saya. Selama pertemuan dewan lingkungan berikutnya, presiden Pratama mengajukan memanggil pasangan khusus untuk mengajar kelas MYB. Para penasihat saya dan saya dengan cepat saling berpandangan karena terkejut.
Sister tersebut hadir ke gereja, meskipun tidak sering, namun suaminya tidak hadir selama bertahun-tahun. Meskipun demikian, kami semua merasa mereka seharusnya memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan pemanggilan itu.
Malam sebelum saya berbicara dengan pasangan itu, saya mendapat mimpi yang jelas. Saya terjaga keesokan harinya dan mengingatnya secara utuh. Itu semua tentang apa yang harus saya katakan dalam wawancara agar mereka mau menerima panggilan untuk melayani. Saya merasa terkejut saat mengingat mimpi pertama saya 17 tahun lalu itu, namun lebih dari itu, isi mimpi itu memberi dorongan dan semangat saya.
Malam itu penasihat saya menjemput saya. Sewaktu kami berkendara untuk memenuhi janji, dia berkata, “Uskup, saya akan membiarkan Anda melakukan semua pembicaraan.” Saya ingat tersenyum dengan yakin karena saya merasa Tuhan telah merencanakan presentasi saya bagi saya.
Selama wawancara saya mengulangi mimpi secara tepat, dan pasangan itu menerima pemanggilan tersebut. Sewaktu kami dalam perjalanan pulang malam itu, penasihat saya berkata, “Saya merasa seolah-olah diajar oleh Tuhan.” Saya tersenyum lagi karena saya tahu itu benar—kami berdua telah diajar oleh Tuhan.
Suami dan istri itu melaksanakan tugas-tugas Pratama mereka dengan pengabdian, dan mereka berdua menjadi aktif di lingkungan. Beberapa tahun kemudian mereka dimeteraikan di bait suci.
Hingga hari ini, mimpi khusus itu adalah satu-satunya yang saya ingat selama 28 tahun terakhir. Saya merasa pasti bahwa Bapa Surgawi mengetahui saat yang tepat bagi pasangan ini. Sebagai hasilnya, Dia mengilhami presiden Pratama dan, untuk suatu malam, memberkati sebagian ingatan saya yang rusak untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Sekali lagi, saya menyadari bahwa Tuhan berdiri sebagai kepala Gereja ini dan bahwa “maksud abadi Tuhan akan berjalan terus, sampai seluruh janji-Nya digenapi” (Mormon 8:22).