Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 3: Rencana Keselamatan


Bab 3

Rencana Keselamatan

“Bapa kita di surga menetapkan rencana keselamatan bagi anak-anak roh-Nya … untuk memungkinkan mereka maju dan berkembang sampai mereka memperoleh kehidupan kekal.”

Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith

Pada tanggal 29 April 1901, adik perempuan Joseph Fielding Smith yang berusia 18 tahun Alice meninggal dunia setelah menderita penyakit yang sudah lama dideritanya. Joseph baru saja menyelesaikan misi penuh waktu di Inggris. Tanggapannya terhadap berita tentang kematian Alice mengungkapkan kasihnya terhadap keluarganya dan kesaksiannya terhadap rencana keselamatan. “Itu merupakan cobaan yang sangat berat bagi kami semua,” dia mencatat dalam jurnalnya. “Saya tidak menyadari tingkat keparahan penyakitnya meskipun saya tahu dia sakit. Saya berharap sepenuhnya untuk bertemu lagi dengannya bersama anggota keluarga lainnya dalam waktu beberapa minggu, tetapi saya ingin kehendak Allah yang terjadi. Justru pada saat seperti itulah harapan-harapan yang diberikan Injil kepada kita yang paling dinantikan. Kita semua akan bertemu lagi di dunia yang akan datang untuk menikmati kegembiraan dan berkat-berkat dari keberadaan masing-masing, di mana ikatan keluarga tidak akan lagi diputuskan, melainkan kita semua akan hidup untuk menerima berkat-berkat, dan menikmati belas kasihan lembut dari Bapa kita di surga. Saya harap saya selalu berjalan di jalan kebenaran, dan menghormati nama yang saya sandang, agar ketika saya bertemu dengan sanak saudara saya yang telah meninggal akan menjadi peristiwa yang paling manis dan abadi bagi saya, itulah doa rendah hati saya.”1

Melayani sebagai Rasul dan kemudian sebagai Presiden Gereja, Presiden Joseph Fielding Smith berulang kali bersaksi mengenai harapan yang datang melalui pemahaman Injil. Dia mengajarkan, “Kita memiliki rencana keselamatan; kita melaksanakan Injil; dan Injil adalah satu-satunya harapan dunia, satu-satunya jalan yang akan mendatangkan kedamaian di bumi dan memperbaiki kesalahan yang ada di semua bangsa.”2

Ajaran-Ajaran Joseph Fielding Smith

1

Di dunia roh prafana, kita bersukacita saat mengetahui tentang rencana keselamatan Bapa Surgawi.

Kita semua adalah anggota keluarga dari Bapa kita di Surga. Kita hidup dan tinggal bersama-Nya sebelum landasan bumi ini diletakkan. Kita melihat wajah-Nya, merasakan kasih-Nya, dan mendengar ajaran-ajaran-Nya, dan Dia menetapkan hukum-hukum agar kita bisa maju dan berkembang dan memperoleh unit-unit keluarga kekal kita sendiri.3

A galaxy in space.

“Kita hidup dan tinggal bersama [Bapa kita di Surga] sebelum landasan bumi ini diletakkan.”

Bapa Kita di surga menetapkan sebuah rencana keselamatan bagi anak-anak roh-Nya. Rencana ini dirancang untuk memungkinkan mereka maju dan berkembang sampai mereka memperoleh kehidupan kekal, yaitu jenis kehidupan yang dialami Bapa kita di Surga. Rencana ini adalah untuk memungkinkan anak-anak Allah menjadi seperti Dia dan memiliki kuasa dan kebijaksanaan dan pengetahuan seperti yang Dia miliki.4

Kita belajar dari Mutiara yang Sangat Berharga, bahwa terdapat sidang yang diadakan di surga, ketika Tuhan memanggil para roh anak-anak-Nya untuk berkumpul di hadapan-Nya dan menyajikan kepada mereka sebuah rencana yang dengan rencana tersebut mereka harus datang ke bumi ini, mengalami kehidupan fana dan mendapatkan tubuh jasmani, lulus melewati percobaan kefanaan dan kemudian melanjutkan ke permuliaan yang lebih tinggi melalui kebangkitan yang harus dimungkinkan melalui pendamaian Putra Tunggal-Nya, Yesus Krisus [lihat Musa 4:1–2; Abraham 3:22–28]. Pemikiran mengenai melewati kefanaan dan mengalami semua kesulitan hidup di bumi di mana mereka akan mendapatkan pengalaman melalui penderitaan, rasa sakit, kesedihan, godaan, dan kesengsaraan, maupun kesenangan hidup dalam kehidupan duniawi, dan kemudian, jika setia, lulus melewati kebangkitan menuju kehidupan kekal dalam kerajaan Allah, untuk menjadi seperti Dia [lihat 1 Yohanes 3:2], mengisi mereka dengan roh sukacita, dan mereka “bersorak-sorai” [lihat Ayub 38:4–7]. Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan fana ini, yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, dan menerima tubuh jasmani adalah penting bagi permuliaan mereka.5

2

Kejatuhan Adam dan Hawa adalah bagian dari rencana Bapa Surgawi.

Rencana keselamatan, atau perangkat hukum, yang dikenal sebagai Injil Yerus Kristus, disahkan di surga, sebelum landasan dunia diletakkan. Telah ditentukan di sana bahwa Adam bapa kita harus datang ke bumi ini dan menjadi pemimpin seluruh keluarga manusia. Itu adalah bagian dari rencana besar ini, bahwa dia harus makan buah terlarang dan jatuh, sehingga mendatangkan penderitaan dan kematian ke dalam dunia, bahkan untuk kebaikan akhir anak-anak-Nya.6

Kejatuhan adalah bagian penting dari pencobaan fana manusia .… Seandainya Adam dan Hawa tidak mengambil bagian, karunia besar kefanaan tidak akan datang kepada mereka. Selain itu, mereka tidak akan memiliki keturunan, dan perintah besar yang Tuhan berikan kepada mereka tidak akan digenapi.7

Adam and Eve walking together after leaving the Garden of Eden. There are storm clouds in the sky, and plant growth along the path they are walking. There is a waterfall in the background.

Kejatuhan Adam dan Hawa “mendatangkan rasa sakit, itu mendatangkan kesedihan, itu mendatangkan kematian; tetapi … itu mendatangkan berkat-berkat juga.”

Kejatuhan Adam mendatangkan semua kesulitan hidup dari kefanaan. Kejatuhan tersebut mendatangkan rasa sakit, itu mendatangkan kesedihan, itu mendatangkan kematian; tetapi kita tidak boleh lupa akan fakta bahwa itu mendatangkan berkat-berkat juga .… Itu mendatangkan berkat pengetahuan dan pemahaman dan kehidupan fana.8

3

Yesus Kristus menawarkan Diri-Nya sebagai kurban untuk menyelamatkan kita dari Kejatuhan dan dari dosa-dosa kita.

Pelanggaran Adam menyebabkan dua kematian ini, kematian rohani dan jasmani—manusia disingkirkan dari hadirat Allah, dan menjadi fana dan rentan terhadap semua penyakit jasmani. Agar dia bisa dikembalikan, harus ada pendamaian terhadap hukum yang telah dilanggar. Keadilan menuntut itu.9

Adalah wajar sekali dan adil bahwa dia yang melakukan kesalahan harus membayar hukuman—menebus kesalahannya. Oleh karena itu, ketika Adam menjadi pelanggar hukum, keadilan menuntut bahwa dia, dan bukan orang lain, harus menderita atas dosa tersebut dan membayar hukuman dengan nyawanya. Tetapi Adam, karena melanggar hukum, dia sendiri terkena kutukan, dan karena berada di bawah kutukan dia tidak dapat menebus, atau mengembalikan apa yang telah dilakukan. Demikian pula anak-anaknya juga tidak bisa, karena mereka juga berada dalam kutukan, dan itu menuntut seseorang yang tidak berada dalam kutukan untuk menebus dosa awal itu. Selain itu, karena kita semua berada dalam kutukan, kita juga tidak berdaya terhadap dosa kita masing-masing. Oleh karena itu, perlu bagi Bapa untuk mengutus Putra Tunggal-Nya, yang bebas dari dosa, untuk menebus dosa-dosa kita maupun pelanggaran Adam, yang berdasarkan tuntutan keadilan harus dilakukan. Dengan demikian Dia menawarkan diri-Nya sebagai kurban pendamaian bagi dosa-dosa, dan melalui kematian-Nya di kayu salib Dia mengambil ke atas diri-Nya sendiri pelanggaran Adam dan dosa kita masing-masing, sehingga menebus kita dari kejatuhan, dan dari dosa-dosa kita, dengan syarat pertobatan.10

Adalah tugas kita untuk mengajarkan misi Yesus Kristus. Mengapa Dia datang? Apa yang Dia lakukan untuk kita? Bagaimana kita memperoleh manfaat dari misi itu? Apa yang Dia kurbankan untuk melakukannya? Terlebih lagi, itu membutuhkan pengurbanan nyawa-Nya, ya, lebih dari nyawanya! Apa yang Dia lakukan selain dipaku di kayu salib? Mengapa dia dipaku di sana? Dia dipaku di sana agar darah-Nya dapat dicurahkan untuk menebus kita dari hukuman yang paling mengerikan ini yang dapat terjadi, disingkirkan dari hadirat Allah. Dia mati di kayu salib untuk membawa kita kembali, agar tubuh dan roh kita dipersatukan kembali. Dia memberi kita kesempatan istimewa itu. Jika kita mau percaya kepada-Nya dan mematuhi perintah-perintah-Nya, Dia mati untuk kita agar kita dapat menerima pengampunan akan dosa-dosa kita dan tidak dituntut untuk membayar hukuman. Dia telah membayar hukuman tersebut ….

… Tidak ada seorang pun yang dapat melakukan apa yang telah Dia lakukan untuk kita. Dia tidak harus mati, Dia bisa menolaknya. Dia melakukannya dengan sukarela. Dia melakukannya karena itu adalah perintah dari Bapa-Nya. Dia tahu penderitaan yang bagaimana yang akan Dia alami; namun, karena kasih-Nya kepada kita, Dia bersedia untuk melakukannya ….

Paku-paku yang ditancapkan ke dalam tangan-Nya dan ke dalam kaki Juruselamat merupakan bagian terkecil dari penderitaan-Nya. Saya pikir, kita memiliki kebiasaan untuk berpikir atau merasa bahwa penderitaan terbesar yang Dia alami adalah dipaku di kayu salib dan dibiarkan tergantung di sana. Ya, itu adalah suatu periode dalam sejarah dunia ketika ribuan orang menderita dengan cara seperti itu. Jadi penderitaan-Nya, sepanjang yang berhubungan dengan penyaliban, tidak lebih berat daripada yang telah dialami oleh orang-orang lain yang disalib seperti itu. Lalu, apa penderitaan berat yang dialami-Nya? Saya berharap kita dapat membantu setiap anggota Gereja ini memahami mengenai fakta ini: Penderitaan berat yang Dia alami terjadi bahkan sebelum dia pergi ke kayu salib. Itu terjadi di Taman Getsemani, demikianlah menurut yang diberitahukan tulisan suci kepada kita, bahwa darah keluar dari setiap pori tubuh-Nya; dan dalam keperihan jiwa-Nya yang luar biasa, Dia berseru kepada Bapa-Nya. Penderitaan berat yang Dia alami bukan karena paku-paku yang ditancapkan ke dalam tangan dan kaki-Nya. Sekarang jangan menanyakan kepada saya bagaimana itu dilakukan karena saya tidak tahu. Tidak seorang pun tahu. Semua yang kita ketahui adalah bahwa dalam satu hal Dia mengambil ke atas diri-Nya hukuman yang luar biasa berat itu. Dia mengambil ke atas diri-Nya pelanggaran-pelanggaran kita, dan Dia telah membayar, harga penyiksaan.

Pikirkan mengenai Juruselamat yang menanggung beban gabungan setiap individu—beban siksaan—yang dalam beberapa hal menurut saya, tidak dapat saya pahami; saya hanya menerima—yang telah membuat Dia menderita rasa nyeri yang perih, yang jika dibandingkan dengan paku-paku yang ditancapkan dalam tangan dan kaki-Nya adalah sangat kecil. Dia berseru dalam kesedihan-Nya yang mendalam, kepada Bapa-Nya, “Jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya!” dan cawan itu tidak dapat lalu [lihat Matius 26:42; Markus 14:36; Lukas 22:42]. Izinkan saya membacanya untuk Anda gambaran singkat di sini mengenai apa yang Tuhan katakan mengenai hal tersebut:

“Karena lihatlah, Aku, Allah, telah menderita hal-hal ini bagi semua orang, agar mereka boleh tidak menderita jika mereka akan bertobat;

Tetapi jika mereka tidak akan bertobat mereka mesti menderita bahkan seperti Aku;

Yang penderitaan itu menyebabkan diri-Ku, bahkan Allah, yang terbesar dari semuanya, gemetar karena rasa sakit, dan berdarah pada setiap pori, dan menderita baik tubuh maupun roh—dan menghendaki bahwa Aku boleh tidak meminum cawan yang pahit, dan menciut—

Walaupun demikian, kemuliaan bagi Bapa dan Aku meminum cawan dan menyelesaikan persiapan-Ku bagi anak-anak manusia” [A&P 19:16–19].

Ketika saya membaca ayat-ayat tersebut, itu membuat saya menjadi rendah hati. Kasih-Nya kepada umat manusia, kepada dunia, sedemikian besar sehingga Dia bersedia menanggung beban yang tidak dapat ditanggung oleh manusia fana mana pun, dan membayar harga yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar oleh siapa pun, agar kita dapat terbebas.11

Jesus Christ kneeling as He prays and atones in the Garden of Gethsemane. Christ is depicted wearing red and blue robes. He has His hands clasped and is resting them on a large rock. A small stream of light coming through the darkened and cloudy background shines on the face of Christ. Light emanates around Christ's head.

“Juruselamat kita, Yesus Kristus, adalah tokoh sentral dalam rencana besar kemajuan dan keselamatan.”

Putra Allah [berfirman]: “Saya akan turun dan membayar harga tersebut. Saya akan menjadi Penebus dan menebus manusia dari pelanggaran Adam. Saya akan mengambil ke atas diri saya dosa-dosa dunia dan menebus atau menyelamatkan setiap jiwa dari dosa-dosanya sendiri jika mereka bersedia bertobat.”12

Saya akan memberikan sebuah contoh: Seorang pria sedang berjalan di sebuah jalan dan terjatuh ke dalam sebuah lubang yang begitu dalam dan gelap sehingga dia tidak dapat naik ke permukaan dan mendapatkan kebebasannya. Bagaimanakah dia dapat menyelamatkan dirinya dari situasi sulit yang dihadapinya? Bukan melalui usaha-usahanya sendiri, karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari dalam lubang tersebut. Dia berseru untuk meminta bantuan, dan seseorang yang baik hati, mendengar teriakan permintaan bantuannya, bergegas untuk memberikan bantuan dan dengan menurunkan tangga, memberi dia cara untuk naik kembali ke permukaan tanah. Tepat seperti inilah Adam menempatkan dirinya dan keturunannya, ketika dia makan buah terlarang. Karena semua orang berada dalam lubang, tidak satu pun yang dapat naik ke permukaan dan membantu yang lainnya. Lubang tersebut adalah lambang dari penyingkiran dari hadirat Tuhan dan kematian jasmani, berakhirnya tubuh jasmani. Dan karena semua orang akan menderita, tidak satu pun yang dapat memberikan cara untuk menyelamatkan diri.13

Juruselamat datang, tidak berada di dalam lubang tersebut, dan menurunkan tangga. Dia turun ke dalam lubang dan memungkinkan kita menggunakan tangga tersebut untuk menyelamatkan diri.14

Dengan belas kasihan-Nya yang tak terbatas, Bapa mendengar seruan anak-anak-Nya dan mengirimkan Putra Tunggal-Nya, yang tidak perlu mengalami kematian dan juga tidak memiliki dosa, untuk memberikan cara untuk menyelamatkan diri. Dia melakukan ini melalui Pendamaian tak terbatas-Nya dan Injil yang abadi.15

Rasa syukur hati kita hendaknya terisi hingga melimpah dengan kasih dan kepatuhan kepada belas kasihan [Juruselamat] yang besar dan lembut. Karena apa yang telah Dia lakukan kita hendaknya tidak pernah gagal untuk melakukan apa yang Dia harapkan agar kita lakukan. Dia telah membeli kita dengan harga, harga penderitaan besar dan penumpahan darah-Nya dalam pengurbanan di kayu salib.16

4

Dengan membangun di atas landasan Pendamaian Yesus Kristus, kita mengupayakan keselamatan kita sendiri selama kefanaan.

Juruselamat kita Yesus Kristus adalah tokoh sentral dalam rencana besar kemajuan dan keselamatan.17

Dengan membangun di atas landasan pendamaian, rencana keselamatan mencakup hal-hal berikut:

Pertama, kita harus beriman kepada Tuhan Yesus Kristus; kita harus menerima Dia sebagai Putra Allah; kita harus percaya kepada-Nya, mengandalkan firman-Nya, dan berhasrat untuk memperoleh berkat-berkat yang datang melalui kepatuhan pada hukum-hukum-Nya.

Kedua, kita harus bertobat dari dosa-dosa kita; kita harus meninggalkan dunia; kita harus memutuskan dalam hati kita, tanpa ragu, bahwa kita akan hidup dengan saleh dan jujur.

Ketiga, kita harus dibaptis di dalam air, oleh seseorang yang memiliki wewenang, yang memiliki kuasa untuk mengikat di bumi dan memeteraikan di surga; melalui tata cara sakral ini kita harus berjanji untuk melayani Tuhan dan mematuhi perintah-perintah-Nya.

Keempat, kita harus menerima karunia Roh Kudus; kita harus dilahirkan kembali; dosa dan kedurhakaan kita harus dibakar dari jiwa kita seolah-olah oleh api; kita harus diciptakan baru oleh kuasa Roh Kudus.

Kelima, kita harus bertahan sampai akhir; kita harus mematuhi perintah-perintah setelah dibaptis; kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan rasa takut dan gemetar di hadapan Tuhan; kita harus hidup sedemikian rupa agar dapat memperoleh sifat-sifat Ke-Allah-an dan menjadi orang yang dapat menikmati kemuliaan dan keajaiban kerajaan selestial.18

Sekarang saya bersaksi bahwa hukum-hukum ini yang orang harus patuhi untuk memperoleh keselamatan, dan yang mencakup Injil Yesus Kristus, telah diwahyukan di zaman sekarang kepada para nabi dan rasul, dan bahwa hukum-hukum ini sekarang disahkan oleh gereja-Nya, yang telah Dia tegakkan kembali di atas bumi.19

Kita semua di dunia fana ini, berada dalam percobaan. Kita dikirim ke sini terutama sekali untuk mendapatkan tabernakel [tubuh] bagi roh-roh kekal kita; kedua, untuk diuji melalui percobaan, untuk mengalami kesengsaraan maupun sukacita dan kebahagiaan berlimpah yang dapat diperoleh melalui perjanjian sakral dengan mematuhi asas-asas kekal Injil. Kefanaan, sebagaimana yang diberitahukan Lehi kepada anak-anaknya, adalah “keadaan percobaan” (2 Nefi 2:21). Di sinilah kita akan dicobai dan diuji untuk melihat apakah kita, ketika disingkirkan dari hadirat Bapa Kekal kita tetapi masih diajar dengan cara kehidupan kekal, akan mengasihi dan menghormati Dia dan setiap kepada Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus.20

Kita datang ke sini untuk diuji dan dibuktikan dengan menghadapi kejahatan maupun kebaikan .… Bapa telah mengizinkan Setan dan bala tentaranya untuk menggoda kita, tetapi dengan bimbingan Roh Tuhan dan perintah-perintah yang diberikan melalui wahyu, kita siap untuk membuat pilihan kita. Jika kita berbuat kejahatan, kita telah dijanjikan bahwa kita akan dihukum; jika kita berbuat kebaikan, kita akan menerima pahala kekal kesalehan.21

Percobaan fana ini [adalah] periode yang singkat, hanya rentang waktu singkat yang menghubungkan periode waktu kekal di masa lalu dengan periode waktu kekal di masa yang akan datang. Namun ini [merupakan] periode yang sangat penting .… Kehidupan ini adalah periode yang paling penting dalam keberadaan kekal kita.22

5

Semua orang akan menerima berkat kebangkitan melalui Pendamaian Yesus Kristus.

Kita datang ke dunia ini untuk mati. Kita semua memahami itu sebelum kita datang ke sini. Itu adalah bagian dari rencana, semua telah dibahas dan diatur jauh sebelum manusia ditempatkan di bumi .… Kita siap dan bersedia melakukan perjalanan itu dari hadirat Allah dalam runia roh ke dunia fana, di sini untuk mengalami penderitaan semua yang berhubungan dengan kehidupan ini; mengalami semua kesenangan dan kesedihan, dan untuk mati; dan kematian sama pentingnya dengan kelahiran.23

Kematian jasmani, atau kematian manusia fana, bukan perpisahan permanen antara roh dan tubuh dari daging, meskipun fakta bahwa tubuh kembali lagi pada unsur-unsur pembuat tubuh itu, tetapi ini hanya merupakan perpisahan sementara yang akan berhenti di hari kebangkitan ketika tubuh akan dipanggil dari debu untuk hidup kembali dengan dikendalikan oleh roh. Berkat ini datang kepada semua orang melalui pendamaian Kristus, tidak peduli apa pun tingkat kebaikan atau kejahatan mereka saat berada dalam dunia fana. Paulus mengatakan harus ada kebangkitan baik bagi orang-orang yang benar maupun yang tidak benar (Kisah para Rasul 24:15), dan Juruselamat mengatakan bahwa semua yang ada di dalam kubur mereka harus mendengar suara-Nya dan “mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yohanes 5:29).24

Setiap bagian penting dari tubuh akan dipulihkan kembali pada tempatnya yang benar dalam kebangkitan, tidak peduli apa yang akan terjadi pada tubuh tersebut setelah mati. Jika tubuh dibakar oleh api, dimakan ikan hiu, tidak peduli apa pun itu. Setiap bagian penting dari tubuh akan dipulihkan pada tempatnya yang benar.25

Roh tidak dapat dijadikan sempurna tanpa tubuh yang berdaging dan bertulang. Tubuh ini dan rohnya dijadikan baka dan mendapatkan berkat-berkat keselamatan melalui kebangkitan. Setelah kebangkitan tidak akan ada lagi perpisahan, tubuh dan roh secara tak terpisahkan terhubung agar manusia dapat menerima kegenapan sukacita. Tidak dengan cara lain, selain kelahiran ke dalam kehidupan ini dan kebangkitan, roh dapat menjadi seperti Bapa kekal kita.26  

6

Orang yang setia akan mewarisi kehidupan kekal bersama keluarga mereka di hadirat Bapa Surgawi.

Sejumlah orang mewarisi kekayaan melalui ketekunan leluhur mereka. Sejumlah orang mewarisi mahkota duniawi, kekuasaan, dan jabatan, di antara sesama manusia. Sejumlah orang berusaha memperoleh pengetahuan duniawi dan ketenaran dengan menggunakan ketekunan dan kegigihan mereka sendiri; tetapi ada satu warisan yang lebih bernilai dari semuanya, yaitu warisan permuliaan kekal.

Tulisan suci mengatakan bahwa kehidupan kekal—yaitu kehidupan yang dimiliki oleh Bapa Kekal kita dan Putra-Nya, Yesus Kristus,—adalah karunia Allah yang terbesar [lihat A&P14:7]. Hanya mereka yang dibersihkan dari segala dosa yang akan menerimanya. Telah dijanjikan kepada mereka “yang mengatasi dengan iman, dan dimeteraikan oleh Roh Kudus yang dijanjikan, yang Bapa curahkan ke atas diri mereka semua yang saleh dan benar. Mereka adalah mereka yang adalah gereja Anak Sulung. Mereka adalah mereka yang ke dalam tangannya telah Bapa berikan segala sesuatu” [A&P76:53–55; lihat juga ayat 52].27

Rencana keselamatan ini terpusat pada keluarga .… [Rencana ini] dirancang untuk memungkinkan kita menciptakan unit-unit keluarga kekal kita sendiri.28

Mereka yang menerima permuliaan dalam kerajaan selestial akan memiliki “kelanjutan benih keturunan selama-lamanya.” Mereka akan tinggal dalam hubungan keluarga.29

Kepada kita diajarkan dalam Injil Yesus Kristus bahwa organisasi keluarga akan menjadi, sejauh yang berhubungan dengan permuliaan selestial, keluarga yang lengkap, yang akan menjadi organisasi yang dihubungkan dari ayah dan ibu dan anak-anak satu angkatan ke ayah dan ibu dan anak-anak angkatan berikutnya, sehingga dengan demikian berkembang dan menyebar hingga akhir masa.30

Berkat-berkat mulia warisan kekal ini … tidak datang kecuali melalui kesediaan untuk mematuhi perintah-perintah dan bahkan menanggung beban bersama Kristus jika diperlukan. Dengan kata lain, mereka yang berkeinginan untuk memperoleh kehidupan kekal—karunia Allah yang terbesar—diharapkan bersedia untuk mengurbankan semua yang mereka miliki, jika itu diperlukan, karena bahkan meskipun mereka melakukan semua itu, dan jika mereka dituntut untuk menyerahkan nyawa mereka untuk tujuan ini, mereka tidak pernah dapat membayar Dia atas berkat-berkat berlimpah yang diterima dan dijanjikan berdasarkan kepatuhan pada hukum-hukum dan perintah-perintah-Nya.31

Ketika kita telah keluar dari dunia dan telah menerima Injil dalam kegenapannya, kita adalah calon untuk menerima kemuliaan selestial; tidak; kita lebih dari sekadar calon, jika kita setia, karena Tuhan telah memberikan kepada kita kepastian bahwa melalui kesetiaan, kita akan masuk ke dalam kerajaan selestial ….

… Marilah kita hidup sedemikian rupa sehingga kita akan dipastikan memiliki warisan kita, dan agar kita mengetahui, melalui kehidupan yang kita jalani, bahwa kita akan masuk ke hadirat-Nya dan tinggal bersama-Nya, menerima kegenapan berkat-berkat yang telah dijanjikan. Siapa di antara para Orang Suci Zaman Akhir yang akan puas dengan sesuatu yang kurang dari kegenapan keselamatan yang dijanjikan kepada kita? … Adalah perlu bagi kita, dalam kerendahan hati kita, dan dengan pertobatan kita, untuk maju terus; dan mematuhi perintaah-perintah sampai akhir, karena harapan dan tujuan kita adalah kehidupan kekal, dan itu adalah kehidupan di hadirat Bapa dan Putra; “Inilah hidup yang kekal itu,” firman Tuhan, “yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” [Yohanes 17:3].32

Saya berdiri sekarang, di tahun-tahun yang saya sebut usia senja, dengan kesadaran bahwa dalam waktu tidak berapa lama lagi saya akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan tugas kepengawasan fana saya ….

Saya yakin bahwa kita semua mengasihi Tuhan. Saya tahu Dia hidup, dan menantikan hari ketika saya akan melihat wajah-Nya, dan saya berharap mendengar suara-Nya berkata kepada saya: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Matius 25:34).

Dan saya berdoa agar ini dapat menjadi pengalaman yang membahagiakan bagi kita semua, di waktu kita sendiri.33

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Sewaktu Anda membaca isi jurnal dalam “Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith,” pikirkanlah mengenai saat ketika Anda menemukan penghiburan dalam kesaksian Anda tentang rencana keselamatan. Bagaimanakah Anda dapat membantu seorang anggota keluarga atau teman menerima penghiburan seperti itu?

  • Bagaimanakah ajaran-ajaran Presiden Smith mengenai sidang di surga membantu kita ketika kita menghadapi percobaan-percobaan? (lihat bagian 1).

  • Presiden Smith mengajarkan bahwa “kita tidak boleh lupa terhadap fakta bahwa [Kejatuhan Adam dan Hawa] mendatangkan berkat-berkat” (bagian 2). Mengapa menurut Anda penting untuk mengingat kebenaran ini? Apa beberapa berkat yang telah Anda terima sebagai akibat dari Kejatuhan?

  • Dalam bagian 3, bagaimanakah contoh Presiden Smith mengenai seorang pria yang terjatuh ke dalam lubang berhubungan dengan kehidupan kita? Pikirkan mengenai bagaimana Juruselamat telah menyelamatkan Anda melalui Pendamaian-Nya.

  • Apa kata-kata Presiden Smith dalam bagian 4 yang mengisyaratkan mengenai tujuan kehidupan kita di bumi? Apa yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk membantu kita melewati masa ujian ini dengan aman?

  • Bagaimanakah Anda dapat membantu seseorang memahami pernyataan Presiden Smith dalam bagian 5 bahwa “kematian sama pentingnya dengan kelahiran”? Bagaimanakah ajaran tentang kebangkitan telah memengaruhi kehidupan Anda?

  • Dalam hal-hal apakah kekayaan dunia berbeda dari “warisan kekal” yang dapat kita terima melalui rencana keselamatan? (lihat bagian 6). Bagaimanakah pemahaman tentang perbedaan-perbedaan ini dapat membantu kita memersiapkan diri bagi kehidupan kekal?

Tulisan Suci yang Berhubungan

Ayub 38:4–7; 2 Nefi 2:15–29; 9:5–27; Alma 12:20–35; A&P 19:16–19; Musa 5:10–12

Bantuan Mengajar

“Untuk membantu kita mengajar dari tulisan suci dan perkataan para nabi zaman akhir, Gereja telah membuat buku-buku pedoman pelajaran dan bahan-bahan lainnya. Terdapat sedikit kebutuhan akan ulasan dan bahan referensi lainnya” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia [1999], 52).

Catatan

  1. Dalam Joseph Fielding Smith Jr. dan John J. Stewart, The Life of Joseph Fielding Smith (1972), 117–118.

  2. “To the Saints in Great Britain,” Ensign, September 1971, 4.

  3. Dalam “Pres. Smith Tells of Parents’ Duty,” Church News, April 3, 1971, 10.

  4. Ceramah pada Institut Religi Logan Utah, Januari 10, 1971, 3; naskah yang tidak diterbitkan.

  5. “Is Man Immortal?” Improvement Era, Februari 1916, 318; lihat juga Doctrines of Salvation, diedit oleh Bruce R. McConkie, 3 jilid (1954–1956), 1:58.

  6. Elijah the Prophet and His Mission and Salvation Universal (1957), 65–66.

  7. Dalam Conference Report, Oktober 1966, 59.

  8. “Principles of the Gospel: The Infinite Atonement—Redemption, Salvation, Exaltation,” Deseret News, Bagian Gereja, April 22, 1939, 3; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:115.

  9. “The Atonement,” Deseret News, Bagian Gereja, Maret 2, 1935, 7; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:122.

  10. Elijah the Prophet and His Mission and Salvation Universal, 79–80

  11. Seek Ye Earnestly, dikompilasi oleh Joseph Fielding Smith Jr. (1970), 118–120.

  12. “Principles of the Gospel: The Infinite Atonement—Redemption, Salvation, Exaltation,” 5; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:123.

  13. Elijah the Prophet and His Mission and Salvation Universal, 80–81.

  14. “Principles of the Gospel: The Infinite Atonement—Redemption, Salvation, Exaltation,” 5; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:123.

  15. Elijah the Prophet and His Mission and Salvation Universal, 81.

  16. “Purpose and Value of Mortal Probation,” Deseret News, Bagian Gereja, Juni 12, 1949, 21; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:132.

  17. Ceramah pada Institut Religi Logan Utah I, Januari 10, 1971, 3; naskah yang tidak diterbitkan.

  18. “The Plan of Salvation,” Ensign, November 1971, 5.

  19. “I Know That My Redeemer Liveth,” Ensign, Desember. 1971, 26.

  20. Dalam Conference Report, April 1965, 11.

  21. Dalam Conference Report, April 1964, 107–108.

  22. “Purpose and Value of Mortal Probation,” 21; lihat juga Doctrines of Salvation, 1:69.

  23. Dalam “Services for Miss Nell Sumsion,” Utah Genealogical and Historical Magazine, Januari 1938, 10–11.

  24. “What Is Spiritual Death?” Improvement Era, Januari 1918, 191–192; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:216–217.

  25. Answers to Gospel Questions, disusun oleh Joseph Fielding Smith Jr., 5 jilid (1957–1966), 5:103; cetak miring dihilangkan.

  26. “The Law of Chastity,” Improvement Era, September 1931, 643; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:85–86.

  27. Jalan Menuju Kesempurnaan (1931), 21–22.

  28. Sealing Power and Salvation, Brigham Young University Speeches of the Year (Januari 12, 1971), 2.

  29. Korespondensi pribadi, dikutip dalam Doctrines of Salvation, 2:287; cetak miring dihilangkan.

  30. Dalam Conference Report, April 1942, 26; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:175.

  31. Jalan Menuju Kesempurnaan,23.

  32. Dalam Conference Report, April 1922, 61–62.

  33. “Let the Spirit of Oneness Prevail,” Ensign, Desember 1971, 136.