Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 1: Bapa Kita di Surga


Bab 1

Bapa Kita di Surga

“Adalah keinginan saya untuk mengingatkan Anda mengenai sifat dan jenis dari Sosok yang disebut Allah, agar Anda boleh menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran dan dengan demikian memperoleh semua berkat dari Injil-Nya.”

Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith

Presiden Joseph Fielding Smith kagum terhadap kemajuan-kemajuan teknologi di zamannya. “Kemajuan besar telah terjadi dalam mekanik, kimia, fisika, pembedahan, dan hal-hal lain,” dia mengatakan. “Manusia telah membangun teleskop–teleskop besar yang telah memungkinkan untuk melihat bintang-bintang galaksi yang tersebunyi. Melalui bantuan mikroskop mereka telah menemukan jumlah mikroorganisme yang luas .… Mereka telah menemukan cara-cara untuk mengendalikan penyakit …. Mereka telah menciptakan mesin-mesin yang lebih sensitif terhadap sentuhan manusia, bisa melihat lebih jauh daripada mata manusia. Mereka telah mengendalikan unsur-unsur dan membuat mesin-mesin yang dapat memindahkan gunung, dan banyak hal lain yang telah mereka lakukan yang terlalu banyak untuk disebutkan. Ya, ini adalah zaman yang luar biasa.” Akan tetapi, dia cemas mengenai kecenderungan lain yang dia lihat di dunia. Dia merasa sedih: “Semua dari penemuan-penemuan dan ciptaan-ciptaan ini belum menyebabkan manusia lebih dekat kepada Allah! Hal ini belum membuat mereka menjadi rendah hati dan bertobat, tetapi sebaliknya, ini justru mendatangkan penghukuman .… Belum ada peningkatan iman di dunia, demikian pula dengan kesalehan, dan kepatuhan kepada Allah.”1

Bertolak belakang dengan ketidakpedulian dunia yang semakin meningkat terhadap Allah, Presiden Smith memperlihatkan kedekatan kepada Bapa-Nya di Surga. Salah seorang cucunya mengingat: “Ibu saya adalah juru masak yang sangat hebat, dan kakek saya sering makan di rumah kami. Dia sering diundang oleh ayah saya untuk mengucapkan doa makanan. Doa-doa yang dia ucapkan selalu sangat pribadi—seolah-olah berbicara kepada seorang teman.”2

Ajaran-Ajaran Joseph Fielding Smith

1

Dimulai dengan Penglihatan Pertama Joseph Smith, pengetahuan sejati tentang Allah telah dipulihkan di zaman kita.

Saya sangat bersyukur terhadap penglihatan pertama, di mana Bapa dan Putra menampakkan diri kepada Nabi yang masih muda dan memulihkan kembali ajaran Allah yang benar kepada manusia.3

Joseph Smith in the Sacred Grove looking up at a light.

Melalui Penglihatan Joseph Smith, “pengetahuan sejati tentang Allah” dipulihkan.

Haruslah diingat bahwa seluruh dunia Kristen pada tahun 1820 telah kehilangan ajaran yang benar mengenai Allah. Kebenaran sederhana yang dipahami begitu jelas oleh para rasul dan para orang suci di masa dahulu telah hilang dalam misteri-misteri dunia yang murtad. Semua nabi zaman dahulu, dan para rasul Yesus Kristus memiliki pemahaman yang jelas bahwa Allah dan Putra adalah pribadi yang terpisah, seperti yang diajarkan tulisan suci kita dengan begitu jelas. Sebagai akibat dari kemurtadan pengetahuan ini hilang .… Allah telah menjadi misteri, dan baik Bapa maupun Putra dianggap satu pribadi tunggal dari roh yang benar-benar tidak dipahami oleh manusia, tanpa memiliki tubuh, bagian-bagian tubuh, atau keinginan. Kedatangan Bapa dan Putra memberikan saksi ilahi bagi dunia untuk memulihkan pengetahuan mengenai sifat sesungguhnya Allah karena pengalaman pribadinya.4

Penglihatan [pertama] Joseph Smith memperjelas bahwa Bapa dan Putra adalah pribadi yang terpisah, yang memiliki tubuh yang nyata seperti tubuh manusia. Juga diungkapkan kepadanya bahwa Roh Kudus adalah pribadi Roh, yang berbeda dan terpisah dari pribadi Bapa dan Putra [lihat A&P 130:22]. Kebenaran paling penting ini menggegerkan dunia; namun, ketika kita memikirkan ungkapan-ungkapan jelas dari tulisan suci, merupakan fakta yang paling mengejutkan dan luar biasa bahwa manusia bisa tersesat sedemikian jauh. Juruselamat berkata, “Sebab Bapa lebih besar dari pada Aku;” [Yohanes 14:28] dan Dia mengundang murid-murid-Nya, setelah kebangkitan-Nya, untuk meraba tangan-Nya dan melihat bahwa itu benar-benar Dia, karena Dia mengatakan, “Karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” [Lukas 24:39]. Para rasul benar-benar memahami pribadi yang berbeda dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus, yang terus-menerus mereka rujuk dalam surat mereka; dan Paulus memberi tahu orang-orang Korintus mengenai fakta bahwa ketika segala sesuatu takluk pada Bapa, “maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” [1 Korintus 15:28].

Joseph Smith melihat Bapa dan Putra; oleh karena itu dia dapat bersaksi dengan pengetahuan pribadi bahwa tulisan suci benar ketika kita membaca: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” [Kejadian 1:27]. Ini hendaknya dipahami secara harfiah, dan bukan dalam arti mistik atau kiasan.5

2

Untuk menjalankan iman kepada Allah dan menyembah Dia, kita harus memiliki pemahaman tentang karakteristik-Nya.

Salah satu dari wahyu kita memberi tahu kita bahwa jika kita ingin dimuliakan dalam Kristus, sebagaimana Dia dimuliakan dalam Bapa, kita harus memahami dan mengetahui baik cara menyembah maupun apa yang kita sembah (lihat A&P 93:19–20).

Adalah keinginan saya untuk mengingatkan Anda mengenai sifat dan jenis dari Sosok yang disebut Allah, agar Anda boleh menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran dan dengan demikian memperoleh semua berkat dari Injil-Nya.

Kita tahu bahwa Allah dikenal hanya melalui wahyu, bahwa kita hanya dapat memahami sifat-Nya melalui apa yang telah diungkapkan kepada kita, dan bukan dengan cara lain. Kita harus mencari jawaban dari membaca tulisan suci—bukan pada ilmuwan atau ahli filsafat—jika kita ingin mempelajari kebenaran mengenai Ketuhanan. Sesungguhnya, nubuat besar Yohanes mengenai pemulihan Injil oleh seorang malaikat yang akan terbang di tengah-tengah langit mengatakan bahwa itu harus terjadi agar manusia dapat memiliki pengetahuan mengenai Allah yang sesungguhnya dan diajarkan: “Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia … dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air” (Wahyu 14:7). Dengan kata lain, dimulai dengan pemulihan Injil dalam dispensasi ini, manusia sekali lagi akan diminta untuk menyembah dan melayani Pencipta mereka alih-alih ajaran-ajaran palsu tentang Ketuhanan yang ada di dunia.

Di setiap zaman para nabi Tuhan telah diminta untuk memerangi penyembahan palsu dan memaklumkan kebenaran tentang Allah. Di Israel zaman dahulu ada sejumlah orang yang menyembah patung dan dewa-dewa berhala, dan Yesaya bertanya, “Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?

Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya” (Yesaya 40:18, 28).

Banyak orang di dunia sekarang tidak memiliki pengetahuan ini tentang Allah, dan bahkan di [Gereja] ada di antara mereka yang belum menyempurnakan pemahaman mereka mengenai Sosok mulia yang adalah Bapa Kekal kita. Bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan ini kita dapat menanggapinya, “Mengapa Anda membatasi kemuliaan Allah? Atau mengapa Anda mengira bahwa Dia kurang dari yang sebenarnya? Tidak tahukah Anda? Tidakkah Anda mendengar, bahwa Allah yang abadi, Tuhan, sang Pencipta ujung-ujung bumi, adalah tak terbatas dan kekal; bahwa Dia memiliki semua kuasa, semua kekuatan, dan semua kekuasaan; bahwa Dia mengetahui segala hal, dan bahwa segala hal berada di hadapan muka-Nya?”

Di bagian 20 dari Ajaran dan Perjanjian, yang mengarahkan Nabi Joseph Smith untuk mengorganisasi Gereja lagi pada dispensasi ini, kita memiliki ringkasan yang diungkapkan mengenai beberapa dari ajaran-ajaran dasar tentang keselamatan. Mengenai Ketuhanan wahyu menyatakan: “… ada seorang Allah di dalam surga, yang tak terbatas dan kekal, dari keabadian ke keabadian Allah tak terubahkan yang sama, pembentuk langit dan bumi, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya” (A&P 20:17) ….

Allah adalah Bapa kita; Dia adalah Sosok yang berdasarkan rupa-Nya manusia diciptakan. Dia memiliki tubuh dari daging dan tulang senyata tubuh manusia (A&P 130:22), dan Dia bapa harfiah dan pribadi dari roh-roh semua manusia. Dia mahakuasa dan mahatahu; Dia memiliki semua kuasa dan semua kehikmatan; dan kesempurnaan-Nya meliputi kepemilikan semua pengetahuan, semua iman atau kuasa, semua keadilan, semua penilaian, semua belas kasihan, semua kebenaran, dan kegenapan semua sifat kesalehan .… Jika kita ingin memiliki iman yang sempurna itu yang dengannya kita dapat memperoleh kehidupan kekal, kita harus percaya kepada Allah sebagai pemilik kegenapan semua karakteristik dan sifat-sifat ini. Saya juga mengatakan bahwa Dia adalah Sosok yang tidak terbatas dan kekal, dan sebagai Sosok yang tidak berubah, Dia memiliki kuasa dan sifat-sifat yang sempurna ini dari keabadian hingga keabadian, yang artinya dari kekekalan hingga kekekalan.6

Kita tahu bahwa Bapa Surgawi kita adalah pribadi yang dimuliakan dan dipermuliakan yang memiliki semua kuasa, semua kekuatan, dan semua kekuasaan, dan bahwa Dia tahu segala hal. Kita bersaksi bahwa Dia, melalui Putra Tunggal-Nya, adalah Pencipta bumi ini dan dunia-dunia yang jumlahnya tak terbatas.7

3

Allah adalah Sosok pribadi dan Bapa roh-roh kita.

Kita adalah anak-anak roh Allah, Bapa Surgawi kita .… Kita adalah anggota keluarga-Nya .… Kita tinggal bersama-Nya selama berabad-abad dalam kehidupan prafana kita .… Dia menahbiskan sebuah rencana kemajuan dan keselamatan yang akan memungkinkan kita, jika beriman dan setia dalam segala hal, untuk berkembang dan maju sampai kita menjadi seperti Dia.8

Kita diajar dalam Tulisan Suci bahwa Allah adalah secara harfiah, dan bukan dalam arti kiasan, Bapa kekal kita. Kata-kata yang diucapkan oleh Penebus kita kepada Maria di dekat makam yang dari makam tersebut Dia telah bangkit dan memperoleh kemenangan dari kematian, adalah paling mulia dan penuh dengan makna yang agung: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” [Yohanes 20:17]. Dalam perkataan ini kebenaran tentang Kebapaan Allah dinyatakan dengan jelas oleh Putra Tunggal-Nya, yang menyatakan bahwa Dia adalah Saudara kita dan bahwa kita memiliki Bapa kekal yang sama.9

Saya bersyukur bahwa pengetahuan tentang Allah dan hukum-hukum-Nya telah dipulihkan di zaman kita dan bahwa kita yang adalah anggota Gereja mengetahui bahwa Dia adalah Sosok pribadi dan bukan, seperti yang dinyatakan oleh para anggota gereja lain, “suatu kelompok [kumpulan tidak beraturan] dari hukum-hukum yang mengambang seperti kabut di alam semesta.” Saya bersyukur bahwa kita tahu Dia adalah Bapa di surga, Bapa roh-roh kita, dan bahwa Dia menahbiskan hukum-hukum di mana kita dapat berkembang dan maju sampai kita menjadi seperti Dia. Dan saya bersyukur bahwa kita tahu Dia adalah Sosok yang tidak terbatas dan kekal yang mengetahui segala sesuatu dan memiliki semua kuasa dan yang kemajuannya bukan untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan atau kuasa, bukan untuk lebih menyempurnakan sifat-sifat kesalehan-Nya, melainkan untuk meningkatkan dan melipatgandakan kerajaan-Nya.10

4

Bapa Surgawi mengasihi kita dan berminat terhadap kita masing-masing.

Saya memikirkan mengenai suatu ungkapan dalam Mutiara yang Sangat Berharga, dalam penglihatan Musa, yang diberikan saat Musa diangkat ke atas gunung yang sangat tinggi dan melihat wajah Allah berhadapan muka dan berbicara kepada-Nya. Tuhan memperlihatkan kepada Musa “hasil karya tangan-Ku,” dan Musa melihat dunia, dan semua anak manusia hingga angakatan-angkatan terakhir [lihat Musa 1:1–8, 27–29].

Dan Tuhan berfirman kepada Musa:

“Karena lihatlah, ada banyak dunia yang telah berlalu melalui firman kuasa-Ku. Dan ada banyak yang sekarang berdiri, dan tak terhitung banyaknya itu bagi manusia, tetapi segala sesuatu terhitung bagi-Ku, karena itu adalah miliki-Ku dan Aku mengenalinya.

Dan terjadilah bahwa Musa berbicara kepada Tuhan, mengatakan: Penuh belas kasihanlah kepada hamba-Mu, ya Allah, dan beri tahu aku mengenai bumi ini, dan penghuninya, dan juga langit, dan kemudian hamba-Mu akan puas hati.

Dan Tuhan Allah berfirman kepada Musa, memfirmankan: Langit, itu ada banyak, dan itu tidak dapat dihitung bagi manusia; tetapi itu terhitung bagi-Ku, karena itu adalah milik-Ku” [Musa 1:35–37].

… Menurut hemat saya bahwa meskipun terdapat dunia yang tak terhitung jumlahnya dan banyak di antaranya dalam ukuran yang sangat besar, dunia-dunia tersebut adalah alat untuk mencapai suatu tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Bapa menciptakan dunia-dunia untuk tujuan agar manusia bisa tinggal—dengan menempatkan putra dan putri-Nya di sana. Kita diberi tahu dalam Ajaran dan Perjanjian bagian 76, bahwa dengan dan melalui Putra Allah, “dunia-dunia ada dan diciptakan, dan penghuninya adalah para putra dan putri yang diperanakkan bagi Allah” [A&P 76:24].

Kita belajar dari tulisan suci ini yang telah saya baca dan dari wahyu-wahyu lain dari Tuhan, bahwa manusia adalah makhluk paling penting dari semua ciptaan Bapa kita. Dalam penglihatan yang sama yang diberikan kepada Musa, Bapa berkata, “Dan seperti satu bumi akan berlalu, dan langitnya demikian pula yang lain akan datang; dan tidak ada akhir bagi pekerjaan-Ku, tidak juga bagi firman-Ku. Karena lihatlah, inilah pekerjaan-Ku dan kemuliaan-Ku—untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” [Musa 1:38–39].

Dari ini, dan bagian tulisan suci lainnya, saya mengatakan, kita belajar bahwa pekerjaan besar Bapa adalah untuk mendatangkan keselamatan bagi anak-anak-Nya dan memberikan kepada setiap orang pahala yang pantas mereka terima sesuai dengan perbuatan masing-masing. Saya merasa sangat yakin bahwa Bapa kita di surga jauh lebih tertarik pada seorang jiwa—salah satu jiwa dari anak-anak-Nya—daripada ketertarikan yang mungkin dimiliki seorang bapa di bumi terhadap salah satu dari anak-anaknya. Kasih-Nya kepada kita lebih besar daripada kasih yang dapat diberikan orang tua di bumi terhadap keturunannya.11

One oil painting depicting Moses late in his life with a white beard, holding a staff, and shielding his eyes, as he stands on a peet on Mr. Nebo looking at the promised land provided for the children of Israel.  Signed on the lowere right corner.  Signed and dated on the back along with the title.

Musa, di sini digambarkan melihat ke arah tanah yang dijanjikan, menerima sebuah penglihatan di mana dia mengetahui mengenai pekerjaan dan kemuliaan Allah.

5

Bapa Surgawi meratapi anak-anak-Nya yang tidak patuh.

Kita diberi tahu bahwa ketika Tuhan berbicara kepada Henokh dan memperlihatkan kepadanya bangsa-bangsa di bumi dan menjelaskan kepadanya sifat dari hukuman yang akan menimpa mereka karena pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah-Nya, bahwa Tuhan meratapi dan menunjukkan kesedihan-Nya dengan menangis atas ketidakpatuhan mereka. Karena hal ini, Henokh heran dan merasa aneh bahwa Tuhan bisa menangis.

Berikut adalah petikannya:

“Dan terjadilah bahwa Allah surga memandang sisa orang-orang, dan Dia menangis; dan Henokh memberikan kesaksian tentangnya, mengatakan: Bagaimana mungkin surga menangis, dan mencucurkan air matanya bagaikan hujan di atas gunung-gunung?

Dan Henokh berkata kepada Tuhan: Bagaimana mungkin Engkau bisa menangis, melihat Engkau adalah kudus, dan dari segala kekekalan ke segala kekekalan?

Dan seandainya mungkin bahwa manusia dapat menghitung partikel-partikel di bumi, ya, jutaan bumi seperti ini, itu tidaklah menjadi awal bagi jumlah ciptaan-Mu; dan tirai-Mu masih terentang; namun engkau berada di sana, dan dada-Mu berada di sana; dan juga Engkau adil; Engkau penuh belas kasihan dan baik hati selamanya” [lihat Musa 7:28–30]. 

Dan Tuhan berfirman, “… Lihatlah saudara-saudaramu ini; mereka adalah hasil karya tangan-Ku sendiri, dan Aku memberikan kepada mereka pengetahuan mereka, pada hari Aku menciptakan mereka; dan di dalam Taman Eden, Aku berikan kepada manusia hak pilihannya;

Dan kepada saudara-saudaramu telah Aku firmankan, dan juga berikan perintah, agar mereka hendaknya saling mengasihi, dan agar mereka hendaknya memilih-Ku, Bapa mereka; tetapi lihatlah, mereka tanpa kasih sayang, dan mereka membenci darah mereka sendiri” [Musa 7:32–33].

Ini adalah alasan mengapa Tuhan menangis dan mengapa surga menangis.

Suatu ketika saya ditanya oleh seorang saudara apakah seseorang dapat memiliki kebahagiaan yang sempurna dalam kerajaan selestial jika salah satu dari anak-anaknya tidak diizinkan masuk ke sana. Saya mengatakan kepadanya bahwa menurut saya siapa pun orang yang begitu tidak beruntung memiliki salah satu dari anak-anaknya tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan selestial, tentu saja, merasa sedih karena kondisi seperti itu; dan demikianlah posisi Bapa kita saat ini. Tidak semua anak-Nya layak masuk ke dalam kemuliaan selestial, dan banyak yang terpaksa menderita akibat amarah-Nya karena pelanggaran mereka, dan ini menyebabkan Bapa dan setiap orang di surga merasa sedih dan menangis. Tuhan bekerja sesuai dengan hukum alami. Manusia harus ditebus sesuai dengan hukum dan pahala-Nya harus didasarkan pada hukum keadilan. Oleh karena itu, Tuhan tidak akan memberikan kepada manusia apa yang tidak layak mereka terima, melainkan akan memberikan pahala kepada semua orang sesuai dengan perbuatannya.

… Saya puas bahwa Bapa kita di surga akan, jika memungkinkan, menyelamatkan semua orang dan memberikan kepada mereka kemuliaan selestial, yaitu kegenapan permuliaan. Tetapi, Dia telah memberikan kepada manusia hak pilihannya dan perlu bagi manusia untuk mematuhi kebenaran sesuai dengan yang telah diungkapkan untuk dapat memperoleh permuliaan orang yang saleh.12

6

Bapa Surgawi telah memberikan jalan untuk memperoleh penebusan agar kita dapat dibawa kembali ke hadirat-Nya.

Ketika Adam berada di Taman Eden dia berada di hadirat Allah, Bapa kita .… Setelah dia diusir dari Teman Eden situasinya berubah. Adam disingkirkan karena pelanggarannya dari hadirat Bapa. Tulisan suci mengatakan bahwa dia menjadi mati secara rohani—yaitu, dia dilarang berada di hadirat Allah.13

Saya tahu bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah dan bahwa Dia menerima dari Bapa-Nya kuasa untuk menyelamatkan manusia dari kematian rohani dan jasmani yang datang ke dunia akibat kejatuhan Adam.14

Hanya ada satu cara penebusan, satu cara di mana perbaikan dapat dilakukan dan tubuh disatukan kembali dengan roh; itu adalah melalui pendamaian tak terbatas, dan itu harus dilakukan oleh sosok yang tak terbatas, seseorang yang tidak tunduk pada kematian namun seseorang yang memiliki kuasa untuk mati dan yang juga memiliki kuasa atas kematian. Maka, Bapa kita di surga mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, ke dalam dunia dengan kehidupan dalam diri-Nya sendiri. Dan karena Dia [Yesus Kristus] memiliki seorang ibu yang memiliki darah dalam pembuluh darahnya, Dia memiliki kuasa untuk mati. Dia dapat menyerahkan tubuh-Nya pada kematian dan kemudian mengambilnya lagi. Izinkan saya membaca kata-kata-Nya sendiri: “Oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.

Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yohanes 10:17–18).15

Bapa kita di surga tidak pernah bermaksud untuk membiarkan manusia meraba-raba dan merasakan jalan mereka dalam kegelapan dan melakukan itu karena tidak ada terang untuk membimbing mereka, dan mengharapkan mereka dalam kondisi seperti itu untuk menemukan jalan mereka kembali ke dalam kerajaan-Nya dan ke dalam hadirat kudus-Nya. Itu bukan cara Tuhan. Dari semua zaman sejak awal Bapa kita di surga telah menunjukkan kebaikan-Nya kepada anak-anak-Nya dan telah bersedia memberi mereka pengarahan. Sejak permulaan dunia, surga telah terbuka, Tuhan telah mengirimkan para utusan dari hadirat-Nya kepada para hamba yang telah ditunjuk oleh Tuhan, pria-pria yang memiliki wewenang imamat yang telah diberi kewenangan untuk mengajarkan asas-asas Injil, untuk memperingatkan orang dan mengajarkan kepada mereka kesalehan; dan orang-orang ini telah menerima pengetahuan ini, ilham dan bimbingan ini dari para utusan dari hadirat Allah. Hal ini terjadi dalam dispensasi kita sendiri. Orang tidak perlu menutup mata mereka dan merasa bahwa tidak ada terang dan mereka hanya dapat bergantung pada nalar mereka sendiri, karena Tuhan selalu bersedia untuk memimpin dan mengarahkan dan menunjukkan jalan. Dia telah mengutus, seperti yang telah saya katakan, para utusan dari hadirat-Nya. Dia telah mengirimkan wahyu. Dia telah memerintahkan agar firman-Nya ditulis, agar firman-Nya diterbitkan, sehingga semua orang dapat mengetahuinya.16

Saya mengatakan kepada Anda, dan kepada seluruh Gereja, dan, untuk tujuan itu, kepada seluruh dunia, bahwa Bapa yang pemurah dan penuh kasih dari surga telah berbicara kembali di zaman akhir ini kepada para hamba-Nya, para nabi.

Pesan-Nya adalah pesan yang mengundang semua orang untuk datang kepada Putra Terkasih-Nya, untuk belajar mengenai Dia, untuk mengambil bagian dari kebaikan-Nya, untuk memikul kuk-Nya ke atas diri mereka, dan untuk mengerjakan keselamatan mereka melalui kepatuhan terhadap hukum-hukum Injil-Nya. Pesan-Nya adalah pesan kemuliaan dan kehormatan, pesan kedamaian dalam kehidupan ini, dan pesan kehidupan kekal di dunia yang akan datang.17

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Apa menurut Anda yang mengarahkan seseorang untuk dapat berdoa kepada Allah “seolah-olah berbicara kepada seorang teman”? (“Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith”). Pikirkanlah cara-cara Anda dapat memperkuat hubungan Anda dengan Bapa Surgawi Anda.

  • Presiden Smith mengungkapkan rasa syukurnya atas Penglihatan Pertama Joseph Smith, yang memulihkan “pengetahuan sejati tentang Allah” (bagian 1). Apa beberapa kebenaran yang Anda ketahui mengenai Allah Bapa dan Yesus Kristus karena Penglihatan Pertama?

  • Dari karakteristik Allah yang Presiden Smith sebutkan dalam bagian 2, yang mana yang paling bermakna bagi Anda? Mengapa? Sewaktu Anda menjalankan iman kepada Bapa Surgawi Anda, bagaimana itu membantu Anda mengetahui karakteristik-Nya?

  • Presiden Smith bersaksi, “Kita adalah anak-anak roh Allah, Bapa Surgawi kita .… Kita adalah anggota keluarga-Nya” (bagian 3). Bagaimana kebenaran ini telah memengaruhi Anda?

  • Di bagian 4 dan 5, ungkapan-ungkapan apa yang membantu Anda merasakan kasih Bapa Surgawi Anda kepada Anda? Mengapa penting untuk memahami bahwa Allah mengasihi kita dan berminat terhadap kita secara individu? Bagaimana kita dapat membantu anggota keluarga dan teman-teman merasakan kasih-Nya?

  • Pikirkanlah mengenai apa yang Bapa Surgawi telah lakukan untuk membantu Anda kembali ke hadirat-Nya (lihat bagian 6). Bagaimana perasaan Anda sewaktu Anda memikirkan mengenai Bapa Surgawi mengirimkan Putra Terkasih-Nya? Dengan cara-cara bagaimana Bapa Surgawi telah mengirimkan “terang untuk membimbing [Anda]”?

Tulisan Suci yang Berhubungan

Yohanes 3:16; 17:3; 1 Nefi 11:17; Alma 30:44

Bantuan Mengajar

“Cukup banyak pengajaran di Gereja dilakukan dengan cara yang sangat kaku, itu adalah ceramah. Kita tidak menanggapi ceramah dengan baik di ruang kelas. Kita melakukannya dalam pertemuan sakramen dan di konferensi-konferensi, tetapi pengajaran dapat dilakukan dengan metode dua arah agar Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Anda dapat mengizinkan pertanyaan dengan mudah dalam kelas” (Boyd K. Packer, “Principles of Teaching and Learning,” Ensign, Juni 2007, 87).

Catatan

  1. Dalam Conference Report, April 1943, 15–16.

  2. Naskah yang tidak diterbitkan oleh Hoyt W. Brewster Jr.

  3. Dalam Conference Report, April 1930, 90.

  4. Answers to Gospel Questions, disusun oleh Joseph Fielding Smith Jr., 5 jilid (1957–66), 3:117.

  5. “Origin of the First Vision,” Improvement Era, April 1920, 496–97; lihat juga Doctrines of Salvation, disunting oleh Bruce R. McConkie, 3 jilid (1954–1956), 1:2–3.

  6. “The Most Important Knowledge,” Ensign, Mei 1971, 2–3.

  7. “Out of the Darkness,” Ensign, Juni 1971, 2.

  8. Sealing Power and Salvation, Brigham Young University Speeches of the Year (Januari 12, 1971), 2.

  9. “Purpose and Value of Mortal Probation,” Deseret News, Bagian Gereja, Juni 12, 1949, 21; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:1.

  10. “The Most Important Knowledge,” 3.

  11. Dalam Conference Report, April 1923, 135–36. Perhatikan bahwa penglihatan Musa yang dicatat dalam Musa 1 adalah contoh Juruselamat mengucapkan firman dari Bapa melalui wewenang ilahi (lihat “The Father and the Son: A Doctrinal Exposition by the First Presidency and the Twelve,” Improvement Era, Agustus 1916, 939; dicetak ulang dalam Ensign, April 2002, 17). Naskah tulisan suci dan ulasan oleh Joseph Fielding Smith dalam bab ini menunjukkan bahwa firman dalam Musa 1 melambangkan pikiran dan kehendak Allah Bapa.

  12. Dalam Conference Report, April 1923, 136–137, 139. Lihat juga catatan 11 dalam bab ini, yang berlaku juga untuk penglihatan Henokh yang dicatat dalam Musa 7.

  13. Dalam Conference Report, Oktober 1953, 58.

  14. “A Witness and a Blessing,” Ensign, Juni 1971, 109.

  15. Dalam Conference Report, April 1967, 122.

  16. Dalam Conference Report, Oktober 1931, 15.

  17. “A Witness and a Blessing,” 109.