Institut
Pelajaran 13 Materi Guru: Karunia Ilahi dan Tanggung Jawab Sakral Keintiman Seksual


“Pelajaran 13 Materi Guru: Karunia Ilahi dan Tanggung Jawab Sakral Keintiman Seksual,” Materi Guru Keluarga Kekal (2022)

“Pelajaran 13 Materi Guru,” Materi Guru Keluarga Kekal

Pelajaran 13 Materi Guru

Karunia Ilahi dan Tanggung Jawab Sakral Keintiman Seksual

Keintiman seksual antara suami dan istri adalah karunia dari Allah, ditetapkan menjadi bagian yang indah dan sakral dari pernikahan. Dalam pelajaran ini, siswa akan memperdalam pemahaman mereka tentang kebenaran kekal yang berkaitan dengan karunia ilahi ini. Siswa juga akan mengevaluasi batas atau batasan yang telah mereka tetapkan atau perlu ditetapkan untuk membantu mereka menjalankan hukum kesucian.

Catatan: Karena sifat halus dari topik ini, mohon ajarkan doktrin ini dengan gamblang tetapi dengan kepekaan dan kehati-hatian. Anda mungkin perlu menyesuaikan metode atau skenario pengajaran yang digunakan dalam pelajaran agar sesuai dengan budaya Anda.

Saran untuk Pengajaran

Meningkatkan Pengajaran dan Pemelajaran Kita

Tumbuhkan rasa kesakralan. Cara seorang guru mendekati atau membingkai suatu topik dapat membantu siswa merasakan sifat sakralnya. Penatua Paul B. Pieper dari Tujuh Puluh mengajarkan, “Dengan menunjuk sesuatu adalah sakral, Tuhan menandakan bahwa sesuatu itu memiliki nilai dan prioritas yang lebih tinggi daripada hal-hal lainnya” (“Untuk Menjaga Tetap Sakral,” Liahona, Mei 2012, 109). Saat Anda membahas keintiman seksual, renungkan bagaimana Anda dapat mendorong diskusi yang terus terang dan jujur sementara juga membantu siswa merasakan dan memahami sifat sakral dari topik ini.

Keintiman seksual antara suami dan istri dimaksudkan untuk menjadi indah dan sakral.

Perlihatkan skenario berikut:

Teman-teman Anda tidak dapat memahami mengapa Anda berpikir seks sebelum menikah itu salah. Suatu hari seorang teman berkata kepada Anda, “Apa yang salah dengan berhubungan seks dengan seseorang yang Anda cintai? Jika Anda berdua setuju, bagaimana itu bisa menjadi masalah? Tidakkah Anda pikir Anda kehilangan bagian penting dan menyenangkan dari kehidupan dengan menunggu untuk berhubungan seks sampai Anda menikah?”

Ajaklah siswa untuk meninjau bagian 1 dan 2 dari materi persiapan, mencari kebenaran yang dapat membantu mereka menanggapi skenario dari perspektif Injil. Ajaklah beberapa siswa untuk menuliskan kebenaran yang mereka temukan di papan tulis. Kebenaran yang mungkin dapat mencakup: Allah telah memerintahkan bahwa keintiman seksual harus diungkapkan hanya antara seorang pria dan seorang wanita yang menikah secara sah. Keintiman seksual dalam pernikahan dimaksudkan untuk mengekspresikan cinta, menciptakan kehidupan, dan memperkuat hubungan dan persatuan. Keintiman seksual adalah simbol dari komitmen penuh dan persatuan total dalam pernikahan. Tubuh fisik kita adalah bagian esensial dari jiwa kita, dan bagaimana kita menggunakannya memengaruhi roh kita dan kemajuan kekal kita.

Anda tidak akan punya waktu untuk menjelajahi semua kebenaran ini secara mendalam, jadi fokuslah pada kebenaran yang paling menarik bagi siswa untuk dibahas. Beberapa dari pertanyaan berikut dapat membantu memperdalam pemelajaran siswa:

  • Menurut Kejadian 2:18, 21–24, apa yang Adam dan Hawa pelajari tentang sifat cinta dari pernikahan? Bagaimana suami dan istri dapat diberkati dengan melihat keintiman seksual sebagai simbol penyatuan “hati, harapan, kehidupan, kasih, keluarga, masa depan mereka, segalanya”? (Jeffrey R. Holland, “Personal Purity,” Ensign, November 1998, 76). (Pertimbangkan untuk mengundang siswa meninjau pernyataan oleh Penatua Jeffrey R. Holland di bagian 1 dari materi persiapan. Sebagai bagian dari diskusi, bantulah siswa memahami bahwa sewaktu pasangan memupuk keintiman intelektual, emosional, dan rohani mereka, keintiman seksual mereka akan lebih bermakna.)

  • Mengapa menyesatkan untuk melihat keintiman seksual hanya sebagai pengalaman fisik yang dimaksudkan untuk memberikan kesenangan fisik? Bagaimana keintiman seksual di luar pernikahan secara emosional dan rohani dapat membahayakan mereka yang terlibat? (Akan bermanfaat jika mengundang siswa untuk meninjau pernyataan Penatua Holland di bagian 2 dari materi persiapan.)

  • Bagaimana kesaksian tentang Yesus Kristus dan Pendamaian-Nya serta tentang tujuan ilahi tubuh jasmani dapat memengaruhi cara kita mendekati keintiman seksual? (Pertimbangkan untuk meminta seorang siswa untuk membacakan 1 Korintus 6:19–20 dengan lantang sebelum mengajukan pertanyaan ini.)

  • Bagaimana memahami kebenaran yang tercantum di papan tulis dapat mengimbangi sikap negatif atau pemikiran berbasis rasa takut tentang keintiman seksual?

Dengan bantuan Tuhan kita dapat meningkatkan kemurnian pribadi kita dan dengan sukacita menjalankan hukum kesucian.

Ajaklah siswa untuk membayangkan mereka adalah orangtua dari putra atau putri berusia 13 tahun. Mereka merasa inilah saat yang tepat untuk melakukan percakapan lainnya dengan anak mereka mengenai hukum kesucian. Berilah siswa beberapa menit untuk berbagi dalam kelompok-kelompok kecil bagaimana mereka akan mengajar atau menegaskan kembali hukum kesucian kepada anak mereka yang berusia 13 tahun. Peringatkan siswa agar tidak menggunakan bahasa atau metafora yang dapat menimbulkan rasa malu, takut, atau bingung. Setelah waktu yang memadai, tanyakan kepada anggota kelas:

  • Bagaimana Anda akan mengajar dengan cara yang dapat membantu seorang remaja untuk memiliki perasaan positif tentang karunia ilahi keintiman seksual dan hukum kesucian?

  • Apa saja ajaran yang telah Anda pelajari saat tumbuh dewasa yang telah membantu Anda memandang keintiman seksual sebagai sesuatu yang merupakan bagian yang indah dan pantas dari pernikahan?

Ajaklah seorang siswa untuk membaca Alma 38:12 dengan lantang. Imbaulah siswa untuk mempertimbangkan menandai ajaran Alma yang mencerminkan asas berikut: Jika kita mengekang nafsu kita, kita dapat dipenuhi dengan kasih.

Perlihatkan judul dan pertanyaan berikut. (Jika Anda mau, Anda dapat mencetak salinan dan mendistribusikannya.) Undanglah siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil mereka yang sama dan untuk memilih dua atau tiga pertanyaan yang mereka rasa relevan bagi mereka dan membahasnya.

Menetapkan Batas dan Mencari Bantuan Ilahi untuk Menjalankan Hukum Kesucian

Materi Guru Keluarga Kekal—Pelajaran 13

  • Apa beberapa tantangan terbesar untuk menjalankan hukum kesucian? Bagaimana kita dapat mengatasi tantangan-tantangan ini?

  • Bagaimana menjalankan iman kepada Yesus Kristus dan mencari kasih karunia-Nya telah membantu Anda mematuhi hukum kesucian? (Pertimbangkan untuk meninjau 1 Korintus 10:13; Alma 13:28; Ajaran dan Perjanjian 62:1.)

  • Mengapa penting untuk menetapkan batas-batas Anda sebelum dan selama pernikahan dalam hal mematuhi hukum kesucian? Bagaimana pasangan yang sedang berkencan dapat diberkati dengan berdiskusi tentang batasan-batasan untuk kasih sayang fisik mereka? (Anda mungkin ingin meninjau pernyataan Penatua Neil L. Andersen di bagian 3 dari materi persiapan.)

  • Apakah Anda lajang atau menikah, apa strategi, praktik, dan batasan yang Anda temukan paling membantu dalam mematuhi hukum kesucian?

  • Bagaimana kita menghormati Bapa Surgawi dan Yesus Kristus dengan mematuhi hukum kesucian?

Menetapkan Batas dan Mencari Bantuan Ilahi untuk Menjalankan Hukum Kesucian

selebaran guru

Untuk mengakhiri kelas, undanglah siswa untuk membagikan bagaimana pemahaman mereka tentang keintiman seksual dan hukum kesucian telah diperkuat oleh materi persiapan dan pembahasan kelas.

Undanglah siswa untuk meninjau apa yang mereka tulis sebagai tanggapan terhadap permintaan “Mencatat Pemikiran Anda di bagian 3 dari materi persiapan dan untuk menambahkan ide tambahan apa pun yang mereka miliki atau kesan yang telah mereka terima. Anda juga dapat mengajak mereka untuk memikirkan tentang bagaimana Juruselamat telah memungkinkan bagi kita untuk mengatasi godaan dan dosa seksual serta memiliki hubungan yang sehat.

Bagikan kesaksian Anda mengenai kebenaran yang diajarkan hari ini, dan imbaulah siswa untuk mencari bantuan ilahi sewaktu mereka berusaha untuk menjalankan hukum kesucian.

Untuk Pelajaran Berikutnya

Tandaskan kepada siswa bahwa salah satu ancaman paling berbahaya terhadap kemurnian pribadi kita adalah pornografi. Undanglah siswa untuk dengan cermat menelaah materi persiapan untuk pelajaran berikutnya, mencari bagaimana mereka dapat menghindari dan membantu orang lain menghindari ancaman ini.