2022
Jalan Perjanjian: Jalan menuju Kehidupan Kekal
Mei 2022


11:22

Jalan Perjanjian: Jalan menuju Kehidupan Kekal

Jalan menuju kesempurnaan adalah jalan perjanjian, dan Yesus Kristus berada di pusat semua tata cara dan perjanjian.

Seorang raja yang berkuasa berhasrat agar putranya memerintah di salah satu kerajaannya. Pangeran itu telah belajar dan tumbuh dalam kebijaksanaan untuk duduk di atas takhta. Suatu hari, raja itu bertemu dengan sang pangeran dan berbagi rencananya. Mereka sepakat bahwa sang pangeran akan pergi ke kota yang berbeda dan menimba pengalaman. Dia akan menghadapi tantangan dan juga menikmati banyak hal yang baik di sana. Raja kemudian mengutusnya ke kota tersebut, di mana sang pangeran diharapkan untuk membuktikan kesetiaannya terhadap raja dan memperlihatkan bahwa dia pantas menerima privilese dan tanggung jawab yang disediakan raja baginya. Pangeran diberi kebebasan untuk memilih menerima privilese dan tanggung jawab ini atau tidak, tergantung pada hasratnya dan kesetiaannya. Saya yakin Anda ingin tahu apa yang terjadi kepada sang pangeran. Apakah dia kembali untuk mewarisi kerajaan?

Brother dan sister terkasih, kita masing-masing adalah seorang pangeran atau putri raja. Kita telah dikirim ke dalam kefanaan oleh seorang Bapa Surgawi yang pengasih untuk menikmati berkat-berkat dari tubuh yang akan menjadi baka melalui Pendamaian dan Kebangkitan Yesus Kristus. Kita diharapkan untuk bersiap kembali ke hadirat Allah dengan membuktikan bahwa kita akan “melakukan segala hal apa pun yang akan Tuhan Allah [kita] perintahkan kepada [kita]” (Abraham 3:25).

Untuk membantu kita, Juruselamat datang untuk menebus kita dan memperlihatkan jalan untuk kembali kepada Allah. Anak-anak Allah diundang untuk datang kepada Juruselamat dan disempurnakan di dalam Dia. Dalam tulisan suci, kita menemukan undangan bagi kita untuk datang kepada Tuhan diulangi lebih dari 90 kali, dan lebih dari separuhnya merupakan undangan pribadi dari Tuhan Sendiri. Menerima undangan Juruselamat berarti mengambil bagian dalam tata cara-Nya dan menepati perjanjian kita dengan-Nya. Yesus Kristus adalah “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yohanes 14:6), dan Dia mengundang kita “semua untuk datang kepada-Nya dan mengambil bagian dalam kebaikan-Nya; dan Dia tidak menolak seorang pun yang datang kepada-Nya” (2 Nefi 26:33).

Pemelajaran dan pengajaran Injil kita memperdalam keinsafan kita kepada Bapa Surgawi dan Yesus Kristus serta membantu kita menjadi lebih seperti Mereka. Meskipun tidak segalanya telah diungkapkan mengenai “waktu dan cara yang tepat di mana berkat-berkat permuliaan [akan] dianugerahkan,” kita bagaimana pun juga diyakinkan akan itu. (M. Russell Ballard, “Harapan dalam Kristus,” Liahona, Mei 2021, 55).

Alma sang imam tinggi, mengajar di negeri Zarahemla, menceritakan undangan mendalam oleh Yesus Kristus:

“Lihatlah, Dia mengirimkan ajakan kepada semua orang, karena lengan belas kasihan diulurkan terhadap mereka, dan Dia berfirman: Bertobatlah, dan Aku akan menerimamu.

Ya, Dia berfirman: Datanglah kepada-Ku dan kamu akan makan buah dari pohon kehidupan” (Alma 5:33–34).

Juruselamat Sendiri mengundang kita untuk datang kepada-Nya dan memasang kuk-Nya ke atas diri kita agar kita dapat memperoleh kelegaan di dunia yang hiruk pikuk ini (lihat Matius 11:28–29). Kita datang kepada Kristus dengan “menjalankan iman kepada[-Nya], bertobat setiap hari, membuat perjanjian dengan Allah ketika kita menerima tata cara keselamatan dan permuliaan, dan bertahan sampai akhir dengan menepati perjanjian-perjanjian itu” (Buku Pegangan Umum: Melayani dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, 1.2.1, ChurchofJesusChrist.org). Jalan menuju kesempurnaan adalah jalan perjanjian, dan Yesus Kristus berada di pusat semua tata cara dan perjanjian.

Raja Benyamin mengajarkan bahwa karena perjanjian yang kita buat, kita menjadi putra dan putri Kristus, yang secara rohani telah memperanakkan kita, dan di bawah pimpinan-Nya kita dijadikan bebas, karena “tidak ada nama lain diberikan yang melaluinya keselamatan datang” (lihat Mosia 5:7–8). Kita diselamatkan sewaktu kita bertahan sampai akhir dengan “mengikuti teladan Putra Allah yang hidup” (2 Nefi 31:16). Nefi menasihati bahwa semuanya itu bukanlah dilakukan sekadar dengan memasuki jalan yang sesak dan sempit tersebut; kita “mesti maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang” (lihat 2 Nefi 31:19–20).

Doktrin Kristus membantu kita menemukan dan bertahan di jalan perjanjian, dan Injil diatur sedemikian rupa sehingga berkat-berkat yang Tuhan janjikan diterima melalui tata cara dan perjanjian sakral. Nabi Allah, Presiden Russell M. Nelson, menasihati kita dalam siaran televisinya tanggal 16 Januari 2018, untuk “bertahan di jalan perjanjian. Komitmen Anda untuk mengikuti Juruselamat dengan membuat perjanjian dengan-Nya dan kemudian menepati perjanjian-perjanjian itu akan membukakan pintu ke setiap berkat dan privilese rohani yang tersedia bagi para pria, wanita, dan anak di mana pun .… Akhir yang kita masing-masing upayakan adalah agar diberkahi dengan kuasa di dalam rumah Tuhan, dimeteraikan sebagai keluarga, setia pada perjanjian-perjanjian yang dibuat di dalam bait suci yang menjadikan kita memenuhi syarat untuk karunia terbesar Allah—yaitu kehidupan kekal” (”Saat Kita Maju Bersama,” Liahona, April 2018, 7).

Allah tidak akan meninggalkan hubungan-Nya dengan, atau menahan berkat-berkat yang dijanjikan-Nya akan kehidupan kekal dari, setiap orang setia yang menepati perjanjian. Dan sewaktu kita menghormati perjanjian sakral, kita menjadi lebih dekat kepada Juruselamat. Penatua David A. Bednar mengajari kita kemarin bahwa perjanjian dan tata cara Injil berfungsi dalam kehidupan kita seperti kompas yang memberi kita arah utama untuk datang kepada Kristus dan menjadi lebih seperti Dia.

Perjanjian menandai jalan kembali kepada Allah. Tata cara pembaptisan dan menerima karunia Roh Kudus, penahbisan imamat, dan sakramen menuntun kita ke bait suci Tuhan untuk mengambil bagian dalam tata cara-tata cara permuliaan-Nya.

Saya ingin menyebutkan dua hal yang Juruselamat kita tekankan untuk membantu kita dengan setia menepati perjanjian:

  1. Roh Kudus dapat mengajar kita, mengingatkan kita akan ajaran Juruselamat, dan tinggal dengan kita selamanya (lihat Yohanes 14:16, 26). Dia dapat menjadi rekan konstan kita untuk membimbing kita di jalan perjanjian. Presiden Russell M. Nelson mengajarkan bahwa “di hari-hari mendatang, tidaklah mungkin untuk bertahan hidup secara rohani tanpa pengaruh yang membimbing, mengarahkan, menghibur, dan tetap dari Roh Kudus” (“Wahyu untuk Gereja, Wahyu untuk Kehidupan Kita,” Liahona, Mei 2018, 96).

  2. Juruselamat memberlakukan tata cara sakramen agar kita boleh selalu mengingat Dia dan memiliki Roh-nya bersama kita. Pembaptisan membuka gerbang menuju kehidupan kekal, dan sakramen membantu kita dengan tabah maju terus di sepanjang jalan perjanjian. Saat kita mengambil sakramen, itu akan menjadi kesaksian bagi Bapa bahwa kita selalu mengingat putra-Nya. Dan saat kita selalu mengingat Dia dan menaati perintah-perintah-Nya, kita akan memiliki Roh-Nya bersama kita. Ditambahkan pada janji ini, Tuhan memperbarui pengampunan akan dosa yang dijanjikan saat kita dengan rendah hati bertobat dari dosa-dosa kita.

Dalam bertahan setia pada perjanjian kita, kita hendaknya berikhtiar untuk selalu memiliki Roh untuk mempersiapkan kita secara layak mengambil sakramen, dan, begitu pula, kita dengan teratur mengambil sakramen agar selalu memiliki Roh bersama kita.

Ketika putri kami berusia lima tahun, dia memiliki mobil mainan dengan tenaga baterai dan dia senang sekali mengendarainya di sekitar rumah. Suatu malam, dia datang kepada saya dan berkata, “Ayah, mobil saya tidak jalan lagi. Bisakah kita ambil bensin sedikit dari mobil Ayah untuk dimasukkan supaya jalan lagi? Mungkin butuh bensin seperti mobil Ayah untuk jalan.”

Saya kemudian mengamati bahwa tenaga baterainya habis, maka saya katakan akan membuatnya jalan lagi dalam waktu satu jam. Dengan penuh semangat, dia berkata, “Ya! Akan kita bawa mobil itu ke pompa bensin.” Saya hanya menghubungkan baterainya ke sumber listrik untuk pengisian kembali, dan setelah satu jam dia dapat menjalankan mobilnya lagi, dengan tenaga dari baterai yang telah diisi kembali. Dia setelah itu belajar bahwa adalah penting untuk selalu mengisi kembali tenaga baterainya dengan menghubungkannya ke sebuah sumber listrik.

Seperti putri kami belajar hubungan antara baterai dan tenaga untuk menjalankan mobil mainannya, begitu pula kita belajar tentang Yesus Kristus, sakramen, dan Roh. Kita membutuhkan Roh untuk membantu kita melakukan navigasi melalui kefanaan sewaktu kita dengan setia menepati perjanjian, dan kita memerlukan sakramen untuk memberi tenaga pada sosok roh kita. Memperbarui perjanjian pembaptisan kita dan mengambil sakramen mendorong kesetiaan pada semua perjanjian lainnya. Akhir yang bahagia dipastikan sewaktu kita dengan penuh doa menelaah dan menghormati undangan Juruselamat serta menikmati berkat-berkat yang dijanjikan-Nya. Dia berfirman, “Dan agar engkau boleh lebih sepenuhnya menjaga dirimu tak ternoda dari dunia, engkau hendaknya pergi ke rumah doa dan mempersembahkan sakramenmu pada hari kudus-Ku” (Ajaran dan Perjanjian 59:9).

Saya bersaksi bahwa yang menepati perjanjian dijanjikan “kedamaian di dunia ini, dan kehidupan kekal di dunia yang akan datang” (Ajaran dan Perjanjian 59:23). Saya bersaksi bahwa sewaktu Anda dengan teratur mengambil emblem Juruselamat melalui sakramen, Anda akan memiliki Roh-Nya untuk membimbing Anda di jalan perjanjian dan bertahan setia pada perjanjian Anda. Dalam nama Yesus Kristus, amin.