“Pelajaran 13 Materi Persiapan Kelas: Karunia Ilahi dan Tanggung Jawab Sakral Keintiman Seksual,” Materi Guru Keluarga Kekal (2022)
“Pelajaran 13 Materi Persiapan Kelas,” Materi Guru Keluarga Kekal
Pelajaran 13 Materi Persiapan Kelas
Karunia Ilahi dan Tanggung Jawab Sakral Keintiman Seksual
Seksualitas manusia adalah karunia sakral yang sentral bagi rencana keselamatan. Namun, di dunia yang dipenuhi dengan gambar-gambar seksual dan pesan yang saling bertentangan, mudah untuk merasa tidak pasti atau bingung tentang makna dan tujuan seksualitas. Sewaktu Anda menelaah, berusahalah untuk lebih memahami peranan sakral dan penting yang dimainkan keintiman seksual dalam rencana kebahagiaan Bapa Surgawi dan pertimbangkan bagaimana pengetahuan ini dapat memberkati kehidupan Anda.
Bagian 1
Bagaimana saya dapat diberkati dengan memahami bahwa keintiman seksual dapat menjadi bagian yang indah dan sakral dalam pernikahan?
Bapa Surgawi kita telah memberi kita hasrat seksual dan kuasa prokreasi. Presiden Dallin H. Oaks dari Presidensi Utama menjelaskan, “Kuasa untuk menciptakan kehidupan fana adalah kuasa paling dipermuliakan yang telah Allah berikan kepada anak-anak-Nya.” (“The Great Plan of Happiness [Rencana Kebahagiaan yang Besar],” Ensign, November 1993, 74). Penatua Dale G. Renlund dari Kuorum Dua Belas Rasul dan Sister Ruth Lybbert Renlund mengajarkan, “Ungkapan seksualitas kita yang tepat memungkinkan rencana Allah terungkap di bumi dan dalam kekekalan, membuat kita memenuhi syarat untuk menjadi seperti Bapa Surgawi kita” (“The Divine Purposes of Sexual Intimacy,” Ensign, Agustus 2020, 16).
Dalam rencana kebahagiaan Bapa Surgawi, “keintiman fisik antara suami dan istri dimaksudkan untuk indah dan sakral. Itu ditetapkan oleh Allah untuk penciptaan anak-anak dan untuk ungkapan kasih antara suami dan istri” (Buku Pegangan Umum: Melayani dalam Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, 38.6.5, ChurchofJesusChrist.org). Penatua David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul juga menjelaskan, “Hubungan intim adalah … salah satu ekspresi puncak dari kodrat dan potensi ilahi kita serta sebuah cara untuk memperkuat ikatan emosi dan rohani antara suami dan istri” (“Kami Percaya Harus Suci,” Liahona, Mei 2013, 42).
Keintiman seksual adalah cara penting untuk mengikat istri dan suami lebih erat. Keintiman juga dapat merujuk pada kedekatan intelektual, emosional, dan rohani.
Di taman Eden, Adam dan Hawa mulai belajar tentang pentingnya keintiman dalam pernikahan.
Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan yang berikut tentang menjadi “satu daging” dalam pernikahan:
Keintiman manusia dimaksudkan bagi pasangan yang telah menikah karena itu merupakan simbol utama dari kesatuan yang total, suatu totalitas dan suatu kesatuan yang ditetapkan dan didefinisikan oleh Allah. Sejak Taman Eden dan seterusnya, pernikahan dimaksudkan untuk berarti penggabungan yang utuh dari seorang pria dan seorang wanita—hati, harapan, kehidupan, kasih, keluarga, masa depan mereka, segalanya. Adam mengatakan mengenai Hawa bahwa dia merupakan tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya, dan bahwa mereka harus menjadi “satu daging” dalam kehidupan mereka bersama [lihat Kejadian 2:23–24]. (“Personal Purity [Kemurnian Pribadi],” Ensign, November 1998,76).
Bagian 2
Bagaimana memandang tubuh fisik sebagaimana Allah memandang dapat meningkatkan hasrat dan komitmen saya untuk menjalankan hukum kesucian?
Karena peranan yang indah dan sakral, Allah telah menetapkan keintiman seksual untuk dimainkan dalam pernikahan, “[Dia] telah memerintahkan bahwa kuasa sakral prokreasi harus digunakan hanya antara pria dan wanita, yang secara sah dinikahkan sebagai suami dan istri” (“Keluarga: Pernyataan Kepada Dunia,” ChurchofJesusChrist.org). Tuhan memerintahkan kita untuk bersih secara moral dalam pikiran, hasrat, dan tindakan kita. Ini termasuk menahan diri dari aktivitas seksual sebelum menikah dan setia sepenuhnya dalam pernikahan (lihat Keluaran 20:14; Alma 39:3–5; Ajaran dan Perjanjian 59:6). Perintah ini dikenal sebagai hukum kesucian.
Penting untuk diingat bahwa tubuh kita tidak terlepas dari roh kita. Tuhan mengajarkan bahwa “roh dan tubuh adalah jiwa manusia” (Ajaran dan Perjanjian 88:15). Mengenai hubungan antara tubuh dan roh, Penatua Holland mengajarkan:
Tubuh adalah bagian esensial dari jiwa. Ajaran Orang Suci Zaman Akhir yang khusus dan amat penting ini menggarisbawahi mengapa dosa seksual begitu serius. Kita menyatakan bahwa orang yang menggunakan tubuh pemberian Allah milik orang lain tanpa restu ilahi merundung bahkan jiwa dari individu tersebut, merundung tujuan dan proses inti kehidupan. (“Personal Purity,” 76)
Rasul Paulus memberikan penjelasan tambahan tentang hubungan sakral antara tubuh dan roh ketika dia mengajarkan bahwa “tubuh bukanlah untuk percabulan [aktivitas seksual di luar pernikahan], melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh” (1 Korintus 6:13).
Bagian 3
Apa yang dapat saya lakukan untuk meningkatkan kapasitas saya untuk menjalankan hukum kesucian?
Seperti halnya semua perintah Allah, hukum kesucian dimaksudkan untuk memberi kita kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar. Misalnya, tulisan suci membantu kita memahami bahwa menjalankan hukum kesucian dapat meningkatkan keyakinan kita di hadirat Allah, melindungi kita dari penderitaan emosional dan hubungan yang rusak, serta mencegah hilangnya Roh (lihat Ajaran dan Perjanjian 121:45; Yakub 2:31–35; Ajaran dan Perjanjian 42:23; 63:16). Mematuhi hukum kesucian juga dapat melindungi kita dari tertular penyakit berbahaya dan memastikan bahwa anak-anak dilahirkan dalam ikatan pernikahan.
Mengalami perasaan seksual adalah normal. Adalah penting untuk belajar bagaimana menyalurkan perasaan ini dengan cara yang Tuhan setujui. Bahkan jika Anda memiliki niat terbaik, mungkin ada saat-saat Anda merasa tergoda untuk secara tidak tepat menyerah pada hasrat seksual Anda. Ketika Anda merasa tergoda, berpalinglah kepada Tuhan dan Dia akan “memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13; lihat juga Alma 13:28).
Ingatlah, “Yesus Kristus … mengetahui kelemahan manusia dan bagaimana menyokong mereka yang digoda” (Ajaran dan Perjanjian 62:1). Saat Anda meminta bantuan kepada Tuhan, carilah bimbingan-Nya mengenai langkah-langkah praktis yang dapat Anda ambil untuk “mengekang segala nafsumu, agar kamu boleh dipenuhi dengan kasih” (Alma 38:12).
Sister Wendy W. Nelson, istri Presiden Russell M. Nelson, mengajarkan:
Kemurnian pribadi adalah kunci menuju kasih sejati. Semakin bersih pikiran dan perasaan Anda, perkataan dan tindakan Anda, semakin besar kapasitas Anda untuk memberi dan menerima kasih sejati .…
… Lakukan apa pun untuk menjaga pikiran, perasaan, perkataan, dan tindakan Anda tetap murni. Undang Roh untuk membimbing Anda. Dia akan membantu Anda! …
… Kebenarannya adalah, semakin murni Anda, semakin luar biasa keintiman pernikahan Anda. (“Kasih dan Pernikahan” [kebaktian sedunia untuk dewasa muda, 8 Januari 2017], ChurchofJesusChrist.org)
Penatua Neil L. Andersen dari Kuorum Dua Belas Rasul memberikan nasihat berikut kepada individu-individu yang hubungannya menjadi lebih serius:
Anda tahu bahwa Anda memiliki emosi dan nafsu fisik yang kuat yang harus dikendalikan dan diatur dengan hati-hati .… Tetapkan batas Anda. Tanamkan batas-batas itu jauh ke dalam semua yang Anda lakukan bersama, sehingga itu tidak dapat dilanggar atau disingkirkan saat Anda merasakan emosi yang kuat satu sama lain. (“Complete Honesty, Unselfish Humility” [Kebaktian Universitas Brigham Young–Idaho, 14 Februari 2017], byui.edu)
Jika Anda telah melanggar hukum kesucian, ingatlah bahwa melalui iman Anda kepada Yesus Kristus dan pertobatan yang tulus, Tuhan dapat mengampuni Anda dan membuat Anda bersih kembali (lihat Yesaya 1:16–18; Ajaran dan Perjanjian 58:42–43). Anda juga perlu menghadap uskup atau presiden cabang Anda. Dia berwenang untuk membantu Anda menyelesaikan dosa bersama Tuhan, dan dia dapat menyediakan bantuan dan dukungan tambahan kepada Anda.