2022
Tangga Iman
Mei 2022


10:21

Tangga Iman

Ketidakpercayaan menghalangi kemampuan kita untuk melihat mukjizat, sedangkan pola pikir iman kepada Juruselamat membuka kuasa surga.

Bagaimana tantangan hidup akan memengaruhi iman kita kepada Yesus Kristus? Dan apa pengaruh iman kita terhadap sukacita dan kedamaian yang kita alami dalam hidup ini?

Saat itu tahun 1977. Telepon berdering, dan pesan itu mencabik-cabik hati kami. Carolyn dan Doug Tebbs sedang dalam proses pindah ke rumah baru mereka setelah menyelesaikan sekolah pascasarjana. Kuorum penatua telah datang untuk memuati mobil van yang bergerak. Doug, memastikan jalurnya aman sebelum mundur, melihat sekali lagi. Yang tidak bisa dia lihat adalah putri kecilnya, Jennie, berlari ke belakang truk pada saat yang salah. Dalam sekejap, Jennie terkasih mereka meninggal.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah rasa sakit yang mereka rasakan begitu dalam dan rasa kehilangan yang tak terbayangkan akan menciptakan jurang yang tak dapat didamaikan antara Carolyn dan Doug, atau akankah itu mengikat hati mereka bersama dan memperkuat iman mereka pada rencana Bapa Surgawi?

Jalan melalui kesengsaraan mereka panjang dan menyakitkan, tetapi dari suatu tempat datang cadangan rohani untuk tidak kehilangan harapan, tetapi untuk “bertahan pada jalan [mereka].”1 Entah bagaimana pasangan yang luar biasa ini menjadi bahkan lebih seperti Kristus. Lebih berkomitmen. Lebih memiliki rasa iba. Mereka percaya bahwa, pada waktu-Nya, Allah akan mempersucikan kesengsaraan mereka demi keuntungan mereka.2

Meskipun rasa sakit dan kehilangan tidak akan dan tidak bisa sirna sepenuhnya, Carolyn dan Doug telah dihibur oleh jaminan bahwa dengan tetap teguh di jalan perjanjian, Jennie yang mereka kasihi akan menjadi milik mereka selamanya.3

Teladan mereka telah memperkuat iman saya pada rencana Tuhan. Kita tidak melihat semua hal. Dia melihatnya. Tuhan memberi tahu Joseph Smith di Penjara Liberty bahwa “segala hal ini akan memberi engkau pengalaman, dan akanlah demi kebaikanmu. Putra Manusia telah turun ke bawah itu semua. Apakah engkau lebih besar daripada Dia?”4

Saat kita menerima kehendak Tuhan, Dia mengajari kita cara berjalan bersama-Nya.5 Sebagai misionaris muda yang melayani di Tahiti, saya diminta untuk memberkati seorang bayi yang sakit. Kami meletakkan tangan kami di atas kepalanya dan memberkati dia untuk menjadi lebih baik. Kesehatannya mulai membaik, tetapi kemudian dia jatuh sakit lagi. Untuk kedua kalinya kami memberkati dia tetapi dengan hasil yang sama. Permintaan ketiga datang. Kami memohon kepada Tuhan agar kehendak-Nya yang jadi. Tak lama setelah itu, roh kecil ini kembali ke rumah surgawinya.

Namun kami merasa damai. Kami ingin bayi itu hidup, tetapi Tuhan memiliki rencana lain. Menerima kehendak-Nya menggantikan kehendak kita sendiri adalah kunci untuk menemukan sukacita tidak peduli keadaan kita.

Iman sederhana yang kita miliki kepada Yesus Kristus saat kita pertama kali mulai belajar tentang Dia dapat tetap ada di hati kita sewaktu kita menghadapi tantangan hidup. Iman kita kepada-Nya dapat dan akan membimbing kita melalui kerumitan hidup. Memang, kita akan menemukan bahwa ada kesederhanaan di sisi lain dari kerumitan hidup6 saat kita tetap “[tabah] di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna.”7

Bagian dari tujuan hidup adalah memperkenankan batu sandungan potensial ini menjadi batu loncatan saat kita mendaki apa yang saya sebut “tangga iman”—sebuah tangga karena itu menyarankan bahwa iman tidak statis. Bisa naik atau turun sesuai dengan pilihan yang kita buat.

Sewaktu kita berupaya untuk membangun iman kepada Juruselamat, kita mungkin tidak sepenuhnya memahami kasih Allah bagi kita dan mematuhi hukum-hukum-Nya karena kewajiban. Rasa bersalah bahkan mungkin menjadi pendorong utama kita alih-alih kasih. Hubungan nyata dengan-Nya mungkin belum pernah dialami.

Sewaktu kita berusaha meningkatkan iman kita, kita mungkin bingung dengan apa yang Yakobus ajarkan. Dia mengingatkan kita bahwa “iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong.”8 Kita mungkin tersandung jika kita berpikir semuanya tergantung pada kita. Ketergantungan berlebihan pada diri kita sendiri dapat menghalangi kemampuan kita untuk mengakses kuasa surga.

Tetapi saat kita bergerak menuju iman sejati kepada Yesus Kristus, pola pikir kita mulai berubah. Kita mengenali bahwa kepatuhan dan iman kepada Juruselamat membuat kita memenuhi syarat untuk memiliki Roh-Nya selalu bersama kita.9 Ketaatan bukan lagi mengganggu, tetapi menjadi sebuah pencarian.10 Kita mengenali bahwa ketaatan pada perintah Allah memungkinkan kita untuk dipercaya oleh-Nya. Dengan kepercayaan-Nya datanglah terang yang bertambah. Terang ini memandu perjalanan kita dan memperkenankan kita untuk melihat lebih jelas jalan yang hendaknya kita ambil.

Tetapi ada lebih lagi dari itu. Saat iman kita kepada Juruselamat meningkat, kita mengamati pergeseran halus yang mencakup pemahaman ilahi tentang hubungan kita dengan Allah—gerakan mantap menjauh dari “Apa yang saya inginkan?” menjadi “Apa yang Allah inginkan?” Seperti Juruselamat, kita ingin bertindak “janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”11 Kita ingin melakukan pekerjaan Allah dan menjadi alat di tangan-Nya.12

Kemajuan kita adalah kemajuan yang kekal. Presiden Russell M. Nelson telah mengajarkan bahwa ada lebih banyak lagi yang Bapa Surgawi ingin kita ketahui.13 Sewaktu kita maju, kita lebih memahami apa yang Tuhan ajarkan kepada Joseph Smith: “Karena jika kamu menaati perintah-perintah-Ku kamu akan menerima kegenapan-Nya, dan dimuliakan di dalam Aku; … Aku berfirman kepadamu, kamu akan menerima kasih karunia demi kasih karunia.”14

Seberapa tinggi kita menaiki tangga iman adalah keputusan kita. Penatua Neil L. Andersen mengajarkan, “Iman bukanlah suatu kebetulan, namun melalui pilihan.”15 Kita dapat memilih untuk membuat pilihan yang diperlukan untuk meningkatkan iman kita kepada Juruselamat.

Pikirkan dampak dari pilihan yang dibuat ketika Laman dan Lemuel menuruni tangga iman sementara Nefi naik lebih tinggi. Adakah representasi yang lebih jelas daripada perbedaan antara tanggapan Nefi “Aku akan pergi dan melakukan”16 versus Laman dan Lemuel, yang baru saja melihat malaikat, menanggapi dengan “Bagaimana mungkin bahwa Tuhan akan menyerahkan?”17

Ketidakpercayaan menghalangi kemampuan kita untuk melihat mukjizat, sedangkan pola pikir iman kepada Juruselamat membuka kuasa surga.

Bahkan ketika iman kita lemah, tangan Tuhan akan selalu terulur.18 Bertahun-tahun lalu, saya menerima tugas untuk mengorganisasi ulang sebuah pasak di Nigeria. Pada menit terakhir, ada perubahan tanggal. Ada seorang pria di pasak yang telah memutuskan untuk meninggalkan kota untuk tanggal konferensi pertama. Dia tidak ingin mengambil risiko dipanggil sebagai presiden pasak.

Ketika dia pergi, dia mengalami kecelakaan yang mengerikan, tetapi dia tidak terluka. Hal ini menyebabkan dia untuk mempertimbangkan mengapa nyawanya telah terselamatkan. Dia meninjau kembali keputusan yang telah dia buat. Dia bertobat dan dengan rendah hati menghadiri tanggal konferensi yang baru. Dan ya, dia dipanggil untuk menjadi presiden pasak yang baru.

Penatua Neal A. Maxwell mengajarkan: “Hanya dengan menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah, kebahagiaan penuh dapat ditemukan. Apa pun yang kurang, menghasilkan porsi yang lebih sedikit.”19

Setelah melakukan “segala sesuatu yang berada dalam kuasa kita”, maka inilah saatnya untuk “tetap bergeming … untuk melihat keselamatan dari Allah.”20 Saya melihat ini saat melayani sebagai brother pemberi pelayanan kepada keluarga McCormick. Menikah selama 21 tahun, Mary Kay melayani dengan setia dalam pemanggilannya. Ken bukan anggota Gereja dan tidak tertarik untuk menjadi anggota, tetapi karena mengasihi istrinya, dia memilih untuk menghadiri gereja bersamanya.

Suatu hari Minggu saya merasa terkesan untuk membagikan kesaksian saya kepada Ken. Saya bertanya apakah saya bisa melakukannya. Tanggapannya sederhana dan jelas: “Tidak, terima kasih.”

Saya bingung. Saya telah merasakan bisikan dan mencoba mengikutinya. Sangat menggoda untuk memutuskan bahwa saya telah melakukan bagian saya. Tetapi setelah berdoa dan merenung, saya dapat melihat bahwa meskipun niat saya benar, saya terlalu mengandalkan diri sendiri dan terlalu sedikit mengandalkan Tuhan.

Kemudian, saya kembali, tetapi dengan pola pikir yang berbeda. Saya akan pergi hanya sebagai alat di tangan Tuhan tanpa hasrat lain selain mengikuti Roh. Bersama dengan rekan setia saya, Gerald Cardon, kami memasuki rumah McCormick.

Segera setelah itu, saya merasa terdorong untuk mengundang Gerald menyanyikan “Dia Hidup Sang Penebusku.”21 Dia menatap saya dengan pandangan bertanya, tetapi karena percaya pada iman saya, dia melakukannya. Roh yang luar biasa memenuhi ruangan. Bisikan datang untuk mengundang Mary Kay dan Kristin, putri mereka, untuk membagikan kesaksian mereka. Saat mereka melakukannya, Roh menjadi lebih kuat. Bahkan, setelah kesaksian Kristin, air mata mengalir di pipi Ken.22

Allah telah mengambil alih. Hati tidak hanya tersentuh tetapi berubah selamanya. Dua puluh satu tahun ketidakpercayaan disapu bersih oleh kuasa Roh Kudus. Seminggu kemudian, Ken dibaptiskan. Setahun kemudian, Ken dan Mary Kay dimeteraikan di rumah Tuhan untuk waktu fana dan sepanjang kekekalan.

Bersama-sama kami telah mengalami apa artinya menggantikan kehendak kami dengan kehendak Tuhan, dan iman kami kepada-Nya meningkat.

Mohon pikirkan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh para nabi Allah ketika Anda berusaha untuk menaiki tangga iman Anda:

Apakah saya telah dilucuti dari kesombongan?23

Apakah saya memberi tempat dalam hati saya untuk firman Allah?24

Apakah saya memperkenankan kesengsaraan saya dipersucikan demi keuntungan saya?25

Apakah saya rela membiarkan kehendak saya ditelan dalam kehendak Bapa?26

Jika saya telah merasakan untuk menyanyikan nyanyian kasih penebusan, dapatkah saya merasakan demikian sekarang?27

Apakah saya memperkenankan Allah berjaya dalam hidup saya?28

Jika Anda menemukan jalan Anda saat ini bertentangan dengan iman Anda kepada Juruselamat, maka mohon temukan jalan Anda kembali kepada-Nya. Permuliaan Anda dan keturunan Anda bergantung padanya.

Semoga kita menanam benih iman jauh di dalam hati kita. Semoga kita memelihara benih ini sewaktu kita mengikatkan diri kita kepada Juruselamat dengan menghormati perjanjian-perjanjian yang telah kita buat dengan-Nya. Dalam nama Yesus Kristus, amin.